WELCOME TO COMMUNICATION (WTC) 2023

HIMIKOM


Sabtu, 9 September 2023


   Pembukaan acara Welcome to Communication 2023 diselenggarakan di International Meeting Room, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu. Acara dimulai pukul 08.10 WIB dan diikuti oleh seluruh mahasiswa baru Ilmu Komunikasi 2023 serta para tamu undangan. Acara pembukaan dipandu oleh Muhammad Ifandi Mahendra dan Era Purwanti sebagai Master of Ceremony (MC) formal, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan sari tilawah oleh Rifky Noorfhadilah Andera dan Zharifah Namora Tanjung. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars HIMIKOM yang dipandu oleh Anindya Viola Azzahra sebagai dirigen, dan pembacaan doa oleh Perdi Danata. Acara dilanjutkan dengan penyampaian kata sambutan oleh Muhamad Ravie selaku Ketua Panitia Welcome to Communication 2023 dan Fachrul Prayoga selaku Ketua Umum HIMIKOM periode 2023. Kata sambutan dilanjutkan oleh Ibu Rasianna Br Saragih, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dan Bapak Dr. Mas Agus Firmansyah, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FISIP Universitas Bengkulu yang sekaligus membuka acara Welcome to Communication 2023. 

  Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan media yang diikuti oleh seluruh mahasiswa baru Ilmu Komunikasi 2023 yang berlokasi di Stasiun TVRI Bengkulu dan Rakyat Bengkulu (TV & Koran). Seluruh mahasiswa baru Ilmu Komunikasi 2023 berangkat menuju lokasi kunjungan Media menggunakan Bus pukul 09.50 WIB dan pulang kembali ke lokasi pukul 11.30 WIB. Setelah kegiatan kunjungan media, kegiatan dilanjutkan dengan ISAMA hingga pukul 13.00 WIB. Acara dilanjutkan dengan kegiatan WTC Talk Show yang dimulai pukul 13.25 WIB. Acara WTC Talk Show tahun ini mengundang narasumber dari salah satu alumni mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2016, Izon Ramadani. Acara WTC Talk Show berakhir pukul 14.25 WIB dan dilanjutkan dengan kegiatan debate yang dipandu oleh Aditya Anugrah. kegiatan debate mengundang 2 juri, yaitu Fhatiyyah Jannah dan Adilah Khaira Amini. Acara debate berakhir pukul 16.30 WIB dan acara Welcome to Communication 2023 hari pertama diakhiri dengan sharing session di Pelataran FISIP Universitas Bengkulu hingga pukul 17.00 WIB.


Minggu, 10 September 2023



  Agenda hari kedua diawali dengan sharing session pukul 07.55 WIB sekaligus penilaian yel–yel dari setiap kelompok di Pelataran GB II UNIB. Peserta yang hadir berjumlah 91 dari 97 peserta yang mendaftar WTC 2023. Pada pukul 08.30 WIB kegiatan Welcome to Communication 2023 dibuka dengan penampilan kreativitas kelompok mahasiswa yang berupa pentas seni oleh seluruh mahasiswa baru Ilmu Komunikasi 2023 yang diselenggarakan di Pelantaran GB II UNIB. Pada pukul 10.30 WIB mahasiswa baru diminta untuk mengganti pakaian warna sesuai dengan warna gugus yang telah ditentukan dan acara selanjutnya akan dilanjutkan dengan sosialisasi HIMIKOM. Pada Pukul 11.00 WIB dilanjutkan dengan Sosialisasi HIMIKOM oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Wakil Bendahara Umum, serta Badan, Bidang, dan Kesekretariatan yang berada di bawah naungan HIMIKOM serta pembacaan Amanat Muker. Pada pukul 13.00 WIB ISAMA dan dilanjutkan dengan membuat kliping tentang sosialisasi HIMIKOM. Mahasiswa baru Ilmu Komunikasi mengerjakan kliping dengan kreatifitas dari masing-masing gugus, pengerjaan kliping selesai pada pukul 14.40 WIB.

  Agenda selanjutnya adalah rally post yang dimulai pada pukul 15.00 WIB. Mahasiswa akan mendatangi setiap pos yang tertera pada peta yang telah dibagikan. Rally post berlokasi  di Parkiran GB II, kantin, dan area Danau Inspirasi UNIB. Rally post berlangsung kurang lebih 3 Jam dan selesai pada pukul 18.15 WIB. Setelah itu, dilanjutkan dengan ISAMA dan berganti pakaian untuk acara penutupan yaitu malam puncak Welcome to Communication 2023.

  Penutupan acara Welcome to Communication 2023 dimulai pada pukul 19.30 WIB yang dipandu oleh Muhammad Ifandi Mahendra dan Era Purwanti sebagai Master of Ceremony (MC) formal dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta Mars HIMIKOM. Dilanjutkan kata sambutan oleh Muhamad Ravie selaku Ketua Panitia WTC 2023 dan kata sambutan oleh Fachrul Prayoga selaku Ketua Umum HIMIKOM Periode 2023 sekaligus menutup agenda WTC 2023 secara resmi. Kemudian pembacaan doa oleh Perdi Danata. Agenda terakhir dari WTC 2023 yaitu malam puncak yang dimulai pukul 20.05 WIB. Agenda ini dihadiri oleh peserta, pengurus HIMIKOM, senior dan alumni Ilmu Komunikasi UNIB. Malam Puncak dipandu oleh Herlin Nisa Merdianti dan Muhammad Kevin Alfisyahrin Elvandry selaku pembawa acara hiburan. Diawali dengan give away dari sponsor, pengumuman gugus terbaik serta pengumuman putra dan putri WTC 2023. Kemudian pemasangan selempang dari putra dan putri WTC 2022 yaitu Muhamad Ravie dan Elsa M. Cik Nur kepada putra dan putri WTC 2023 yaitu Ariel Darma Yendi dan Dini Hutagalung. Agenda dilanjutkan oleh penampilan Band Eldentic. Agenda malam puncak selesai pukul 21.30 WIB, semua peserta dan tamu undangan diarahkan untuk meninggalkan lokasi.

10 Negara Tawarkan Ekowisata Terbaik di Dunia, Indonesia Termasuk

HIMIKOM

Isu-isu kerusakan lingkungan sangat penting untuk diketahui oleh para pelancong ketika datang ke destinasi wisata yang akan dikunjungi. Sudah Banyak masyarakat yang menjadi lebih sadar akan lingkungan, terutama ketika akan bepergian ke wisata alam. 

(sumber : Freepik.com)


Ada banyak cara untuk bepergian ke destinasi yang lebih ramah lingkungan dengan cara menaiki kendaraan umum seperti kereta api, bus, maupun kendaraan umum lainnya. 

Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjadi turis yang lebih baik. Dan sekarang, banyak sekali komunitas maupun organisasi yang ingin menghargai satwa liar, mendukung komunitas pecinta alam, dan membatasi dampak lingkungannya, sehingga memiliki destinasi yang lebih mengedepankan ekowisata. 

Forbes Advisor telah mengembangkan indeks ekowisata untuk membantu wisatawan menentukan lokasi terbaik yang menawarkan pengalaman akan sadar kepada lingkungan atau ekowisata. 

Indeks tersebut mengukur berbagai faktor, termasuk jumlah spesies hewan dan tumbuhan, dan spesies yang dilindungi per 10 km persegi, persentase daratan yang dilindungi, jumlah Situs Warisan Alam UNESCO, emisi CO2 per kapita, dan kinerja lingkungan secara umum, seperti kualitas udara. 

Dari hasil analisis data tersebut, negara Brasil menduduki posisi tertinggi dalam indeks ekowisata. Peringkat ini dibagi ke dalam berbagai kategori guna membantu merencanakan petualangan ramah lingkungan berikutnya. 

Australia memiliki jumlah situs warisan dunia UNESCO terbanyak, sedangkan Brasil tampaknya memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tertinggi, dan Singapura paling kaya akan alam. Untuk persentase terbesar lahan lindung, Bhutan menempati posisi teratas, dan Yunani adalah negara dengan peringkat tertinggi di Eropa.

Berikut ini 10 destinasi teratas untuk kategori ekowisata menurut Forbes Advisor:

1. Brasil (skor indeks: 94,9)

2. Meksiko (skor indeks: 86)

3. Australia (skor indeks: 84)

4. Ekuador (skor indeks: 82,1)

5. Kosta Rika (skor indeks: 81,2)

6. Bhutan (skor indeks: 81)

7. Peru (skor indeks: 81)

8. Indonesia (skor indeks: 80,1)

9. Panama (skor indeks: 79,6)

10. Tanzania (skor indeks: 79,3)


penulis : Assyifa

Sumber : kompas.co

Perlukah Validasi?

HIMIKOM

 Perlukah Validasi?

Oleh: Wahyuni Fitri


  Psikiater dan psikolog semakin banyak dicari bahkan beberapa tahun ke depan

pekerjaan di bidang kesehatan jiwa ini akan dimasukkan ke dalam instansi-instansi

masyarakat, seperti contoh di perusahaan agar pegawai lebih mudah untuk berkonsultasi.

  Bila kita telaah maka masalah kesehatan jiwa ini sudah menjadi hal yang sangat serius

sekarang. Membahas kesehatan mental sebenarnya sudah sangat sering namun tidak bisa

diberhentikan karena lonjakan kasus kesehatan mental terus meningkat terutama seiring

berkembangnya teknologi. Ketika seseorang menuntut dirinya sendiri untuk selalu

berpikir dan bersikap positif, serta menolak emosi negatif, hal inilah yang akan

berdampak buruk bagi kesehatan mental. Sehingga akan terbentuklah pribadi palsu yang

tidak dapat merealisasikan emosinya, ketika marah tidak boleh marah, ketika tersinggung

tidak boleh tersinggung. Padahal akan lebih mudah untuk menerima saja dan akui apa

yang dirasakan daripada memanipulasinya. Kehidupan adalah 10% tentang apa yang

terjadi pada kita dan 90% lain nya tentang bagaimana reaksi kita terhadap apa yang

terjadi.

  “Pengakuan” satu kata tapi sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Mungkin

kita pernah melihat orang-orang yang sangat aktif di media sosial bukan untuk sesuatu

hal yang penting, tapi sekedar mem-posting apa makanannya hari ini atau sekarang

sedang melakukan aktivitas apa yang semestinya orang lain tidak perlu tahu. Namun,

ketika ditanya mereka akan sontak menjawab itulah kegunaan sosial media. Atau

mungkin kita tidak asing dengan kalimat ini, “ ingin membanggakan kedua orang tua”,

sebenarnya tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut. Namun, jika kita lihat pada

kenyataannya refleksi dari membanggakan tersebut adalah pengakuan. Karena mentalitas

yang haus akan pembuktian dan validasi terus tumbuh di generasi sekarang, seakan-akan

hidup adalah bagaimana kita diakui orang.

  Banyak orang berlomba-lomba mem-posting kegiatan di media sosial yang pada

dasarnya hanya untuk kepuasan pribadi. Padahal semakin banyak yang orang lain tahu

tentang diri kita, maka akan semakin tidak tenang hidup kita. Sebagai contoh ketika

seseorang mem-posting foto baru di Instagram kemudian ada komentar yang kurang enak

dibaca sehingga membuat si pemilik foto kesal, begitulah contoh dari kegunaan sosial

media semua orang berhak dan bebas untuk berpendapat. Terkadang apa yang kita lihat

di sosial media dengan di kenyataannya tidak sesuai dengan ekspektasi, hal ini

dikarenakan orang-orang hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan. Apa

yang kamu tampakkan maka itulah yang akan menggerakkan jari-jari dan mulut orang

lain. Kekuasaan sosial media juga sangat berpengaruh, sekarang untuk sekedar

mengumpulkan masa tidak harus melakukan demo, cukup buat petisi dan disetujui oleh

banyak orang.

  Sering kali antara etika dan kenyataan, apa yang benar, dan apa solusinya, sulit di

seimbangkan. Ketika seseorang memiliki suatu masalah maka yang orang ini lakukan

adalah membagikan masalahnya di sosial media, diawali dengan bercerita mengenai

masalahnya kemudian mencurahkan apa yang ia rasakan. Terkadang orang-orang seperti

ini adalah orang yang haus akan pengakuan, dia tidak memiliki banyak bukti untuk

dukungan maka dari itu ia mencari rombongan lewat sosial media. Mereka akan

cenderung menghindar dan terus mencari dukungan atas kesalahan yang mereka benarkan

daripada mencari solusi dan menghadapi masalah tersebut. Padahal ketika kamu mulai

mengumbar masalah mu, 80% orang tidak akan peduli 20% sisanya senang kamu

memiliki masalah dan pada kenyataannya hidup akan jauh lebih tenang ketika orang lain

tidak banyak tahu tentang kita. Tanpa kamu sadari ketamakan dan keserakahan mu akan

sesuatu itu membuat kamu mengorbankan dan menyakiti diri mu sendiri bahkan orang

lain demi memenuhi pengakuan tersebut.

  Bagaimana menghadapi kritik dari orang lain? ketika kamu di kritik mulailah

untuk menyadari apakah kritikan tersebut benar. Jika kritik tersebut benar jadi kan

pembelajaran untuk mu. Tapi, jika kritik tersebut salah maka hidup mu akan baik-baik

saja karena yang rugi adalah mereka yang memberikan persepsi yang salah tentang diri

kamu karena kebenarannya sendiri tidak berubah, jadi ketika orang lain memberikan

kritik kepada kita dan ternyata kritik tersebut tidak benar adanya maka yang rugi adalah

mereka. Se mudah itulah cara berpikir untuk menjaga agar hidup tetap tenang. Hanya ada

satu cara untuk menghindari kritik, yaitu tidak melakukan apa-apa, tidak mengatakan apa-

apa, dan tidak menjadi apa-apa. lebih baik diam terlihat kosong daripada banyak bicara

sehingga kelihatan bodohnya. Dan pikirkan selalu apa yang akan kita sampaikan jangan

memermalukan diri kita sendiri.

  Jangan langsung percaya terhadap apapun cerita yang kamu dengar karena selalu

ada tiga sisi di baliknya, yaitu pandangan mu, pandangan orang lain, dan cerita yang

sebenarnya. Maka bacalah dari sudut pandang manapun sampai kamu tahu kebenaran

aslinya. Seperti itulah implementasi kita ketika membaca suatu berita yang ada di media

sosial, sebagai pengguna yang cerdas maka ada baiknya jangan langsung percaya dan

mulailah untuk menilai dan jika itu sangat penting maka carilah kebenaran berita tersebut.

Semua yang kita dengar adalah opini bukan fakta, semua yang kita lihat adalah perspektif

bukan kebenaran.

  Lalu bagaimana? Apa yang bisa kita lakukan? pertama fokus lah pada apa yang

dapat kamu kendalikan, seperti opini atau persepsi kita, keinginan kita, tujuan kita di

awal, dan segala sesuatu yang merupakan tindakan dan pikiran kita sendiri. Kemudian

tidak perlu mengkhawatirkan tentang apa pendapat orang lain dan tindakan orang lain,

serta apa yang tidak dapat kamu ubah. Hindari memberi tahu semua orang tentang

pengembangan dirimu, perbanyak lah mendengar daripada berbicara, kurangi mengeluh

bahkan ke diri sendiri. Keberuntungan adalah apa yang terjadi ketika kesempatan bertemu

dengan persiapan, tidak ada hal hebat yang tercipta dalam sekejap, dan terakhir lakukan

seluruh hal secukupnya.

  Tidak semua orang di dunia ini memahami niat kita sebenarnya, mereka tidak

terlalu tertarik kepada kita. Jadi, tidak perlu menjelaskan sesulit apa hidup kita atau

sekeras apa usaha kita. Kita hanya akan terus melakukan apa yang biasa kita lakukan, kita

akan terus maju diam-diam apapun kata orang, hanya karena kita hidup diam-diam bukan

berarti kita menghilang. Hal yang paling penting adalah tidak pernah menghilang. Hidup

itu bukan tentang membandingkan dirimu dengan orang lain, tapi apa pilihan yang kau

buat maka jangan pernah ragu akan diri sendiri. Jangan mencemaskan pandangan orang

lain atau pendapat merekan tentang mu, bukan pandangan orang lain yang membentuk

dirimu, tapi pandangan mu sendirilah yang membentuk dirimu. Hidup tentang mengubah

jalan yang berbeda entah kamu menginginkannya atau tidak, kamu harus menghadapi

kenyataan yang ada di hadapanmu, kamu tidak bisa selalu menemukan jawaban yang

tepat. Oleh karena itu, Jangan pernah berhenti menanyakan pertanyaan tentang mengapa

kita hidup dan untuk apa kita hidup. Begitu kamu berhenti melakukan itu, asmara dalam

hidup berakhir. Jika kamu mencintai takdir mu apa adanya dan berpikir positif. Maka,

kamu bisa mengatasi keterbatasan dan menjadi orang hebat. Berpikir sederhana itu yang

terbaik. Orang yang paling mencintaimu di dunia ini adalah dirimu. Pikirkan saja soal

tujuan dan kesuksesan mu. Hadapi semua rintangan yang menghalangi mu. Tidak ada

usia yang pas untuk meraih impian dan tidak ada batasannya.

URGENSI LITERASI SEHAT DAN PELAYANAN TELEMEDICINE UNTUK MENJAGA KESEHATAN MENTAL PARA REMAJA DI ERA DIGITAL INDUSTRI 4.0

HIMIKOM

 URGENSI LITERASI SEHAT DAN PELAYANAN TELEMEDICINE UNTUK

MENJAGA KESEHATAN MENTAL PARA REMAJA DI ERA DIGITAL INDUSTRI

4.0

oleh : Sinta Emillina


  Seperti yang diketahui, manusia sedang berada pada fase dimana teknologi digital

masuk ditengah-tengah kehidupan. Siapa yang tidak mengenal teknologi digital? Hampir

semua aktivitas sekarang dijalani melalui teknologi digital, seperti media sosial.

Penggunaan media sosial sangat membantu kehidupan sehari-hari, seperti melakukan

pembayaran online, membeli melalui situs online, memesan makanan di restoran, dan

lain-lain. Di era penggunaan teknologi digital dan media sosial, juga sebagai sarana untuk

bebas berekspresi. Manusia dapat melakukan komunikasi baik verbal dan nonverbal

terhadap siapa saja tanpa ada batas ruang dan waktu. Banyak manfaat dengan kehadiran

media sosial dikehidupan saat ini. Selain manfaat dan dampak positif tersebut, tentu saja

ada dampak negatif dari penggunaan media sosial. Melalui kebebasan berekspresi,

banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab memberikan komentar-komentar

negatif yang ditujukan untuk seseorang atau kelompok tertentu, hal ini biasa disebut

dengan cyberbullying, tidak hanya itu banyak berita yang tidak benar atau hoaks yang

tersebar melalui media sosial, hampir di seluruh kelompok usia terutama usia remaja

candu terhadap gadget, dengan mengakses aplikasi seperti facebook, instragram, atau

permainan secara online. Hal ini terkadang membuat mereka mengabaikan aktivitas

lainnya. Dampak negatif dari pengabaian aktivitas tersebut tentunya memiliki pengaruh

buruk pada kesehatan mental seseorang. Apa yang dimaksud dengan kesehatan mental?


  Kesehatan mental adalah keseimbangan kehidupan dalam semua aspek, termasuk sosial,

fisik, spritual, ekonomi dan juga mental (Bellenir, 2010). Kesehatan mental juga dapat

diartikan sebagai fungsi mental yang berhasil menghasilkan aktivitas produktif, dan

mampu mengatasi perubahan dan kesulitan (Sperry, 2016). Kesehatan mental menjadi

topik yang semakin mendapat perhatian di era digital ini. Seiring dengan kemajuan

teknologi dan konektivitas yang tak terelakkan, dapat dengan mudah terhubung dengan

dunia luar melalui media sosial, berita online, dan perangkat elektronik lainnya.

Dunia digital memberikan dampak yang cukup signifikan pada remaja yang

membawa sejumlah tantangan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental

remaja. Masa remaja adalah dimana masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.

Pada masa ini terjadi perubahan secara biologis, hormonal, sosial, dan psikologis.

Tingginya angka gangguan psikis bahkan hingga percobaan bunuh diri pada remaja

disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dasar mengenai kesehatan mental pada diri

remaja sehingga mereka tidak sigap saat menghadapi gangguan mental yang ada pada

dirinya maupun orang lain. Jika kesehatan mentalnya terganggu, maka suasana hatinya

akan terganggu, sulit berpikir dan kendali emosi, sehingga mengarah ke tindakan yang

buruk. 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental, yang umum terjadi adalah

depresi dan kecemasan. 6% umur 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental.

Menurut WHO 75% gangguan mental emosional, bunuh diri merupakan akibat dari

permasalahan kesehatan remaja. Faktanya 1 dari 20 remaja mengalami depresi dengan

proporsi remaja perempuan 3 kali lipat lebih besar dibanding remaja laki-laki. Menurut

Pusat Kontrol dan Pencegah Gangguan, ada 1 dari 12 remaja setiap tahun yang

memutuskan bunuh diri. Hal ini menjadi hal yang harus diperhatikan. Yang mana, para

remaja merupakan pelanjut generasi. Sebuah dunia, negara, dan bangsa akan ditentukan

oleh mereka. Bagaimana masa depan itu, mereka lah yang akan menentukan dan

membentuk. Akan tetapi, jika adanya gangguan kesehatan mental ini bagaimana para

remaja bisa menghadapi masa depannya nanti? Terlebih sekarang semuanya sudah serba

era digital. Kekhawatiran pada remaja pun semakin meningkat. Banyak dampak yang

menganggu kesehatan mental para remaja tersebut.

  Maka dari itu, melalui artikel opini ini penulis mencoba menggagas ide mengenai

kesehatan mental di era digital melalui literasi sehat dan pelayanan telemedicine. Solusi

untuk mengatasi dan mengobati kesehatan mental di era digital yang sedang terjadi. Yang

pertama yaitu Literasi sehat. Literasi berasal dari bahasa Latin, tepatnya dari literatus

yang berarti terdidik, banyak membaca, atau memiliki pengetahuan yang berkaitan

dengan huruf. Dengan demikian, literasi melibatkan pemahaman, pelibatan, penerapan,

eksplorasi, dan transformasi teks. Perkembangan membaca remaja sangat erat kaitannya

dengan bahasa dan komunikasi pasa zaman sekarang. Komunikasi membantu bertukar


  pikiran dan perasaan antar sesama manusia. Di era digital ini, literasi berfungsi untuk

mencegah penyebaran informasi palsu dan tidak dapat dipercaya. Merupakan bentuk

definisi literasi sehat. Kompetensi digital literasi sehat adalah kemampuan untuk

memahami, menganalisis, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara efektif

melalui platform digital. Dengan memiliki kompetensi digital literasi sehat yang kuat,

pengguna media terutama pada pengguna remaja dapat membedakan antara informasi

yang akurat dan dapat dipercaya dan informasi yang tidak valid atau palsu. Selain itu,

literasi sehat juga membantu remaja dalam mengidentifikasi sumber informasi yang dapat

diandalkan dan menghindari penyebaran informasi palsu. Karena itu, esensial bagi setiap

remaja untuk meningkatkan keahlian digitalnya agar dapat memperoleh manfaat dari

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan hati-hati dan bertanggung

jawab.

  Kemajuan literasi remaja berkaitan erat dengan kemampuan bahasa atau komunikasi

mereka. Komunikasi dimaksudkan untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran mereka.

Literasi sehat pada remaja memengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif

mereka. Ketika remaja mampu berinteraksi dengan lingkungannya, mereka menjadi lebih

percaya diri, komunikatif, dan lebih menerima lingkungannya. Keterampilan komunikasi

lisan dan tulisan, seperti membaca dan menulis, merupakan keterampilan dasar yang

harus dimiliki oleh setiap manusia. Literasi merupakan keahlian dasar untuk

berpartisipasi di zaman digital saat ini. Literasi sehat sangat penting untuk

dipertimbangkan agar dapat berpartisipasi aktif dalam era digitalisasi. Pentingnya

pengenalan literasi sehat adalah kemampuannya yang menggunakan media digital secara

efektif, menggunakan media digital untuk memecahkan masalah sehari-hari, memahami

dimensi sosial dan dampak media digital terhadap masyarakat, dan mengembangkan

masyarakat yang positif. Tujuannya adalah membantu remaja memperoleh pengetahuan

teknis dan keterampilan yang diperlukan untuk memfasilitasi sikap terhadap media digital

dan kemauan untuk mengikuti kemajuan era digital.

  Pengenalan literasi sehat tidak hanya melindungi pengguna teknologi digital dari

efek berbahaya media digital, tetapi juga memungkinkan para remaja berpikir kritis,

mengekspresikan diri, dan terlibat dengan media digital. Literasi tak hanya melindungi

anak dari informasi yang tidak diinginkan, tetapi juga membantu remaja menjadi terdidik,

kompeten, dan cerdas dalam berbagai bentuk pengetahuan media. Sehingga apa yang

mereka saksikan dapat diinterpretasikan. Literasi sehat memiliki keunggulan

memungkinkan remaja untuk memahami informasi yang diperoleh melalui media digital

sebagai bentuk pembelajaran dan menggunakan teknologi secara cerdas. Mendorong

pemikiran kritis dan kreatif, mencegah individu menjadi mangsa informasi yang salah,

mudah menerima topik provokatif, dan jatuh ke dalam perangkap digital dapat mencegah

yang "katanya." Teknologi digital yang terhubung dengan internet dan umumnya

digunakan sebagai alat komunikasi dan penelusuran informasi memiliki sisi baik dan

buruk. Mempermudah akses ke informasi dengan cepat, mendorong perubahan dalam

berbagai sektor yang mempermudah pekerjaan dan kegiatan, menyediakan berbagai

sumber belajar seperti perpustakaan online, dan memfasilitasi diskusi berbasis teknologi

yang meningkatkan kualitas pendidikan, memecahkan masalah karakter bangsa, dan

menciptakan karakter bangsa yang berkualitas.

  Selanjutnya yang kedua yaitu pelayanan Telemedicine. Apa yang dimaksud dengan

pelayanan telemedicine? Pelayanan Telemedicine adalah layanan kesehatan berbasis

teknologi yang memungkinkan para penggunanya berkonsultasi dengan dokter tanpa

bertatap muka atau secara jarak jauh dalam rangka memberikan konsultasi diagnostik dan

tata laksana perawatan pasien. Menurut WHO, ada empat elemen yang berkaitan dengan

telemedicine, yaitu bertujuan memberikan dukungan klinis, berguna untuk mengatasi

hambatan geografis dan jarak, bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat, dan

melibatkan penggunaan berbagai jenis perangkat teknologi informasi. Telemedicine

berpotensi mengatasi berbagai masalah layanan kesehatan dan merevolusi kesehatan

masyarakat Indonesia. Masalah utama yang dialami terkait pelayanan kesehatan di

Indonesia adalah jumlah dokter yang masih terbatas dan persebarannya belum merata.

  Jumlah dokter per kapita baru mencapai 4 per 10.000 penduduk, masih jauh di bawah

rekomendasi WHO yang mencapai 10 per 10.000 penduduk atau satu per 1.000 penduduk

di tiap negara. Hadirnya Telemedicine tentu menawarkan kemudahan bagi masyarakat

maupun remaja, terutama yang berada di wilayah dengan jumlah dokter terbatas, untuk

mendapatkan layanan kesehatan. Selain itu, harga yang lebih terjangkau membuat

semakin banyak masyarakat yang dapat menikmati layanan melalui Telemedicine.

  Setidaknya ada lima alasan utama untuk mempertimbangkan penggunaan Telemedicine

yaitu akses yang lebih baik, hemat biaya, kenyamanan, permintaan dari pengguna

generasi milenial, dan mengurangi ketidakhadiran tenaga medis untuk masyarakat. Tidak

menutup kemungkinan akan semakin banyak dokter yang menyediakan jasanya melalui

Telemedicine dan semakin banyak masyarakat yang menggunakannya sehingga

mendukung perkembangan layanan ini. Pelayanan Telemedicine dilaksanakan oleh

tenaga kesehatan yang memiliki surat izin praktik di Fasyankes Penyelenggara.

Pelayanan Telemedicine terdiri atas pelayanan: teleradiografi, teleelektrikardiografi,

teleultrasonografi, telekonsultasi klinis dan pelayanan konsultasi Telemedicine lain

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat membantu

para remaja untuk berkonsultasi mengenai gangguan kesehatan mentalnya tanpa bersusah

payah dalam melakukan transportasi perjalanan dan lain sebagainya.

   Para remaja juga perlu belajar menghadapi ketidakpastian masa depan, tertarik pada

lawan jenis dan realitas kehidupan yang keras. Namun, di era digital, waktu mereka untuk

belajar mengolah mental dibajak oleh berbagai jenis kesenangan yang kerap membuat

candu. Di samping itu perlakuan dari orang lain yang tidak sesuai ekspektasi juga tidak

jarang membuat kondisi mental mereka down. Pada akhirnya ketidaksiapan menghadapi

persoalan akan mengarahkan mereka para perilaku yang menyimpang. Perubahan

perilaku pada remaja biasanya terkait dengan otoritas orang tua dalam keluarga. Para

remaja yang sedang mencari dan membentuk identitas sangat memerlukan ruang

kebebasan. Tentu hal ini bagus untuk kesehatan mental mereka karena dengan mencoba

berbagai hal baru mereka akan mengenal kesalahan yang berperan penting dalam

pembentukan karakter. Yang jelas, para remaja juga perlu dipastikan mendapat dukungan

baik dari keluarga dan teman dekat. Kesehatan mental adalah dasar bagi kesejahteraan

individu dan berfungsinya komunitas secara efektif. Mari menjaga komunikasi dan

keseimbangan kesehatan mental di era digital ini!

Media Twitter Sebagai Penyalur Adu Nasib Terbaik

HIMIKOM

 Media Twitter Sebagai Penyalur Adu Nasib Terbaik

oleh : Sindy Wulandari


  Zaman serba canggih dan perkembangan yang semakin cepat, kian hari tantangan

beserta tekanan yang diberikan pun semakin hebat pula. Perkiraan dari waktu ke waktu untuk

memberantas perkembangan zaman ternyata tidak segampang merobekkan sehelai kertas,

ada hal yang berada di luar dugaan bahkan tidak terkontrol oleh manusia itu sendiri. Baik

dan buruk dari perkembangan ini diterima mentah-mentah, termasuk teknologi. Di era serba

digital ini, jari-jari dan mulut sering tidak selaras bahkan logika yang digunakan juga tidak

mencerminkan adanya sesuatu yang berkembang. Berpegang teguh pada prinsip ingin

memajukan anak bangsa tapi nyatanya hanya menjatuhkan mental manusia.

  Era digital tidak bisa dihindarkan begitu saja tanpa adanya perlawanan dari dalam

diri, untuk menjaga semua keseimbangan agar tidak banyaknya tekanan dari luar yang masuk

ke dalam pikiran. Mental di era digital sangat perlu diperhatikan, gangguan yang terjadi dari

dampak yang diberikan sudah tidak masuk akal lagi karena ragam jenisnya. Ada yang

berpura-pura kaya, berpura-pura sakit, berpura-pura miskin, berpura-pura pintar, bahkan

berpura-pura lainnya yang membohongi diri sendiri dan berakibat adanya gangguan

kesehatan mental pada diri. Edukasi sangat perlu untuk menantang ketidaksiapan dalam

perubahan yang sigap terjadi, melalui digital pula sumber edukasi bisa diterima dengan baik.

  Beberapa hal yang terjadi bahkan mengganggu kesehatan mental dikarenakan

ocehan dan serangan yang diberikan digital. Kesehatan mental juga dijadikan bahan olokkan

semata bagi mereka yang kurang memahami pentingnya sehat terutama bagi jiwa. Jika

kejiwaan yang selaras dengan mental ini goyah dan hancur maka leburlah semua yang masuk

tanpa aba-aba dan buruknya diterima semua oleh manusia. Inilah salah satu hal yang merusak

kesehatan mental dan akan berimbas pada kegiatan di dunia nyata dan dunia maya, walau

jika ada masalah yang terjadi di dunia nyata akan dicurahkan semuanya ke dunia maya

dengan alasan akan ada yang memberikan belas kasihan sedalam jurang tetapi nyatanya

masuk ke jurang yang dibuat oleh diri sendiri.

  Gosip yang beredar dari ragamnya media digital juga menjadi pokok dari terjadinya

ancaman kejiwaan, twitter contohnya. Informasi terkini dan terpanas bisa diakses dengan

cepat melalui twitter. Semua bentuk di dunia nyata telah tergambarkan melalui twitter,

bahkan twitter menjadi platform digital ternyaman untuk mengeluarkan keresahan yang

kebanyakan bersifat buruk. Diterimanya semua pendapat dan masalah dari penggunanya

yang membuat pengguna twitter berasal dari semua kalangan umur. Kecanggihan memang

banyak dirasakan, ada beberapa orang yang mengeluh di twitter karena dirinya merasa

terbully di dunia nyata namun ternyata ekspetasi yang ia pikirkan malah menjatuhkan dirinya

sendiri. Akibat-akibat ini pula yang tidak ingin ditawarkan begitu saja oleh pengguna twitter,

tempat yang memberikan kenyamanan belum tentu sepenuhnya menyamankan mental.

  Adu nasib melalui twitter kerap kali terjadi, saat satu orang menuangkan semua

kerumitan hidupnya dalam ketikkan dan gambar maka muncullah orang lain yang akan

menuliskkan pula ketikkan yang merendahkan misalnya “masih enak kamu, aku dulu tidak

pernah dapat uang jajan dari orang tua dan harus bekerja setelah pulang sekolah”, kata-kata

seperti inilah yang membuat mental seseorang akan jatuh karena tidak didukung oleh ucapan

penyemangat tetapi ditimpa oleh kesedihan orang lain yang tidak diharapkan. Dianggap

media paling relevan untuk mencurahkan semua nya tetapi tidak siap akan dampak yang akan

diterima, ini juga menjadikan mental akan terganggu. Lalu sehat seperti apa yang diinginkan

jika tidak siap?

  Jika menjadi media terbaik maka pengguna harus siap untuk kemungkinan terburuk,

tidak ada gunanya juga jika harus berpatokan dengan pendapat orang lain di platform digital

tersebut. Sebelum adanya media ini juga semua orang bisa hidup bebas dengan tekanan yang

dikit, tetapi sekarang memilih untuk menampung tekanan itu sendiri dari pilihan yang dipilih.

Twitter tidak dapat memberikan apa-apa untuk menjamin kehidupan pengguna, tapi twitter

menyuguhkan apa yang pengguna inginkan. Maka apa yang diberikan oleh digital sudah

sebaiknya diterima dengan kebesaran logika guna menjaga kesehatan mental. Proses adu

nasib ini berlangsung selama ketidaksiapan ada, mereka yang akan terus merasa tersakiti oleh

era yang mendadak serba teknologi ini dan ternyata faktor-faktor yang tidak dipahami juga

menambah rumitnya ancaman yang masuk.

  Kematian juga menjadi sebab dari tidak kuatnya mendapat feedback buruk, paling

banyak kasus bunuh diri yang tidak tahu penyebabnya apa namun beberapa dugaan mengarah

pada komenan yang diutarakan, tidaklah heran jika banyak hal negatif yang dirasakan dari

penggunaan media. Twitter merupakan media paling bar-bar yang tidak tahu Batasan

jangkauan, semua keluh kesah tergambarkan melalui postingan di media. Semua merasa

disalahkan dan untuk mencari perhatian orang lain tentu harus memperhatikan diri yang akan

terlibat dampaknya sendiri. Jika ada masalah dan tidak ada yang ingin tahu apa yang

dirasakan maka twitter menjadi tempat pelarian atau penyaluran yang terbaik, sering

dianggap lebay dan alay. Sama halnya dengan satu ketikan yang dituliskan adalah neraka

bagi penulisnya.

   Rasanya sudah menajdi hal yang biasa bagi para pengguna twitter yang mana semua

kebiasaan ada di dalamnya. Rentannya terancam Kesehatan mental sudah akan semakin

meningkat jika tidak diiringi dengan pola pikir yang dapat menjadi tombak dari penyakit

yang berdatangan. Efek samping yang dirasakan dari bergugurannya mental yang tidak sehat

ini ialah pembulian yang akan terjadi di media massa yang berakibat fatal pada pembunuhan

berencana atau bunuh diri, gangguan stress yang berkepanjangan, penyakit komplikasi

lainnya yang dapat meregang nyawa. Telah banyak contoh yang menggambarkan, bahkan isi

kepala sendiri berkata “aku adalah sumber masalah dari semuanya”, pemikiran itu muncul

dikarenakan keenakan dan kemudahan yang terjadi di era digital serba mudah ini.

   Kehidupan tidak akan berwarna kalau semua orang berpendidikan untuk mengolah

pikiran sendiri, namun kehidupan akan berwarna hitam jika tidak ingin belajar mencari tahu

dan menjaga sikap dari racun yang diberikan oleh teknologi. Menjadi biasa di dunia nyata

ternyata tidak seberat di dunia maya, persaingan hidup lebih terasa nyata di dunia maya maka

tak hayal jika efek samping yang ada banyak terjadi dari dunia maya, terkhusus twitter.

Proses adu nasib tidaklah dibenarkan walau dengan tujuan agar memotivasi orang lain. Ada

banyak cara untuk mengembangkan yang tidak ingin kita dapatkan buruknya yaitu olah

pikiran. Tantangan tentu memiliki solusi, tetapi mental yang sehat juga harus terjalin dari

dalam pikiran dan jiwa seseorang agar solusi yang diberikan dapat diterima dengan lapang.

  Kesehatan mental dan era digital menjadi kaitan yang relevan dalam ragamnya

aktivitas. Tentu akan terasa lebih banyak hal negatif, tetapi untuk menyelaraskan keduanya

ada dengan cara tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain sampaikan melalui ketikkan,

berpikir positif walaupun sulit tetapi coba sedikit demi sedikit, filter apa yang ingin

disebarkan dan dicari tahu untuk menjaga kewarasan otak, serta olah informasi dengan baik

dan tidak semena-mena terhadap apa yang terjadi saat ini. Kesehatan mental harus tetap

dijaga tanpa penawaran apapun karena semua yang berkaitan dengan hidup pasti berurusan

dengan mental. Memendam yang dirasakan juga tidak baik tetapi mengutarakan semua yang

dirasakan tidak jauh lebih buruk dari yang dibayangkan. Mental yang sehat ialah yang dijajah

tetapi melawan dan tidak lemah, untuk hal itu tentu harus diperjuangkan dan menggunakan

media sosial pun harus tahu arah dan tujuan supaya kesesatan tidak datang menghampiri.

Mengendalikan Digital, Merawat Mental: Solusi untuk Zaman Modern

HIMIKOM

 Mengendalikan Digital, Merawat Mental: Solusi untuk Zaman Modern

olah : Sandri Prayuda


  Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita

hidup, bekerja, dan berinteraksi. Internet dan perangkat digital telah menjadi bagian tak

terpisahkan dari rutinitas harian kita, memberi kita akses ke informasi global,

kesempatan untuk terhubung dengan orang dari seluruh dunia, dan kenyamanan dalam

berbagai aspek kehidupan. Namun, di balik manfaat ini, kita juga dihadapkan pada

tantangan serius yang berkaitan dengan kesejahteraan mental. Dalam artikel ini, kita

akan menggali lebih dalam tentang dampak perangkat digital terhadap kesehatan mental

dan mengidentifikasi solusi yang dapat membantu mengatasi tantangan ini.


a. Banjir Informasi dan Tekanan Informasi


 Salah satu dampak paling terlihat dari era digital adalah "banjir informasi". Kita

hidup dalam dunia di mana kita terus-menerus dibanjiri dengan informasi dari berbagai

sumber seperti media sosial, berita online, dan platform konten digital lainnya. Namun,

lebih banyak informasi tidak selalu berarti lebih baik. Sebaliknya, banjir informasi ini

dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan kelelahan mental. Kita merasa perlu untuk

selalu up-to-date dengan berita terbaru, tren, dan peristiwa dunia, meskipun kadang-

kadang ini bisa menjadi beban yang sangat berat.

  Banjir informasi seringkali mengakibatkan ketidakmampuan kita untuk mengelola

semua informasi yang masuk. Tekanan untuk tetap up-to-date dengan perkembangan

terbaru di dunia, tren, berita, dan konten lainnya dapat menjadi sangat mendalam.

Ketidakmampuan ini dapat memicu perasaan cemas, tertekan, dan bahkan kewalahan.

Seiring dengan meningkatnya tekanan untuk mengkonsumsi informasi, ada risiko

meningkatnya gangguan stres dan kecemasan yang dapat berdampak buruk pada

kesejahteraan mental kita.

  Dalam lingkungan yang selalu terhubung secara digital, muncul perasaan cemas

bahwa kita mungkin melewatkan sesuatu yang penting. Fenomena ini dikenal sebagai

"fear of missing out" (FOMO), di mana kita merasa khawatir melewatkan berita terbaru,

peristiwa penting, atau pengalaman seru yang dibagikan oleh orang lain di media sosial.

Kecemasan informasi semacam ini dapat menyebabkan dorongan untuk terus-menerus

memeriksa berita dan media sosial, bahkan hingga larut malam, yang pada akhirnya

dapat mengganggu tidur dan mengurangi kualitas hidup kita.


b. Tantangan Media Sosial dan Perbandingan Sosial


  Media sosial telah merevolusi cara kita berinteraksi dan berbagi pengalaman.

Namun, di balik antarmuka yang menarik, ada dampak psikologis yang perlu

diperhatikan. Terlalu sering, kita mengevaluasi diri kita sendiri dan kehidupan kita

berdasarkan apa yang kita lihat di media sosial. Ini bisa mengarah pada perasaan tidak

memadai atau bahkan depresi, karena kita cenderung membandingkan prestasi dan

kebahagiaan kita dengan versi yang direkayasa dari kehidupan orang lain.

Ketergantungan pada validasi dari dunia digital juga dapat merusak persepsi diri kita

dan membuat kita terjebak dalam pola perilaku yang tidak sehat.

  Salah satu dampak paling nyata dari media sosial adalah kecenderungan untuk

membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita cenderung melihat dan

membandingkan prestasi, penampilan, dan kehidupan kita dengan apa yang kita lihat di

media sosial. Namun, perlu diingat bahwa apa yang kita lihat di media sosial sering kali

adalah potongan-potongan terpilih dari kehidupan orang lain. Orang cenderung

membagikan momen-momen paling bahagia dan prestasi mereka, meninggalkan aspek-

aspek kehidupan yang kurang sempurna tersembunyi. Dampaknya adalah perasaan

rendah diri dan tidak puas dengan diri sendiri.

  Media sosial juga memberikan platform untuk menerima validasi digital dalam

bentuk "like," komentar, dan pengikut. Seiring waktu, ini dapat membuat kita

mengaitkan nilai diri kita dengan respons positif yang kita terima di dunia digital.

Terlalu banyak mengandalkan validasi ini dapat menyebabkan ketergantungan

emosional pada media sosial dan perasaan tidak berharga ketika respons tidak sesuai

harapan. Perasaan ini, jika dibiarkan tidak terkendali, dapat merusak kesehatan mental

kita.

c. Gangguan Tidur dan Ketidakseimbangan Hidup


  Ponsel pintar dan perangkat lainnya memberi kita kenyamanan untuk tetap

terhubung, tetapi dampaknya terhadap tidur kita dapat merugikan. Paparan cahaya biru

dari layar perangkat dapat mengganggu produksi hormon tidur melatonin, membuat kita

sulit tidur dengan nyenyak. Ini berdampak pada kualitas tidur dan berpotensi memicu

gangguan tidur yang lebih serius. Selain itu, ketergantungan pada perangkat digital juga

dapat mengganggu keseimbangan antara kehidupan online dan offline. Aktivitas sosial,

fisik, dan relaksasi seringkali terabaikan karena kita terjebak dalam dunia digital.

  Salah satu cara teknologi digital mempengaruhi kita adalah melalui paparan

cahaya biru yang dihasilkan oleh layar perangkat. Cahaya biru ini dapat mengganggu

produksi hormon melatonin dalam tubuh kita, hormon yang mengatur siklus tidur-wake

kita. Paparan cahaya biru di malam hari, terutama dari layar perangkat, dapat

mengacaukan ritme alami tubuh kita dan membuat kita kesulitan tidur. Gangguan tidur

dapat berdampak serius pada kesejahteraan mental, merangsang kelelahan, penurunan

konsentrasi, perasaan lelah, dan bahkan depresi.

  Teknologi digital juga dapat menjadi penyebab utama ketidakseimbangan hidup.

Ketergantungan yang berlebihan pada layar perangkat dapat menghabiskan banyak

waktu yang dapat digunakan untuk berinteraksi secara sosial, berolahraga, atau

mengejar hobi dan minat. Gangguan waktu ini dapat berdampak pada kesejahteraan

mental dan fisik kita. Kekurangan interaksi sosial langsung dapat menyebabkan

perasaan kesepian dan isolasi, yang secara langsung dapat merusak kesejahteraan

mental kita.


d. Solusi Mengendalikan Digital untuk Merawat Mental


  Menghadapi tantangan ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk

mengendalikan dampak negatif teknologi digital pada kesehatan mental kita:

1. Membangun Kesadaran Digital: Pertama-tama, kita perlu memahami

bagaimana teknologi digital memengaruhi pikiran dan perasaan kita. Ini melibatkan

pengenalan terhadap pola konsumsi digital kita dan dampaknya terhadap kesejahteraan

mental kita.

2. Menetapkan Batas Waktu Layar: Mengatur waktu layar harian adalah langkah

penting untuk menghindari ketergantungan berlebihan pada teknologi. Ini melibatkan

menentukan batas waktu yang wajar untuk penggunaan media sosial, periklanan digital,

dan hiburan online lainnya.

3. Melibatkan Diri dalam Kegiatan Bermakna: Membuat waktu untuk kegiatan

yang meningkatkan kesejahteraan mental seperti meditasi, yoga, olahraga, dan seni

adalah cara yang baik untuk menjaga keseimbangan hidup. Ini juga dapat membantu

mengalihkan fokus dari perangkat digital.

4. Membangun Keterhubungan Sosial Langsung: Interaksi sosial langsung

memiliki dampak besar pada kesejahteraan mental. Meluangkan waktu untuk bertemu

teman dan keluarga secara fisik, terlibat dalam percakapan yang dalam dan bermakna,

dapat membantu mengatasi perasaan kesepian dan isolasi.

  Kesehatan mental dalam era digital adalah tantangan yang memerlukan perhatian

serius. Meskipun teknologi digital memberi kita banyak manfaat, kita harus tetap

waspada terhadap dampak negatifnya. Dengan mengendalikan konsumsi digital,

mengembangkan kesadaran digital yang kuat, dan berinvestasi dalam interaksi sosial

langsung serta kegiatan bermakna, kita dapat menjaga kesehatan mental kita dan meraih

manfaat penuh dari dunia digital tanpa merusak keseimbangan hidup kita. Dengan

demikian, "Mengendalikan Digital, Merawat Mental" bukan hanya semboyan, tetapi

juga merupakan langkah proaktif untuk mencapai kesejahteraan di era modern ini.

“Terjerat dalam Jaringan Digital” Mengupas Dampak Psikologis Perbudakan Modern di Era Teknologi

HIMIKOM

 “Terjerat dalam Jaringan Digital”

Mengupas Dampak Psikologis Perbudakan Modern di Era Teknologi


Oleh: Rafiqoh Wahidah 


  Angkat tangan jika kamu pernah terjebak dalam kisah horor di mana sinyal wifi tiba-

tiba menghilang di tengah pertemuan zoom yang penting, dan kamu merasa seperti sedang

terperangkap di “Twilight Zone” versi teknologi. Tetapi tahukah kamu bahwa ada jenis

perbudakan modern yang terjadi di balik layar ponsel kita?


  Mari kita jalin diskusi ini dengan gaya yang lebih segar dan menarik, sembari

melempar pandangan cepat pada sebuah perandaian. Coba bayangkan, saat kamu sedang

asyik menelusuri berita di media sosial, tiba-tiba layar gawai mu penuh dengan judul

‘Terjerat dalam Jaringan Digital’. Rasanya seperti momen dari film fiksi ilmiah, tetapi inilah

kenyataan yang mungkin tidak kamu sadari. Cobalah kita letakkan lensa perhatian kita di era

digital yang penuh canggih ini. Di tengah laju perkembangan zaman yang semakin maju dan

kebisingan notifikasi ponsel kita yang tak pernah reda, siapa sangka bahwa perbudakan masih

terjadi.

  Perbudakan sering kali hanya dihubungkan dengan praktik pada era kolonialisme.

Namun, di zaman modern ini, masih terjadi banyak praktik “Slavery” yang dilakukan di

Indonesia. Bahkan, Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-19 dalam Global Slavery

Index tahun 2016. Tetapi yang lebih mengejutkan lagi, perbudakan modern ini tidak hanya

terjadi dalam dunia fisik, melainkan juga menyelinap ke dalam dunia maya. Benar-benar

seperti skenario dari film fiksi ilmiah, bukan?

  Dalam era di mana teknologi mendominasi hampir setiap aspek kehidupan kita,

terbuka pula pintu bagi tantangan baru terhadap kemanusiaan. Di balik kilauan dunia digital

yang modern, ada realitas gelap yang tak terhindarkan, yaitu perbudakan modern (modern

slavery). Meskipun terasa jauh dari zaman modern, nyatanya hal ini masih eksis dalam

bentuk yang lebih rahasia dan sering kali tak terlihat di tengah dunia digital. Artikel ini akan

mengupas tuntas bagaimana era digital telah mengintensifkan perbudakan modern dan

dampaknya terhadap kesehatan mental, serta menyajikan solusi yang dapat kita terapkan

guna menekan persentase angka terjadinya perbudakan modern di Indonesia.

  

Sebelum kita melangkah lebih dalam, penting untuk memahami arti dari istilah

perbudakan modern itu sendiri. “Modern Slavery” atau perbudakan modern merujuk pada

praktik-praktik yang melibatkan pengekangan, eksploitasi, dan pemanfaatan manusia dengan

cara yang mirip dengan perbudakan tradisional, tetapi terjadi dalam konteks zaman modern.

Praktik ini melibatkan penyalahgunaan hak asasi manusia, pekerjaan paksa, perdagangan

manusia, eksploitasi seksual, dan berbagai bentuk penindasan yang merampas hak manusia

terhadap kebebasan.

  Perbudakan modern terus berlangsung karena adanya kesadaran tentang situasi

sosial-ekonomi di Indonesia yang menjebak sejumlah masyarakat yang tidak mempunyai

pilihan, serta kurangnya pengetahuan sejak semula soal apa yang mereka ikuti. Di tengah era

dengan pesatnya perkembangan teknologi, perbudakan modern telah mengambil wujud baru

dalam bentuk perbudakan digital, di mana teknologi dan internet dimanfaatkan untuk

memanipulasi, mengendalikan, atau mengeksploitasi korban.

  Dalam banyak kasus, para korban perbudakan modern tidak memiliki kebebasan

untuk memilih atau melarikan diri dari situasi yang merugikan mereka. Mereka seringkali

diperlakukan seolah hanya barang komoditas yang dapat diperjualbelikan, tanpa

mendapatkan hak dasar dan martabat manusia yang seharusnya dihormati. Sayangnya, isu

ini sering kali terjadi di tempat-tempat yang sulit diakses dan tidak menjadi masalah yang

diprioritaskan. Seperti halnya semua orang, mereka yang terjebak dalam jaringan perbudakan

modern masuk ke dalamnya dengan harapan dapat memperbaiki kehidupan mereka, serta

akibat kurangnya pemahaman tentang cara menghadapi pengaruh negatif media sosial.

  Setelah memahami konsep perbudakan modern, mari beralih pada pembahasan

mendalam mengenai perbudakan modern dalam dunia digital. Penting untuk menyadari

bahwa era digital telah memberikan jalan yang lebih luas bagi perbudakan modern untuk

berkembang. Salah satu isu mengenai perbudakan digital yang sedang hangat

diperbincangkan saat ini adalah kasus “Revenge Porn”. Permasalahan ini seakan menjadi

plot drama yang tersasar dalam panggung dunia digital. Bayangkan saja, ada seseorang yang

dengan seenaknya menyebarkan konten seksual tanpa izin, lalu menjadikannya sebagai

senjata untuk mengancam, memeras, mengendalikan, dan merendahkan korban.

  Menurut penelitian dari Cyber Civil Rights Initiative, sekitar 1 dari 25 orang dewasa

di Amerika Serikat pernah menjadi korban “Revenge Porn”. Ini bukan hanya sekadar bualan,

melainkan masalah serius yang mencoreng cahaya dunia digital yang cerah.

Di tengah era digital yang seharusnya membawa kebebasan dan konektivitas,

paradoksnya adalah teknologi juga memberikan alat bagi pelaku perbudakan modern untuk

mengontrol dan mengeksploitasi korban mereka. Tantangan utama yang dihadapi oleh

korban perbudakan modern adalah isolasi dan teror psikologis. Teknologi yang semakin

canggih justru memungkinkan pelaku mengawasi dan mengendalikan korban melalui pesan

teks, panggilan telepon, dan jejaring sosial. Ini menciptakan rasa ketidakamanan konstan dan

perasaan terperangkap dalam keadaan tanpa akhir. Dalam situasi ini, gangguan stres pasca-

trauma (PTSD), depresi, dan kecemasan menjadi rekan setia yang dapat meruntuhkan

kesejahteraan mental korban.

  Meskipun dampak psikologis perbudakan modern dalam era digital adalah tantangan

yang serius, solusi ada di ujung jari kita. Edukasi dan kesadaran masyarakat adalah langkah

awal yang penting dalam mengatasi masalah ini. Memahami tanda-tanda perbudakan modern

dan cara melaporkannya adalah langkah pertama menuju pencegahan dan perlindungan

korban potensial. Meskipun teknologi memainkan peran dalam mengintensifkan dampak

perbudakan modern pada kesehatan mental, ia juga dapat menjadi alat bagi pemulihan. Kita

dapat mengubah arahnya, dari alat yang bisa membantu perbudakan menjadi semakin

tersembunyi, menjadi alat yang membebaskan dan memberdayakan. Aplikasi kesehatan

mental, konseling online, dan platform komunitas adalah sumber daya yang dapat membantu

korban mengatasi dampak psikologis yang mereka alami.

  Namun, ada pula tantangan yang perlu diatasi dalam mencari solusi. Kekhawatiran

tentang privasi dan keamanan seringkali menghalangi korban perbudakan modern untuk

mencari bantuan. Mereka takut bahwa melaporkan atau mencari dukungan akan

membahayakan mereka lebih lanjut. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga

terkait untuk memastikan bahwa informasi korban dilindungi dan bahwa proses bantuan

dilakukan dengan penuh rahasia.

  Dalam dunia digital yang semakin terkoneksi, perbudakan modern masih ada di

antara kita, merenggut kebebasan dan martabat manusia. Menghadapai kenyataan mungkin

lebih gelap dari apa yang kita bayangkan, namun kita tidak bisa hanya terus mengangguk dan

beranjak pergi. Ini adalah panggilan untuk bertindak, untuk melawan perbudakan modern

yang terus tumbuh di era teknologi ini. Dalam suasana yang semakin terkoneksi dan canggih,

mari kita buktikan bahwa kita tidak akan membiarkan layar digital yang kita cintai menjadi

panggung bagi ketidakadilan dan penderitaan.

  Terkadang, jawaban dari masalah yang tampak tak terkendali adalah langkah-langkah

kecil yang kita ambil bersama. Meskipun seringkali terhanyut dalam pusaran teknologi, hal

tersebut hendaknya tidak menghalangi kita untuk menjadi suara yang berbicara bagi mereka

yang terjerat dalam jaringan perbudakan modern. Saat kita tenggelam dalam dunia maya,

jangan lupakan bahwa setiap tindakan yang kita lakukan, setiap kata yang kita ucapkan, bisa

menjadi langkah kecil yang membantu menghentikan siklus perbudakan modern di era ini.

Mari kita tinggalkan bekas jejak yang berarti di dunia digital. Sudah saatnya kita

menjadikan teknologi sebagai kekuatan untuk kebaikan, dan alat untuk mengatasi

permasalahan yang tersembunyi. Kita adalah generasi yang mampu merubah narasi,

membangun solusi, dan membantu mereka yang terpinggirkan mendapatkan kembali

kebebasan dan hak mereka.

  Jadi, mari kita berdiri bersama, menjalin aksi-aksi nyata di balik layar dan di dunia

nyata. Mari kita berbicara dengan suara yang berani, menginspirasi perubahan, dan

memastikan bahwa di era teknologi ini, kemanusiaan tetap menjadi nilai utama. Dalam

rangkaian kode dan algoritma, mari kita ciptakan jejak harapan dan keadilan bagi mereka

yang telah terjerat dalam jaringan digital. Masa depan adalah milik kita untuk dibentuk, dan

bersama, kita bisa membuatnya bebas dari bayang-bayang perbudakan modern.

Tantangan Masalah Kesehatan Mental Di Era Digital

HIMIKOM

 Tantangan Masalah Kesehatan Mental Di Era Digital

oleh : Putri Apriliani


  Kesehatan mental (mental health) adalah keadaan dimana seseorang merasa benar-

benar baik, dapat mewujudkan potensi dirinya, dapat menahan tekanan nyata dalam

berbagai situasi, dapat bekerja secara produktif dan berpartisipasi secara langsung.

Kesehatan mental menjadi isu yang semakin mendesak dalam kehidupan modern, terutama

dengan berkembangnya teknologi digital. Era digital memasuki Revolusi Industri 4.0, dunia

industri baru yang bersifat global. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan era digital

membawa dampak yang besar. Berbicara era 4.0, sudah ada era baru yang disebut era 5.0

(Society 5.0) yang fokus pada komponen manusia sehingga era ini tak hanya membawa

banyak kemudahan dan peluang, namun juga membawa tantangan baru bagi kesehatan

mental seseorang. Dalam artikel ini, saya mengeksplorasi dampak era digital terhadap

kesehatan mental, tantangan yang muncul, dan solusi yang dapat diambil. Di era digital

yang berkembang pesat, kesehatan mental menjadi topik yang semakin mendapat perhatian.

Teknologi modern membawa banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, namun juga

membawa tantangan baru bagi kesehatan mental.

  Salah satu dampak positif era digital adalah kemudahan akses informasi dan layanan

kesehatan mental secara online. Individu dapat dengan mudah menemukan informasi,

sumber daya pendukung, dan bahkan pengobatan secara online. Di sisi lain, paparan

informasi tidak sehat atau negatif secara berlebihan di media sosial dapat berdampak buruk

pada kesehatan mental. Sebagai bagian integral dari era digital, media sosial memiliki

dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental. Membandingkan diri sendiri dengan

orang lain di atas panggung sering kali menimbulkan perasaan rendah diri dan

ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Standar kecantikan dan kesempurnaan yang terlihat di

media sosial dapat menimbulkan kecemasan dan depresi pada sebagian orang.

Penting bagi kita untuk mengembangkan kesadaran digital yang sehat. Mengelola

waktu pemakaian perangkat, menetapkan batasan di media sosial, dan menghindari paparan

konten berbahaya adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental di era digital.

Menyerap momen offline, mengembangkan hobi di luar dunia digital, dan menjaga

interaksi sosial di dunia nyata juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan. Selain

itu, literasi media dan pendidikan kesehatan mental harus ditingkatkan, terutama di

kalangan generasi muda. Mereka perlu memahami bagaimana mencari informasi yang

dapat memberikan manfaat positif dan bagaimana mengenali tanda-tanda kesehatan mental

pada diri sendiri dan orang lain.

  Di era yang semakin digital, peran orang tua, pendidik dan masyarakat dalam

mendukung kesehatan mental sangatlah penting. Semua pihak harus bekerja sama untuk

menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional dan psikologis yang

sehat sambil mengajarkan cara-cara efektif untuk berinteraksi dengan teknologi.


Beberapa tantangan yang muncul dengan berkembangnya zaman terutama bagi kesehatan

mental, meliputi :

1. Ketergantungan Teknologi

Masyarakat saat ini cenderung terjebak dalam penggunaan teknologi seperti

smartphone dan media sosial yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

Kecanduan ini dapat menyebabkan kecemasan, stres dan depresi karena perbandingan

sosial, pencarian validasi di internet dan informasi yang berlebihan dan seringkali informasi

yang berlebihan.

Solusi: Pengaturan penggunaan teknologi. Penting untuk mengelola penggunaan teknologi

secara bijak. Menetapkan batasan waktu dan menghindari penggunaan berlebihan dapat

membantu mengurangi efek negatif. Keseimbangan yang diperlukan dapat dicapai dengan

mengetahui kapan harus “log out” dari media sosial dan fokus pada aktivitas nyata.

2. Cyberbullying dan SMS

Era digital menghadirkan risiko pelecehan dan penghinaan secara online melalui pesan

teks. Kegiatan tersebut dapat merusak harga diri dan kesehatan mental seseorang, terutama

di kalangan generasi muda yang kurang beruntung.

Solusi: Kesadaran dan Pendidikan Langkah-langkah penting termasuk meningkatkan

kesadaran akan dampak negatif dari cyberbullying dan SMS serta mendidik masyarakat,

terutama anak-anak dan remaja, tentang pentingnya membicarakan pengalaman online yang

tidak menyenangkan. Pendidikan pencegahan dan bela diri di dunia digital juga harus

digalakkan.

3. Perbandingan Sosial dan Citra Tubuh

Media sosial sering kali memuat gambar-gambar yang diubah secara digital dan

idealisasi tubuh yang tidak realistis. Hal ini dapat memicu perasaan rendah diri,

ketidakpuasan tubuh, dan gangguan makan.

Solusi: Literasi Media dan Kepositifan Tubuh. Langkah pertama adalah membantu

masyarakat memahami bahwa gambar yang diposting di media sosial mungkin tidak

mencerminkan kenyataan. Mempromosikan gerakan tubuh positif dan literasi media dapat

membantu menciptakan citra tubuh dan diri Anda sendiri yang lebih realistis dan positif.

4. Isolasi sosial

Meskipun teknologi memungkinkan adanya konektivitas global, ironisnya era digital

juga dapat memicu isolasi sosial. Mengandalkan komunikasi online dapat mengurangi

interaksi pribadi yang penting untuk kesehatan mental yang baik.

Solusi: Interaksi fisik dan dukungan kesehatan mental secara online. Mengutamakan

interaksi sosial langsung itu penting. Namun, era digital juga menawarkan platform

dukungan kesehatan mental online seperti terapi online dan kelompok dukungan virtual.

Dengan menggabungkan keduanya, Anda mendapatkan keseimbangan yang lebih baik.

5. Konten Berbahaya

Paparan konten berbahaya atau merugikan di internet dapat memiliki dampak serius

pada kesehatan mental seseorang. Konten semacam itu bisa memicu perasaan cemas, stres,

atau bahkan menyebabkan depresi. Bahaya utamanya adalah bahwa paparan tak terduga

atau tidak diinginkan terhadap konten tersebut dapat mengganggu pikiran dan emosi

dengan cepat.

Solusi: Menjaga privasi dan keamanan online dengan mengaktifkan pengaturan privasi di

media sosial dan hindari mengklik tautan atau mengikuti sumber yang meragukan.

Selanjutnya mempertimbangkan untuk menginstal perangkat lunak keamanan yang baik

dan menggunakan fitur pemfilteran pada beberapa platform. Jika menemukan konten

berbahaya, harap laporkan atau hindari memublikasikannya ulang. Terakhir, mempelajari

keterampilan penting literasi digital dan penilaian konten akan membantu Anda

menghindari paparan konten berbahaya.

6. Gangguan Tidur

Penggunaan gadget dan perangkat elektronik secara berlebihan di malam hari dapat

mengganggu ritme sirkadian tubuh kita. Cahaya biru yang dipancarkan layar dapat

menekan produksi melatonin, hormon tidur alami tubuh kita. Sehingga penggunaan

berlebihan dapat menyebabkan gangguan tidur dan memperburuk kualitas tidur. Jika Anda

ingin memastikan tidur malam yang nyenyak, penting untuk mengurangi paparan cahaya

biru sebelum tidur, misalnya dengan mengaktifkan mode malam di perangkat Anda atau

menghindari layar elektronik sebelum tidur.

Soluai : Menjaga waktu tidur yang konsisten, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman

dan gelap, menghindari kafein dan gawai sebelum tidur, serta berolahraga secara teratur

namun tidak terlalu dekat dengan waktu tidur. Jika masalah tidur terus berlanjut,

pertimbangkan untuk menemui dokter.

  Dari beberapa contoh tantangan dan solusi yang sudah dipaparkan, terdapat berbagai

tantangan lain yang dapat memicu kesehatan mental di era digital saat ini. Secara

keseluruhan, kesehatan mental di era digital menghadapi tantangan nyata. Namun, dengan

kesadaran, edukasi, dan bimbingan yang tepat, masyarakat dapat tetap menjaga

kewarasannya saat berpartisipasi dalam dunia digital yang semakin terhubung. Hanya

dengan pendekatan holistik kita dapat memaksimalkan manfaat teknologi modern tanpa

mengorbankan kesejahteraan mental. Dalam menghadapi berbagai tantangan di era digital

saat ini sangat diperlukan kesadaran diri dari tiap individu dalam menyikapi perkembangan

zaman, serta keikutsertaan masyarakat terutama keluarga dalam mengawasi dan

membimbing generasi milenial agar seimbang dalam memperhatikan kesehatan mental.

KESEHATAN MENTAL DI ERA DIGITAL : BAGAIMANA PENGARUHNYA?

HIMIKOM

 KESEHATAN MENTAL DI ERA DIGITAL : BAGAIMANA

PENGARUHNYA?

oleh : Nindya Keisha


  Organisasi kesehatan dunia atau yang lebih dikenal dengan World Health Organization

mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera dimana manusia mampu mewujudkan

potensi mereka baik secara fisik, mental dan sosial. Dalam kata lain WHO menjelaskan bahwa

tidak adanya suatu penyakit terhadap kesejahteraan psikologis, efikasi diri, otonomi dan aktualisasi

diri (WHO, 2014)

  Ada 4 karakteristik seseorang dinyatakan sehat secara mental, yaitu mereka mampu

mengenali diri sendiri, mampu mengatasi stress, mampu melakukan gaya hidup produktif dan

mampu memberikan manfaat untuk lingkungan sekitar.

  Namun tidak dapat dipungkiri bahwa telah banyak perubahan yang terjadi selama beberapa

tahun belakang. Khususnya keadaan dimana kita hidup dalam kendali penuh dengan digital. Kita

telah berada dimana teknologi menjadi bagian vital yang masuk ditengah hiruk pikuk dunia.

Digitalisasi tidak hanya membawa teknologi berkembang begitu pesat namun tidak dapat

dipungkiri fakta bahwa saat ini sangat sulit untuk mengabaikan koneksi internet yang terus

menerus memberikan kita rangsangan adiktif dan hiburan. Hampir semua aktivitas telah dijalankan

dengan cara digital. Kehidupan menjadi lebih fleksibel dan efisiensi dengan kemajuan teknologi

yang kita rasakan saat ini, misalnya dapat kita lihat pada kasus dimana manusia mampu mengenali

dan memahami kecerdasan buatan yang digunakan untuk melakukan pembayaran pesanan online.

Mari kita sebut saja seperti Shopee, Tokopedia, Gofood, Grab dan lainnya yang marak ditemukan

guna mempermudahkan kehidupan manusia. Hal-hal inilah yang mengantarkan kita pada situasi

dimana kita mampu untuk berekspresi tanpa kendala ruang dan waktu. Era digital membuka

peluang baru yang lebih luas untuk belajar, berbagi, mengenal dan menciptakan hubungan dengan

siapa saja dan dimana saja. Faktanya digitalisasi mampu memberikan dampak yang signifikan

terhadap kehidupan manusia. Namun apakah dalam aspek kesehatan jiwa manusia mampu

beradaptasi pada digitalisasi yang terjadi saat ini?

  Kementerian kesehatan mencatat setidaknya ada 227 ribu kasus masalah kesehatan jiwa di

Indonesia pertahun 2020. Sedangkan menurut Riset Kesehatan Dasar menunjukkan lebih dari 19

juta penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun mengalami gangguan kesehatan mental emosional

dan lebih dari 12 juta penduduk berusia 15 tahun mengalami depresi. Sedangkan CNN News

mengutip setidaknya ada 2.45 juta kasus kesehatan jiwa yang terjadi pada remaja Indonesia pada

ahkir tahun 2022 lalu. Kasus ini lebih banyak dialami oleh anak usia produktif. Masalah kesehatan

jiwa yang semakin memperihatinkan tentu saja akan mempengaruhi produktivitas nasional.


Lantas bagaimana masalah ini harus dikupas dalam ranah yang mengkhawatirkan?


  Kesehatan jiwa erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Aktivitas fisik dan non-fisik

adalah celah utama dalam menghadirkan kelelahan emosional. Oleh karena nya kesehatan jiwa

yang terganggu mengakibatkan timbulnya gangguan mental atau penyakit mental. Meski terlihat

sepele nyatanya lebih dari 80 persen kasus kematian remaja disebabkan oleh gangguan mental

seperti depresi, bipolar, stress berlebihan dan diagnosis lain nya. Sangat mengerikan fakta bahwa

lebih banyak manusia berjuang melawan diri mereka sendiri untuk bertahan demi sebuah

kehidupan. Perkembangan teknologi pun tak mampu memberikan pertolongan yang lebih cepat

dalam mengatasi kasus tersebut. Dalam beberapa kasus teknologi memberikan pengaruh yang

sangat parah karena sifatnya yang terbebas dari ruang dan waktu. Cyber bullying secara tragis

eksistensi nya semakin meluas. Komentar negatif, standar yang diciptakan sosial media dan

semuanya seolah menjadi boomerang yang menyerang siapa saja dan kapan saja. Tak heran bila

perkembangan internet memiliki kemampuan signifikan dalam menyalurkan dampak negatif

terutama dalam konteks kesehatan mental dan emosional. Tidak lupa pula menyebutkan

perkembangan AI (artificial intelligent) atau kecerdasan buatan yang sudah menyebar luas.

Kecerdasan buatan diakui mampu memberikan jawaban yang akurat dalam waktu hitungan detik

saja, namun sadis nya kehadiran nya bagaikan duri dalam selimut.

  Keadaan inilah yang menciptakan realitas dimana digitalisasi yang terjadi mempengaruhi

kesehatan seseorang secara emosional. Belum lagi jika kita berbicara dalam konteks visualisasi.

Tekanan dimana seseorang merasa harus tampil dengan sempurna, menciptakan public image yang

luar biasa tanpa memikirkan kemampuan diri sendiri dan standar yang tidak waras guna meraih

validasi sesaat. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan dalam hiburan digital yang bersifat adiktif

faktanya mampu membuat seseorang terisolasi dari kehidupan sosial mereka, lebih menyedihkan

lagi fakta bahwa dunia digital secara tidak disengaja menciptakan standar kemewahan yang

mengundang keinginan untuk di glorifikasi.

  Zaman yang semakin canggih memang tidak akan lepas dari dampak negatif. Namun

sebagai manusia yang dianugrahi akal dan pikiran, tentu saja kita memiliki opsi untuk

meminimalisir kan status quo yang ada saat ini. Penting bagi kita untuk mengenali dan memahami

dampak dan konsekuensi yang terjadi dan wajib bagi kita menganalisa serta mampu memberikan

solusi yang mumpuni di era digital ini.


Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari kita dari gangguan

emosional yang dipengaruhi oleh digitalisasi.


1. Content Filtering, fakta bahwa kita dapat mengakses konten apa saja tanpa dalam

hitungan detik adalah salah satu kemudahan yang ditawarkan oleh digitalisasi. Namun

sadarilah bahwa tidak semua konten bersifat edukatif. Dalam banyak kasus konten di

sosial media memberikan efek negatif dimana penggna merasa tidak aman. Maka dari

itu pilah lah konten membangun. Konten yang mampu memberikan inspirasi, motivasi

dan dorongan akan berdampak besar untuk pola kehidupan. Ciptakanlah lingkungan

digital yang positif dengan cara mampu memilah konten yang layak dikonsumsi dam

tidak layak dikonsumsi.

2. Physically active, aktif secara fisik mampu membuat tubuh jauh lebih segar dan bugar.

Cukup melakukan olahraga ringan yang dapat dilakukan secara fleksibel yang teratur.

Olahraga mampu mengurangi gejala stress dan meningkatkan suasana hati yang lebih

bahagia.

3. Keep it private, penting untuk disadari bahwa dunia digital tidak selalu menjadi tempat

yang aman, oleh karena itu kita harus mempunyai batasan-batasan tertentu dalam

memberikan data pribadi kita. Cobalah untuk lebih tegas dan lebih bijak lagi dalam

menggunakan sosial media dengan menghindari memberikan informasi yang bersifat

sensitif.

4. Distrac yourself from continually online activities, membatasi diri dalam menggunakan

aktivitas online nyatanya memberikan dampak positif jauh lebih baik daripada terus

menerus bermain dalam digitalisasi. Temukanlah hobi yang bermanfaat seperti

membaca buku, melukis, berjalan-jalan dan lainnya yang mampu meningkatkan

hormon serotonin kita. Hal-hal tersebut memberi suasana hati yang sangat baik dalam

mengurangi tanda-tanda kecemasan, stress dan depresi.

  Sangat penting untuk kita menciptakan pola hidup yang seimbang. Fakta bahwa digitalisasi

tidak hanya membawa pengaruh positif namun juga pengaruh negatif menciptakan bentuk nyata

dari pemahaman untuk terus mempunyai kesadaran terhadap kesehatan kita secara emosional.

Penting untuk kita mengatur batas antara dunia digital dan dunia nyata. Bergabung dengan

kegiatan yang lebih bermakna, melakukan hobi yang disukai, menghabiskan waktu diluar rumah

dan memperkuat kesehatan mental kita. Tak lupa juga kelilingi lah dirimu dengan orang-orang

positif yang mampu memberikan perubahan diri menuju jiwa yang sehat. Tetaplah optimis, fokus

dan menjaga kesehatan mental diri sendiri adalah salah satu dari sekian banyak solusi yang bisa

kita lakukan. Perlu untuk dicatat bahwa didalam tubuh yang kuat ada jiwa yang sehat.

KESEHATAN MENTAL DI ERA DIGITAL : TANTANGAN DAN SOLUSINYA

HIMIKOM

 KESEHATAN MENTAL

DI ERA DIGITAL : TANTANGAN DAN SOLUSINYA

oleh : Nabila Wijaya


   Di era sekarang sudah amat banyak yang menyadari dan peduli dengan mental diri

masing masing akan tetapi lupa untuk peduli dan menjaga mental orang lain contoh seperti yang

sekarang sudah banyak kita temui yaitu media sosial banyak nya jari jari nakal orang luar yang

terlalu ikut campur akan masalah orang lain orang orang yang bersembunyi di balik kata akan

peduli sesama manusia, mereka terlalu berlebihan dalam menanggapi permasalahan orang lain

yang mungkin hanya dia lihat dari sebuah konten dengan minim durasi mereka menghakimi

tanpa melihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yang dapat mengakibatkan terluka nya

perasaan orang lain, sakit hati yang dapat memicu stress dan balik lagi akan mengganggu

kesehatan mental orang lain

  Banyak kritikan kritikan berlebihan hanya karena orang yang menceritakan permasalahan

dirinya di sosial media, mereka beranggapan dan mengkritik orang tersebut terlalu berlebihan

hanya karena mereka menceritakan permasalahan nya di sosial media dan mengatakan seolah

olah hanya dia yang mengeluh di sosial media yang mempunyai masalah di dunia ini, tanpa

mereka tau jika mungkin itu adalah salah satu solusi agar mereka bisa lega dengan masalah yang

sedang dia hadapi, tanpa mempedulikan bahwa mereka hanya ingin di dengar tanpa harus di beri

solusi, hanya sekedar ingin menceritakan permasalahan nya yang mungkin saja tidak tau harus

mengeluhkan dengan siapa dan harus bercerita dengan siapa. Jangan pernah menghakimi

permasalahan orang lain yang bahkan kamu saja tidak pernah merasakan nya jangan

mengkomentari dengan kata kata yang tidak pantas di terima oleh siapa pun.

  Terdapat beberapa kasus yang banyak dialami oleh tokoh tokoh terkenal, mereka yang

bekerja di depan layer yang sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak di balik layer untuk seperti

apa mereka akan berkelakuan pun sering menjadi sasaran empuk oleh komentar ataupun

tanggapan jahat kepada dirinya tanpa tahu bahwa dia hanyalah pekerja biasa, mereka yang

berusaha sekuat tenaga untuk tetap tegar dan kuat dengan komentar komentar jahat untuk

menghidupi dirinya dan keluarga nya mereka yang bahkan tidak memberi pengaruh buruk atapun

merugikan orang lain. Mereka seakan akan dicari kesalahan nya oleh orang luar menyerang

secara langsung maupun di sosial media nya mereka yang tidak mengenal waktu hanya untuk

berkirim pesan atau pun berkomentar buruk seakan mereka bertaruh bahwa seberapa lama tokoh

tersebut dapat bertahan dengan kecaman kecaman jahat dari mereka, mereka yang berlomba

lomba untuk menjatuhkan demi kepuasan tersendiri bahkan mencari cari apa kelemahan para

tokoh terkebal tersebut. Hanya untuk kepuasan diri mereka bahkan tidak peduli seperti apa

mental nya yang harus dia perbaiki seberapa rusak mental yang para tokoh terkenal tersebut

alami mereka yang berkata itu adalah dampak dari orang orang terkenal, mereka yang

beranggapan itu komentar jahat tersebut pantas mereka dapatkan

  Tidak sedikit dari orang orang yang iri hati akan kesempurnaan orang lain yang dia

unggah di sosial media nya sendiri, mereka yang mencari cara bagaimana kesempurnaan yang

mereka lihat hancur yang tanpa mereka sadari bahwa tidak ada orang yang sempurna akan tetapi

mereka hanya terlalu pintar untuk menutupi kekurangan nya atau mereka yang tidak menjadikan

kekurangan nya sebagai hambatan diri nya sendiri

  Selain dari itu banyak nya orang orang yang self diagnose atau bisa di sebut memeriksa

diri sendiri. Orang yang mengira ngira mereka mengalami gangguan mental nya hanya karena

melihat hal hal yang dia rasa sama dengan apa yang ia lihat di sosial media tanpa konsultasi

dengan orang orang ahlinya orang orang yang menekuni profesi di bagian yang lebih pantas

mendiagnosa apa yang terjadi dengan mental nya, terdapat beberapa pelaku yang bahkan dengan

sengaja menyepelekan kata kesehatan mental mereka yang mengarang cerita akan kesakitan nya

akan kehancuran mental nya hanya karena ingin mendapatkan perhatian oleh banyak orang, dan

menjadi terkenal, mereka mempermainkan kata sakit mental nya hanya untuk merasa di kasihani.

Membuat para khalayak akan semakin membabi buta dengan orang yang benar benar mengalami

gangguan kesehatan mental, para khalayak akan semakin kurang percaya dengan orang yang

memiliki gangguan kesehatan mental karena beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab

akan kesalahan diri nya sendiri.

  Penting nya akan sifat cuek dan terkesan tidak peduli akan komentar komentar buruk

yang dapat memperburuk kondisi mental diri sendiri mari menghindari orang orang yang dapat

menguras energi positif yang telah susah payah kita bangun jangan terlalu peduli akan apa kata

orang lain karena yang mengenal dirimu adalah diri kita sendiri tidak ada orang yang mengenal

dirimu sebaik diri kita sendiri abaikan mereka yang tidak memahami mu dan mereka yang

membuatmu selalu merasa akan kekurangan. Hargai dirimu sendiri selayaknya kamu ingin

dihargai.

  Kerusakan mental juga termasuk penyakit yang cukup serius dan banyak dialami orang

orang yang bahkan tidak mengenal berapapun usia nya, faktor yang sangat mempengaruhi

kesehatan mental sendiri biasanya dari dalam yaitu orang orang terdekat orang yang hampir

mengetahui seluruh cerita hidupmu yang menjadi sumber sakit terbesarmu, banyak nya orang

yang tidak peduli akan kesehatan mental terhadap orang yang tidak bisa mereka sebut orang

asing, orang yang seharusnya berperan besar untuk mendukung kesehatannya baik itu Kesehatan

jasmani maupun Rohani, mereka yang seharus nya menjadi sebuah rumah tempat berpulang

tempat berlindung tempat berkeluh kesah tempat dimana kita merasa aman dari serangan sosial

yang bahkan baru kita kenal, rumah yang tidak menyediakan tempat istirahat tempat yang sangat

didamba setelah kelelahan dengan dunia sosial

  Depresi satu kata yang menyiratkan sebuah sakit yang tidak bis akita lihat dengan mat a

kita sendiri tetapi sangat amat luar biasa rasa sakit nya, rasa akan menyerah dengan keadaan, rasa

akan hilang nya kepercayaan diri, terasa amat sangat rendah karena kita tidak bisa sesuai apa

yang orang lain ingin kan tanpa bertanya terlebih dahulu apa yang diri kita sendiri inginkan apa

yang diri kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk diri kita sendiri tanpa harus pusing

memikirkan keinginan orang lain, bahkan sampai tidak bisa berdiri dengan normal melihat

kedepan untuk tahu bahwa kita tidak seburuk yang orang kira.

  Kesehatan mental sangat amat didamba oleh semua orang untuk keberlangsungan hidup

yang lebih baik, untuk kehidupan yang normal. Hidup lah seperti apa yang kita mau bukan

seperti apa yang mereka mau, hiduplah untuk orang orang yang berarti bagi diri kita, orang orang

yang juga ingin melihat kebahagiaan kita sendiri bahkan jika kita tidak mendapatkan nya dari

orang lain maka hiduplah untuk diri kita sendiri untuk yang selalu kita dampakan yaitu

kebahagiaan.

BE -FINE : Inovasi Berbasis Digital di Era Screen Culture Guna Menjaga Kesehatan Mental di Kalangan Generasi Z

HIMIKOM

 BE -FINE : Inovasi Berbasis Digital di Era Screen Culture Guna Menjaga

Kesehatan Mental di Kalangan Generasi Z

oleh : Karina Salsa Sabila


  Kesehatan mental seseorang memiliki urgensi yang sama dengan kesehatan

fisik. Kesehatan mental adalah sesuatu yang tersirat dan berhubungan langsung dengan

kejiwaan seseorang. Oleh karena itu, banyak individu yang telihat sehat secara fisik

tetapi belum tentu memiliki kondisi kesehatan yang sama secara jiwa. Kesehatan mental

adalah kemahiran individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam usaha

mendapatkan kebahagiaan ataupun ketentraman hidup sehingga terhindar dari gangguan

jiwa. Kesehatan mental seseorang akan berdampak pada aktifitas kesehariaannya

dimana dengan mental yang sehat individu dapat berkegiatan secara produktif,

memberikan kontribusi untuk komunitas, menggali potensi diri secara optimal dan

memiliki kemampuan mengatasi problematika kehidupan dengan baik. Hal ini sesuai

dengan definisi kesehatan mental itu sendiri yang dikeluarkan oleh World Health

Organization (WHO). Sedangkan yang dimaksud dengan masalah kesehatan mental

adalah serangkaian kondisi yang berdampak pada kesehatan mental. Saat ini, kondisi

kesehatan mental menjadi perhatian negara-negara global tidak terkecuali negara

Indonesia.

  Isu kesehatan mental menjadi isu yang harus diperhatikan dan tidak boleh kita

kesampingkan karena berlandaskan data global di tahun 2019 yang dikeluarkan oleh

Badan Kesehatan Dunia (WHO), prevelensi gangguan mental di dunia mencapai 450

juta jiwa atau bisa dikatakan 1 dari 8 orang di dunia menderita gangguan kesehatan

mental. Di Indonesia sendiri berdasarkan Riset Kesehatan Nasional Indonesia, 3,7%

orang menderita depresi dari populasi 250 juta orang. Lembaga Matrik dan Evaluasi

Kesehatan juga menambahkan bahwa 20% anak-anak dan remaja bergelut dengan

masalah kesehatan mental. Data tersebut juga diperkuat oleh data terbaru yang

dikeluarkan oleh Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey di Tahun 2022

yang menunjukan bahwa 15,5 juta (34,9%) remaja mengalami masalah mental dan 2,45

juta (5,59%) remaja mengalami gangguan mental. Kondisi ini tentu saja sangat

mengkhawatirkan karena penderita ganguan mental didominasi oleh kalangan generasi

muda yang nantinya akan menjadi kunci untuk pembangunan bangsa.

  Pemerintah tentu saja telah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah ini

salah satunya yaitu mengeluarkan UU No. 18 yang mengatur tentang kesehatan mental

dan pengobatan seseorang dengan penyakit mental. Tetapi sayangnya dari banyaknya

penderita gangguan mental di Indonesia, baru 2,6% yang mengakses layanan konseling

baik emosi ataupun perilaku. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti : 1)

stigma buruk masyarakat tentang kesehatan mental. Sampai saat ini kebanyakan

masyarakat masih memandang negatif para penderita gangguan mental sehingga dengan

stigma buruk tersebut penderita merasa malu bahkan enggan untuk meminta dan

mencari pertolongan. Mayoritas mayarakat acapkali memandang orang sakit jiwa sama

dengan orang gila. Tentu saja hal ini akan sangat menghambat implementasi regulasi

kesehatan mental di Indonesia. 2) Keterbatasan jumlah psikolog dan psikiater dimana

Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat hanya ada 600-800 psikiater di seluruh

Indonesia, artinya satu psikiater harus melayani sekitar 300 ribu – 400 ribu pasien. Hal

tersebut tentu saja sangat berbeda jauh dari standar WHO yang menetapkan standar

jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan jumlah penduduk adalah 1 : 30 ribu orang.

3) Kurangnya akses untuk layanan kesehatan mental. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi

geografis Indonesia yang begitu luas. Kementerian Kesehatan Indonesia memaparkan

ada sekitar 45 rumah sakit jiwa yang tersebar di 34 provinsi dengan kondisi fasilitas dan

tenaga professional yang masih terbatas dan kurang memadai kebutuhan masyarakat.

  Di era digital ini kegiatan interaksi berubah seratus delapan puluh derajat dimana

dengan kecanggihan teknologi, semua kegiatan interaksi bisa dilakukan secara mobile,

artinya perubahan ini menuntut cara-cara konvensional diubah menjadi cara-cara digital

atau bisa dikenal dengan sebutan screen culture. Generasi z adalah generasi pertama

yang tumbuh dengan ketersediaan konten on-demand dan dikelilingi oleh akses internet

sepanjang hidup mereka. Generasi z kini menjadi pusat mobilitas yang memprioritaskan

penggunaan layar kecil seluler dalam kegiatan kesehariannya. Menyesuaikan dengan

karakteristik generasi z yang tidak bisa lepas dari internet maka jawaban dari

permasalahan kesehatan mental di Indonesia khususnya dalam hal pelayanan bisa kita

alihkan dengan inovasi digital karena lebih efektif dan efisien baik itu dari segi waktu,

tenaga maupun biaya. Oleh karena itu, aplikasi BE-FINE hadir sebagai solusi dan

inovasi dalam rangka menjaga kesehatan mental bagi kalangan generasi z di era digital.


  BE-FINE adalah inovasi layanan kesehatan mental berbasis digital yang bisa diakses

kapan pun dan dimana pun oleh semua kalangan khususnya oleh kalangan generasi z.

Inovasi ini merupakan sinergi bidang kesehatan dengan bidang teknologi yang sudah

melekat menjadi inti dari komunikasi saat ini. Hal ini disesuaikan dengan data di tahun

2023 yang dikeluarkan oleh Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

(APJII) yang menunjukan bahwa pengguna internet di Indonesia semakin melonjak

tinggi yaitu ada 215,63 juta pengguna. Hal ini tentu saja menjadi peluang besar

penggunaan teknologi internet dalam meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan

mental di Indonesia. BE-FINE dirancang untuk memberikan bantuan klinis,

menghimpun akses layanan kesehatan mental yang terbatas oleh jarak dan

meningkatkan pencapaian hasil optimal pada kesehatan mental di kalangan generasi z.

Aplikasi BE-FINE akan menggabungkan beberapa konsep yang disesuaikan dengan

era screen culture yaitu dengan menggunaan konsep yang menekankan pada pendekatan

ilmu pengetahuan berbasis modern seperti big data, Artifikal Intelligence (AI), dan

Internet of Things (IoT). Internet of Things (IoT) akan mempermudah kita dalam

memperluas manfaat dari internet yang terkoneksi secara terus-menerus sehingga kita

bisa mentrasfer sebuah big data melalui jaringan tanpa harus melalui interaksi manusia

terlebih dahulu. Sementara itu, Artifikal Intelligence (AI) akan memiliki peran sebagai

mesin yang mampu menganalisa dan memutuskan tindakan selanjutnya dengan kadar

yang sudah ditetapkan sebelumnya. Maka, mengacu pada komponen-komponen tersebut

aplikasi BE-FINE akan berusaha mengoptimalkan fitur-fitur yang ada supaya bisa

memberikan pelayanan maksimal kepada para penggunanya. Beberapa fitur yang akan

diterapkan pada aplikasi BE-FINE yaitu :

 

 • Fitur JUMPA KOSELOR

 

Fitur ini dirancang untuk para pengguna yang ingin melakukan konsultasi secara

online. Pengguna dapat berkomunikasi dengan konselor secara real time via mobile

tanpa harus bertatap muka secara langsung. Fitur ini menjadi jawaban dari ketimpangan

akses layanan kesehatan mental yang terkendala oleh faktor geografis khususnya untuk

pengguna di daerah-daerah terpelosok karena untuk melakukan konsultasi pengguna

tidak perlu pergi jauh-jauh sehingga akan lebih efektif dan efisien dari segi waktu,

tenaga maupun biaya.


Fitur JUMPA KONSELOR bisa dimanfaatkan pengguna untuk melakukan

pemeriksaan dini (screening) mengenai keadaan kesehatan mental mereka oleh tenaga

professional dan para ahli psikolog yang telah tersedia di aplikasi BE-FINE sehingga

diharapkan pengguna bisa merekognisi keadaan kejiwaan mereka dan bisa melanjukan

proses treatment yang lebih lanjut lagi. Hal ini sejalan dengan target pemerintah

mengenai kesehatan mental yang berubah haluan dari proses kuratif dan rehabilitatif

menjadi proses promotif dan preventif yang berfokus pada aksi pencegahan. Fitur ini

juga bisa dimanfaatkan oleh pengguna atau individu yang kurang bisa terbuka jika harus

bercerita secara langsung karena kerahasiaan identitas pengguna akan menjadi jaminan

di aplikasi BE-FINE sehingga pengguna bisa dengan lancar melakukan konsultasi

seterbuka mungkin tanpa harus ada yang ditutupi karena merasa takut atau pun malu.

 

  • Fitur BILIK REMBUKAN

 

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk bergabung dengan komunitas yang

memiliki minat dan ketertarikan yang sama khususnya hal-hal mengenai kesehatan

mental. Di fitur ini pengguna bisa berinteraksi satu sama lain dengan pengguna lainnya

selain itu pengguna bisa melakukan diskusi serta bertukar informasi di halaman

komunitas yang sudah disediakan. Fitur bilik rembukan juga dilengkapi dengan fitur

chatting menyesuaikan dengan karakteristik generasi z yang senang melakukan

percakapan melalui pesan online. Pengguna bisa mencurahkan perasaan mereka di sini

dan pengguna lain bisa saling menanggapi dan menyemangati sehingga individu yang

membutuhkan tempat cerita namun bingung harus pergi ke mana dan bercerita ke siapa,

maka fitur BILIK REMBUKAN ini lah jawabannya. Fitur ini akan membuat pengguna

merasa didengar dan meyakinkan pengguna bahwa mereka tidaklah sendirian.

 

• Fitur PSIKOEDUKASI


 Fitur ini akan menggunakan beberapa konsep yaitu visual-based berupa artikel-

artikel mengenai kesehatan mental, audio-based berupa podcast yang bisa didengarkan

oleh pengguna dan kombinasi dari konsep keduanya yaitu video-based berupa non-

internet video yang bisa dinikmati langsung oleh pengguna. Fitur ini dirancang sebagai

wadah edukasi bagi para pengguna mengenai kesehatan mental sehingga pengguna bisa

mendapatkan banyak pengetahuan saat berselancar di fitur PSIKOEDUKASI ini.





  Strategi implementasi aplikasi BE-FINE akan dilakukan melalui empat tahapan

yaitu : 1) tahap perancangan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap sosialiasi, 4) dan tahap

evaluasi. Semua tahapan ini dilakukan untuk memastikan rancangan aplikasi BE-FINE

sesuai dengan perancangan yang sesuai dengan metode User Interface (berhubungan

dengan tampilan dan visualisasi), User Experience (berhubungan dnengan pengalaman

pengguna), dan Usability (berhubungan dengan kemudahan penggunaan).

  Kesimpulannya BE-FINE merupakan inovasi mental health berbasis digital

dengan konsep collaborative yang disesuaikan dengan digitalisasi di era screen culture

dan menargetkan kalangan generasi z sebagai sasarannya. Diharapkan inovasi aplikasi

BE-FINE dapat menjadi solusi dalam memerangi prevelensi gangguan jiwa di Indonesia

dan mampu mewujudkan Sustainable Development Goals yang ketiga yakni good

health and well-being.



Rancangan akhir aplikasi BE-FINE.

Cyberhealth App: Metode Terapi Berbasis Aplikasi Sebagai Solusi Pemulihan Bagi Anak Korban Cyberbullying

HIMIKOM

 Cyberhealth App: Metode Terapi Berbasis Aplikasi Sebagai Solusi Pemulihan Bagi

Anak Korban Cyberbullying

Oleh : Indah Permata Syari


PENDAHULUAN

  Di era digital dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat dapat dilihat

dari banyaknya kegiatan yang sekarang ini sudah berbasis teknologi terutama di bidang

teknologi informasibb. Namun, dalam perkembangannya Pemanfaatan Teknologi

Informasi di era saat ini memiliki dua sisi yang berbeda seperti pisau bermata dua. Di satu

sisi, terdapat banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh, termasuk kemudahan

dalam menjalani berbagai tugas kehidupan serta peningkatan kualitas hidup manusia.

Namun, disisi lain, tidak sedikit kerugian dalam bentuk dampak negatif yang menyertai

penggunaan Teknologi Informasi ini. Salah satu dampak negatif yang muncul akibat

adanya Teknologi Informasi adalah fenomena Cyberbullying yang sering terjadi di

kalangan anak-anak yang umumnya terjadi di media sosial. Media sosial merupakan hasil

gabungan dari tiga komponen, yakni konten, komunitas, serta teknologi Web 2.0.

Kemajuan media sosial berpengaruh terhadap tiga aspek, yaitu masyarakat, bisnis, dan

lingkungan lokal. Media sosial bergantung pada teknologi berbasis web dan mobile untuk

menciptakan platform interaktif tempat pengguna dapat berbagi, berdiskusi, serta

mengubah konten. Berdasarkan informasi dari Nielsen, jumlah pengguna internet terus

bertambah seiring dengan pertumbuhan situs media sosial dibandingkan dengan jenis

situs lainnya.

  Cyberbullying, atau perundungan dunia maya, merujuk pada perilaku

perundungan yang menggunakan teknologi digital. Ini dapat terjadi di platform media

sosial, obrolan online, lingkungan bermain game, dan perangkat ponsel. Menurut konsep

"Think Before Text," cyberbullying adalah tindakan yang agresif dan disengaja yang

dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu. Tindakan ini menggunakan media

elektronik dan terulang secara berulang dari waktu ke waktu, ditujukan kepada seseorang

yang dianggap tidak mampu untuk dengan mudah menangkis perlakuan tersebut. Dalam

hal ini, ada ketidaksetaraan kekuatan antara pelaku dan korban. Istilah "ketidaksetaraan

kekuatan" dalam konteks ini merujuk pada persepsi kapasitas fisik dan mental yang

berbeda. Salah satu korban terbanyak cyberbullying adalah anak, hal tersebut dapat

dibuktikan dengan data ata Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pelanggaran

hak anak pada tahun 2021 menunjukkan angka masih cukup tinggi. Data pengaduan

masyarakat, pada tahun 2019 terdapat 4.369 kasus, pada 2020 naik menjadi 6.519 kasus

dan 2021 masih mencapai angka 5.953 kasus dimana dengan data tersebut menjadikan

indonesia masuk sebagai 10 negara teratas dengan kasus cyberbullying.


  Cyberbullying yang terjadi pada anak tentunya menimbulkan dampak yang begitu

besar seperti ketidakpercayaan terhadap orang lain, Menjadi tidak percaya diri,

Kekhawatiran berlebih, dan kurangnya motivasi dan bahkan dalam beberapa kasus

korban yang mengalami cyberbullying memutuskan untuk bunuh diri. Seperti dalam

kasus yang dialami oleh seorang anak berumur 13 tahun yang bernama Ryan Halligan

Suatu hari, sebuah cerita memalukan tentang dirinya menyebar di lingkungan sekolahnya.

Ryan menerima ejekan setiap hari dari teman-temannya. Tidak hanya itu, ada satu insiden

di mana seorang teman perempuannya berpura-pura memiliki ketertarikan romantis

terhadap Ryan, semata-mata untuk mendapatkan lebih banyak materi cerita memalukan

tentang Ryan. Namun, yang lebih jahatnya, teman perempuan ini secara terus-menerus

menyebarkan cerita-cerita tersebut dengan menambahkan unsur-unsur yang berujung

pada tindakan fitnah. Akibatnya, Ryan tidak hanya mengalami perundungan dalam

kehidupan sehari-hari, tetapi juga di ranah virtual dunia maya. Karena tidak mampu

bertahan, Ryan mengambil keputusan tragis dengan mengakhiri hidupnya. Dari kasus

diatas dapat penulis simpulkan bahwa cyberbullying bukanlah kasus yang dapat dianggap

sebagai kasus yang sepele, dibutuhkannya terobosan mengenai sebuah metode untuk

memulihkan mental anak yang mengalami cyberbullying. oleh karena itu penulis

memberikan sebuah solusi yang penulis tuangkan dalam artikel yang berjudul

Cyberhealth App: Metode Terapi Berbasis Aplikasi Sebagai Solusi Pemulihan Bagi

Anak Korban Cyberbullying .


PEMBAHASAN

  CyberHealth App adalah sebuah aplikasi yang dirancang untuk membantu anak-anak

yang menjadi korban cyberbullying dalam mengatasi dampak psikologis yang

ditimbulkan oleh perlakuan tersebut. Aplikasi ini memiliki berbagai fitur yang bertujuan

untuk memberikan dukungan, solusi, dan pemulihan bagi anak-anak yang mengalami

tekanan dan trauma akibat cyberbullying. adapun tahapan tahapan atau tiap fitur yang

akan dilalui anak anak dalam masa pemulihan akibat cyberbullying ialah:

1. Fitur pertama dalam aplikasi, yang diberi nama 'Talk with Cyber,' membawa

pengalaman terapi yang mendalam dan sangat berarti. Melalui fitur ini, anak-anak

yang tengah mengalami trauma akibat dari pengalaman cyberbullying

mendapatkan peluang yang benar-benar tak ternilai untuk terlibat dalam

percakapan pribadi yang bermakna dengan para psikolog yang memiliki

pemahaman mendalam tentang situasi mereka. Dalam lingkungan yang tercipta,

dimana rasa aman dan kepercayaan terjaga, mereka tidak hanya mendapatkan

bantuan, tetapi juga dukungan yang sangat penting untuk mampu bangkit dari

beban psikologis yang merintangi perkembangan mereka. Fitur ini menghadirkan

wadah unik bagi anak-anak untuk berbicara tanpa batasan. Ini adalah panggung

di mana mereka bisa menceritakan pengalaman mereka dengan bebas, tanpa rasa


khawatir. Hal ini memberi kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan

cerita dengan semua emosi yang terlibat, sekaligus meredakan beban tekanan dan

kecemasan yang selama ini mereka rasakan akibat dampak cyberbullying.

Percakapan ini menjadi ruang yang menerangi jalan pemulihan mereka,

memungkinkan mereka untuk memulai proses menghadapi luka-luka dan

melangkah menuju pemulihan dengan dukungan yang kuat dari para ahli psikolog

yang berpengalaman.

2. Fitur kedua, yang dijuluki "StressRelief Zone," menawarkan solusi kreatif dan

menyenangkan untuk membantu anak-anak mengatasi tekanan stres yang mereka

alami akibat cyberbullying. Dalam fitur ini, anak-anak diberi kesempatan untuk

bermain game yang dirancang khusus dengan tujuan menghilangkan tekanan

pikiran dan memberi hiburan yang menyegarkan Dalam dunia yang semakin serba

digital, permainan dapat menjadi pelarian yang sehat dan efektif. Melalui pilihan

game yang beragam dan menarik, anak-anak dapat menemukan cara untuk

mengalihkan perhatian dari tekanan yang mereka hadapi. Ini tidak hanya

memberikan momen hiburan dan kelonggaran mental, tetapi juga membantu

mereka mengembangkan keterampilan dalam menghadapi tantangan dan

meresponsnya dengan cara yang positif. Fitur "StressRelief Zone" ini juga

memiliki nilai edukatif. Melalui permainan yang dirancang dengan cermat, anak-

anak dapat belajar tentang manajemen emosi, pemecahan masalah, dan 

ketekunan. Dengan melibatkan diri dalam permainan yang menyenangkan,

mereka bisa merasakan sejumlah kecil kemenangan dan keberhasilan, yang pada

akhirnya dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Dengan demikian, fitur

kedua ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga alat yang efektif untuk

membantu anak-anak melepaskan tekanan stres dan memulihkan keseimbangan

emosional mereka. Dalam menciptakan suasana yang positif dan menyenangkan,

fitur ini memberi mereka cara untuk menjaga kesejahteraan mental mereka di

tengah tantangan yang dihadapi.

3. Fitur Ketiga 'Friend Cyber' adalah suatu ruang yang dirancang secara khusus

untuk memberikan anak-anak yang tengah mengalami dampak cyberbullying

tempat yang aman dan nyaman, sebagaimana platform sosial media. Dalam ruang

ini, mereka diberikan peluang untuk berinteraksi, berbagi pengalaman, dan saling

mendukung satu sama lain. Di sini, anak-anak memiliki kesempatan luar biasa

untuk berbicara tentang pengalaman mereka, kisah perjuangan yang telah mereka

hadapi, serta langkah-langkah positif yang berhasil mereka ambil untuk melewati

tantangan mental yang timbul akibat dari cyberbullying. Dalam suasana yang

penuh kepedulian, mereka dapat membuka hati tentang perasaan yang selama ini

mereka pendam. Ini adalah panggung tempat mereka bisa mengungkapkan

berbagai emosi, kekhawatiran, dan harapan tanpa takut dihakimi atau diremehkan.

  Fitur ini, dengan cermat dibangun sebagai wadah yang mendorong pertukaran

positif antara sesama korban cyberbullying. Kehadiran 'Friend Cyber' juga

mengilhami proses belajar dari satu sama lain. Dengan berbagi kisah dan strategi

yang berhasil, anak-anak ini bisa saling memberi dorongan serta inspirasi. Mereka

tidak lagi merasa sendirian, tetapi merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas

yang kuat, yang terdiri dari individu yang memahami persis apa yang mereka

alami

Selain tiga fitur diatas terdapat juga satu fitur yang di peruntukan bagi orang tua yakni

'Save Cyber' hadir dengan tujuan yang sangat berarti, yaitu memberikan orang tua kontrol

yang cerdas dan empatik dalam mengawasi aktivitas anak-anak mereka. Dalam dunia

yang semakin terhubung melalui teknologi, orang tua sering kali merasa perlu untuk

memahami lebih dalam mengenai apa yang sedang dilakukan oleh anak-anak mereka di

perangkat elektronik, terutama dalam hal ini, ponsel mereka. Dengan fitur 'Save Cyber,'

orang tua diberikan alat yang memungkinkan mereka untuk melihat aktivitas yang

dilakukan anak-anak mereka secara jarak jauh. Ini mencakup apa yang mereka lihat, apa

yang mereka akses, dan bagaimana mereka berinteraksi di dunia digital. Melalui

pemantauan ini, orang tua mendapatkan visibilitas yang penting untuk memahami pola

perilaku anak-anak mereka dalam lingkungan digital. Selain memberikan pandangan

lebih dalam tentang aktivitas anak-anak, fitur ini juga memiliki dampak yang sangat

berarti dalam konteks pencegahan dan pengamanan. Terutama dalam situasi yang sensitif

seperti cyberbullying, anak-anak cenderung merahasiakan pengalaman negatif mereka

dari orang tua. Mereka mungkin khawatir atau malu untuk berbicara tentang hal itu.

Namun, 'Save Cyber' hadir sebagai alat yang membantu orang tua mengenali tanda-tanda

ketidakamanan atau perundungan dalam lingkungan online. Dengan demikian, fitur 'Save

Cyber' bukan hanya sekadar alat pengawasan, tetapi juga sebagai pelindung yang peduli

terhadap kesejahteraan anak-anak. Ini memberikan orang tua informasi yang mereka

butuhkan untuk mendekati anak-anak mereka dengan kepedulian dan empati, serta

memberikan dukungan yang diperlukan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh

anak-anak di dunia maya.


KESIMPULAN

Pemanfaatan teknologi informasi di era digital membawa dampak positif dan negatif.

Salah satu dampak negatifnya adalah cyberbullying, terutama di kalangan anak-anak,

yang mengakibatkan dampak psikologis serius seperti kurangnya kepercayaan diri dan

bahkan potensi bunuh diri. Dalam konteks ini, CyberHealth App muncul sebagai metode

terapi berbasis aplikasi dengan fitur 'Talk with Cyber' (terapi mendalam), 'StressRelief

Zone' (meredakan stres), 'Friend Cyber' (tempat berinteraksi), dan 'Save Cyber'

(pemantauan oleh orang tua). App ini menjadi solusi penting dalam memulihkan

kesehatan mental anak-anak yang terkena dampak buruk cyberbullying.