Cyberhealth App: Metode Terapi Berbasis Aplikasi Sebagai Solusi Pemulihan Bagi Anak Korban Cyberbullying

 Cyberhealth App: Metode Terapi Berbasis Aplikasi Sebagai Solusi Pemulihan Bagi

Anak Korban Cyberbullying

Oleh : Indah Permata Syari


PENDAHULUAN

  Di era digital dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat dapat dilihat

dari banyaknya kegiatan yang sekarang ini sudah berbasis teknologi terutama di bidang

teknologi informasibb. Namun, dalam perkembangannya Pemanfaatan Teknologi

Informasi di era saat ini memiliki dua sisi yang berbeda seperti pisau bermata dua. Di satu

sisi, terdapat banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh, termasuk kemudahan

dalam menjalani berbagai tugas kehidupan serta peningkatan kualitas hidup manusia.

Namun, disisi lain, tidak sedikit kerugian dalam bentuk dampak negatif yang menyertai

penggunaan Teknologi Informasi ini. Salah satu dampak negatif yang muncul akibat

adanya Teknologi Informasi adalah fenomena Cyberbullying yang sering terjadi di

kalangan anak-anak yang umumnya terjadi di media sosial. Media sosial merupakan hasil

gabungan dari tiga komponen, yakni konten, komunitas, serta teknologi Web 2.0.

Kemajuan media sosial berpengaruh terhadap tiga aspek, yaitu masyarakat, bisnis, dan

lingkungan lokal. Media sosial bergantung pada teknologi berbasis web dan mobile untuk

menciptakan platform interaktif tempat pengguna dapat berbagi, berdiskusi, serta

mengubah konten. Berdasarkan informasi dari Nielsen, jumlah pengguna internet terus

bertambah seiring dengan pertumbuhan situs media sosial dibandingkan dengan jenis

situs lainnya.

  Cyberbullying, atau perundungan dunia maya, merujuk pada perilaku

perundungan yang menggunakan teknologi digital. Ini dapat terjadi di platform media

sosial, obrolan online, lingkungan bermain game, dan perangkat ponsel. Menurut konsep

"Think Before Text," cyberbullying adalah tindakan yang agresif dan disengaja yang

dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu. Tindakan ini menggunakan media

elektronik dan terulang secara berulang dari waktu ke waktu, ditujukan kepada seseorang

yang dianggap tidak mampu untuk dengan mudah menangkis perlakuan tersebut. Dalam

hal ini, ada ketidaksetaraan kekuatan antara pelaku dan korban. Istilah "ketidaksetaraan

kekuatan" dalam konteks ini merujuk pada persepsi kapasitas fisik dan mental yang

berbeda. Salah satu korban terbanyak cyberbullying adalah anak, hal tersebut dapat

dibuktikan dengan data ata Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pelanggaran

hak anak pada tahun 2021 menunjukkan angka masih cukup tinggi. Data pengaduan

masyarakat, pada tahun 2019 terdapat 4.369 kasus, pada 2020 naik menjadi 6.519 kasus

dan 2021 masih mencapai angka 5.953 kasus dimana dengan data tersebut menjadikan

indonesia masuk sebagai 10 negara teratas dengan kasus cyberbullying.


  Cyberbullying yang terjadi pada anak tentunya menimbulkan dampak yang begitu

besar seperti ketidakpercayaan terhadap orang lain, Menjadi tidak percaya diri,

Kekhawatiran berlebih, dan kurangnya motivasi dan bahkan dalam beberapa kasus

korban yang mengalami cyberbullying memutuskan untuk bunuh diri. Seperti dalam

kasus yang dialami oleh seorang anak berumur 13 tahun yang bernama Ryan Halligan

Suatu hari, sebuah cerita memalukan tentang dirinya menyebar di lingkungan sekolahnya.

Ryan menerima ejekan setiap hari dari teman-temannya. Tidak hanya itu, ada satu insiden

di mana seorang teman perempuannya berpura-pura memiliki ketertarikan romantis

terhadap Ryan, semata-mata untuk mendapatkan lebih banyak materi cerita memalukan

tentang Ryan. Namun, yang lebih jahatnya, teman perempuan ini secara terus-menerus

menyebarkan cerita-cerita tersebut dengan menambahkan unsur-unsur yang berujung

pada tindakan fitnah. Akibatnya, Ryan tidak hanya mengalami perundungan dalam

kehidupan sehari-hari, tetapi juga di ranah virtual dunia maya. Karena tidak mampu

bertahan, Ryan mengambil keputusan tragis dengan mengakhiri hidupnya. Dari kasus

diatas dapat penulis simpulkan bahwa cyberbullying bukanlah kasus yang dapat dianggap

sebagai kasus yang sepele, dibutuhkannya terobosan mengenai sebuah metode untuk

memulihkan mental anak yang mengalami cyberbullying. oleh karena itu penulis

memberikan sebuah solusi yang penulis tuangkan dalam artikel yang berjudul

Cyberhealth App: Metode Terapi Berbasis Aplikasi Sebagai Solusi Pemulihan Bagi

Anak Korban Cyberbullying .


PEMBAHASAN

  CyberHealth App adalah sebuah aplikasi yang dirancang untuk membantu anak-anak

yang menjadi korban cyberbullying dalam mengatasi dampak psikologis yang

ditimbulkan oleh perlakuan tersebut. Aplikasi ini memiliki berbagai fitur yang bertujuan

untuk memberikan dukungan, solusi, dan pemulihan bagi anak-anak yang mengalami

tekanan dan trauma akibat cyberbullying. adapun tahapan tahapan atau tiap fitur yang

akan dilalui anak anak dalam masa pemulihan akibat cyberbullying ialah:

1. Fitur pertama dalam aplikasi, yang diberi nama 'Talk with Cyber,' membawa

pengalaman terapi yang mendalam dan sangat berarti. Melalui fitur ini, anak-anak

yang tengah mengalami trauma akibat dari pengalaman cyberbullying

mendapatkan peluang yang benar-benar tak ternilai untuk terlibat dalam

percakapan pribadi yang bermakna dengan para psikolog yang memiliki

pemahaman mendalam tentang situasi mereka. Dalam lingkungan yang tercipta,

dimana rasa aman dan kepercayaan terjaga, mereka tidak hanya mendapatkan

bantuan, tetapi juga dukungan yang sangat penting untuk mampu bangkit dari

beban psikologis yang merintangi perkembangan mereka. Fitur ini menghadirkan

wadah unik bagi anak-anak untuk berbicara tanpa batasan. Ini adalah panggung

di mana mereka bisa menceritakan pengalaman mereka dengan bebas, tanpa rasa


khawatir. Hal ini memberi kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan

cerita dengan semua emosi yang terlibat, sekaligus meredakan beban tekanan dan

kecemasan yang selama ini mereka rasakan akibat dampak cyberbullying.

Percakapan ini menjadi ruang yang menerangi jalan pemulihan mereka,

memungkinkan mereka untuk memulai proses menghadapi luka-luka dan

melangkah menuju pemulihan dengan dukungan yang kuat dari para ahli psikolog

yang berpengalaman.

2. Fitur kedua, yang dijuluki "StressRelief Zone," menawarkan solusi kreatif dan

menyenangkan untuk membantu anak-anak mengatasi tekanan stres yang mereka

alami akibat cyberbullying. Dalam fitur ini, anak-anak diberi kesempatan untuk

bermain game yang dirancang khusus dengan tujuan menghilangkan tekanan

pikiran dan memberi hiburan yang menyegarkan Dalam dunia yang semakin serba

digital, permainan dapat menjadi pelarian yang sehat dan efektif. Melalui pilihan

game yang beragam dan menarik, anak-anak dapat menemukan cara untuk

mengalihkan perhatian dari tekanan yang mereka hadapi. Ini tidak hanya

memberikan momen hiburan dan kelonggaran mental, tetapi juga membantu

mereka mengembangkan keterampilan dalam menghadapi tantangan dan

meresponsnya dengan cara yang positif. Fitur "StressRelief Zone" ini juga

memiliki nilai edukatif. Melalui permainan yang dirancang dengan cermat, anak-

anak dapat belajar tentang manajemen emosi, pemecahan masalah, dan 

ketekunan. Dengan melibatkan diri dalam permainan yang menyenangkan,

mereka bisa merasakan sejumlah kecil kemenangan dan keberhasilan, yang pada

akhirnya dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka. Dengan demikian, fitur

kedua ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga alat yang efektif untuk

membantu anak-anak melepaskan tekanan stres dan memulihkan keseimbangan

emosional mereka. Dalam menciptakan suasana yang positif dan menyenangkan,

fitur ini memberi mereka cara untuk menjaga kesejahteraan mental mereka di

tengah tantangan yang dihadapi.

3. Fitur Ketiga 'Friend Cyber' adalah suatu ruang yang dirancang secara khusus

untuk memberikan anak-anak yang tengah mengalami dampak cyberbullying

tempat yang aman dan nyaman, sebagaimana platform sosial media. Dalam ruang

ini, mereka diberikan peluang untuk berinteraksi, berbagi pengalaman, dan saling

mendukung satu sama lain. Di sini, anak-anak memiliki kesempatan luar biasa

untuk berbicara tentang pengalaman mereka, kisah perjuangan yang telah mereka

hadapi, serta langkah-langkah positif yang berhasil mereka ambil untuk melewati

tantangan mental yang timbul akibat dari cyberbullying. Dalam suasana yang

penuh kepedulian, mereka dapat membuka hati tentang perasaan yang selama ini

mereka pendam. Ini adalah panggung tempat mereka bisa mengungkapkan

berbagai emosi, kekhawatiran, dan harapan tanpa takut dihakimi atau diremehkan.

  Fitur ini, dengan cermat dibangun sebagai wadah yang mendorong pertukaran

positif antara sesama korban cyberbullying. Kehadiran 'Friend Cyber' juga

mengilhami proses belajar dari satu sama lain. Dengan berbagi kisah dan strategi

yang berhasil, anak-anak ini bisa saling memberi dorongan serta inspirasi. Mereka

tidak lagi merasa sendirian, tetapi merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas

yang kuat, yang terdiri dari individu yang memahami persis apa yang mereka

alami

Selain tiga fitur diatas terdapat juga satu fitur yang di peruntukan bagi orang tua yakni

'Save Cyber' hadir dengan tujuan yang sangat berarti, yaitu memberikan orang tua kontrol

yang cerdas dan empatik dalam mengawasi aktivitas anak-anak mereka. Dalam dunia

yang semakin terhubung melalui teknologi, orang tua sering kali merasa perlu untuk

memahami lebih dalam mengenai apa yang sedang dilakukan oleh anak-anak mereka di

perangkat elektronik, terutama dalam hal ini, ponsel mereka. Dengan fitur 'Save Cyber,'

orang tua diberikan alat yang memungkinkan mereka untuk melihat aktivitas yang

dilakukan anak-anak mereka secara jarak jauh. Ini mencakup apa yang mereka lihat, apa

yang mereka akses, dan bagaimana mereka berinteraksi di dunia digital. Melalui

pemantauan ini, orang tua mendapatkan visibilitas yang penting untuk memahami pola

perilaku anak-anak mereka dalam lingkungan digital. Selain memberikan pandangan

lebih dalam tentang aktivitas anak-anak, fitur ini juga memiliki dampak yang sangat

berarti dalam konteks pencegahan dan pengamanan. Terutama dalam situasi yang sensitif

seperti cyberbullying, anak-anak cenderung merahasiakan pengalaman negatif mereka

dari orang tua. Mereka mungkin khawatir atau malu untuk berbicara tentang hal itu.

Namun, 'Save Cyber' hadir sebagai alat yang membantu orang tua mengenali tanda-tanda

ketidakamanan atau perundungan dalam lingkungan online. Dengan demikian, fitur 'Save

Cyber' bukan hanya sekadar alat pengawasan, tetapi juga sebagai pelindung yang peduli

terhadap kesejahteraan anak-anak. Ini memberikan orang tua informasi yang mereka

butuhkan untuk mendekati anak-anak mereka dengan kepedulian dan empati, serta

memberikan dukungan yang diperlukan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh

anak-anak di dunia maya.


KESIMPULAN

Pemanfaatan teknologi informasi di era digital membawa dampak positif dan negatif.

Salah satu dampak negatifnya adalah cyberbullying, terutama di kalangan anak-anak,

yang mengakibatkan dampak psikologis serius seperti kurangnya kepercayaan diri dan

bahkan potensi bunuh diri. Dalam konteks ini, CyberHealth App muncul sebagai metode

terapi berbasis aplikasi dengan fitur 'Talk with Cyber' (terapi mendalam), 'StressRelief

Zone' (meredakan stres), 'Friend Cyber' (tempat berinteraksi), dan 'Save Cyber'

(pemantauan oleh orang tua). App ini menjadi solusi penting dalam memulihkan

kesehatan mental anak-anak yang terkena dampak buruk cyberbullying.



Email Facebook Google Twitter

HIMIKOM

Admin & Editor

Himikomunib.org adalah website Himikom ( himpunan mahasiswa ilmu komunikasi ) universitas Bengkulu

0 comments:

Post a Comment