Perlukah Validasi?

 Perlukah Validasi?

Oleh: Wahyuni Fitri


  Psikiater dan psikolog semakin banyak dicari bahkan beberapa tahun ke depan

pekerjaan di bidang kesehatan jiwa ini akan dimasukkan ke dalam instansi-instansi

masyarakat, seperti contoh di perusahaan agar pegawai lebih mudah untuk berkonsultasi.

  Bila kita telaah maka masalah kesehatan jiwa ini sudah menjadi hal yang sangat serius

sekarang. Membahas kesehatan mental sebenarnya sudah sangat sering namun tidak bisa

diberhentikan karena lonjakan kasus kesehatan mental terus meningkat terutama seiring

berkembangnya teknologi. Ketika seseorang menuntut dirinya sendiri untuk selalu

berpikir dan bersikap positif, serta menolak emosi negatif, hal inilah yang akan

berdampak buruk bagi kesehatan mental. Sehingga akan terbentuklah pribadi palsu yang

tidak dapat merealisasikan emosinya, ketika marah tidak boleh marah, ketika tersinggung

tidak boleh tersinggung. Padahal akan lebih mudah untuk menerima saja dan akui apa

yang dirasakan daripada memanipulasinya. Kehidupan adalah 10% tentang apa yang

terjadi pada kita dan 90% lain nya tentang bagaimana reaksi kita terhadap apa yang

terjadi.

  “Pengakuan” satu kata tapi sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Mungkin

kita pernah melihat orang-orang yang sangat aktif di media sosial bukan untuk sesuatu

hal yang penting, tapi sekedar mem-posting apa makanannya hari ini atau sekarang

sedang melakukan aktivitas apa yang semestinya orang lain tidak perlu tahu. Namun,

ketika ditanya mereka akan sontak menjawab itulah kegunaan sosial media. Atau

mungkin kita tidak asing dengan kalimat ini, “ ingin membanggakan kedua orang tua”,

sebenarnya tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut. Namun, jika kita lihat pada

kenyataannya refleksi dari membanggakan tersebut adalah pengakuan. Karena mentalitas

yang haus akan pembuktian dan validasi terus tumbuh di generasi sekarang, seakan-akan

hidup adalah bagaimana kita diakui orang.

  Banyak orang berlomba-lomba mem-posting kegiatan di media sosial yang pada

dasarnya hanya untuk kepuasan pribadi. Padahal semakin banyak yang orang lain tahu

tentang diri kita, maka akan semakin tidak tenang hidup kita. Sebagai contoh ketika

seseorang mem-posting foto baru di Instagram kemudian ada komentar yang kurang enak

dibaca sehingga membuat si pemilik foto kesal, begitulah contoh dari kegunaan sosial

media semua orang berhak dan bebas untuk berpendapat. Terkadang apa yang kita lihat

di sosial media dengan di kenyataannya tidak sesuai dengan ekspektasi, hal ini

dikarenakan orang-orang hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan. Apa

yang kamu tampakkan maka itulah yang akan menggerakkan jari-jari dan mulut orang

lain. Kekuasaan sosial media juga sangat berpengaruh, sekarang untuk sekedar

mengumpulkan masa tidak harus melakukan demo, cukup buat petisi dan disetujui oleh

banyak orang.

  Sering kali antara etika dan kenyataan, apa yang benar, dan apa solusinya, sulit di

seimbangkan. Ketika seseorang memiliki suatu masalah maka yang orang ini lakukan

adalah membagikan masalahnya di sosial media, diawali dengan bercerita mengenai

masalahnya kemudian mencurahkan apa yang ia rasakan. Terkadang orang-orang seperti

ini adalah orang yang haus akan pengakuan, dia tidak memiliki banyak bukti untuk

dukungan maka dari itu ia mencari rombongan lewat sosial media. Mereka akan

cenderung menghindar dan terus mencari dukungan atas kesalahan yang mereka benarkan

daripada mencari solusi dan menghadapi masalah tersebut. Padahal ketika kamu mulai

mengumbar masalah mu, 80% orang tidak akan peduli 20% sisanya senang kamu

memiliki masalah dan pada kenyataannya hidup akan jauh lebih tenang ketika orang lain

tidak banyak tahu tentang kita. Tanpa kamu sadari ketamakan dan keserakahan mu akan

sesuatu itu membuat kamu mengorbankan dan menyakiti diri mu sendiri bahkan orang

lain demi memenuhi pengakuan tersebut.

  Bagaimana menghadapi kritik dari orang lain? ketika kamu di kritik mulailah

untuk menyadari apakah kritikan tersebut benar. Jika kritik tersebut benar jadi kan

pembelajaran untuk mu. Tapi, jika kritik tersebut salah maka hidup mu akan baik-baik

saja karena yang rugi adalah mereka yang memberikan persepsi yang salah tentang diri

kamu karena kebenarannya sendiri tidak berubah, jadi ketika orang lain memberikan

kritik kepada kita dan ternyata kritik tersebut tidak benar adanya maka yang rugi adalah

mereka. Se mudah itulah cara berpikir untuk menjaga agar hidup tetap tenang. Hanya ada

satu cara untuk menghindari kritik, yaitu tidak melakukan apa-apa, tidak mengatakan apa-

apa, dan tidak menjadi apa-apa. lebih baik diam terlihat kosong daripada banyak bicara

sehingga kelihatan bodohnya. Dan pikirkan selalu apa yang akan kita sampaikan jangan

memermalukan diri kita sendiri.

  Jangan langsung percaya terhadap apapun cerita yang kamu dengar karena selalu

ada tiga sisi di baliknya, yaitu pandangan mu, pandangan orang lain, dan cerita yang

sebenarnya. Maka bacalah dari sudut pandang manapun sampai kamu tahu kebenaran

aslinya. Seperti itulah implementasi kita ketika membaca suatu berita yang ada di media

sosial, sebagai pengguna yang cerdas maka ada baiknya jangan langsung percaya dan

mulailah untuk menilai dan jika itu sangat penting maka carilah kebenaran berita tersebut.

Semua yang kita dengar adalah opini bukan fakta, semua yang kita lihat adalah perspektif

bukan kebenaran.

  Lalu bagaimana? Apa yang bisa kita lakukan? pertama fokus lah pada apa yang

dapat kamu kendalikan, seperti opini atau persepsi kita, keinginan kita, tujuan kita di

awal, dan segala sesuatu yang merupakan tindakan dan pikiran kita sendiri. Kemudian

tidak perlu mengkhawatirkan tentang apa pendapat orang lain dan tindakan orang lain,

serta apa yang tidak dapat kamu ubah. Hindari memberi tahu semua orang tentang

pengembangan dirimu, perbanyak lah mendengar daripada berbicara, kurangi mengeluh

bahkan ke diri sendiri. Keberuntungan adalah apa yang terjadi ketika kesempatan bertemu

dengan persiapan, tidak ada hal hebat yang tercipta dalam sekejap, dan terakhir lakukan

seluruh hal secukupnya.

  Tidak semua orang di dunia ini memahami niat kita sebenarnya, mereka tidak

terlalu tertarik kepada kita. Jadi, tidak perlu menjelaskan sesulit apa hidup kita atau

sekeras apa usaha kita. Kita hanya akan terus melakukan apa yang biasa kita lakukan, kita

akan terus maju diam-diam apapun kata orang, hanya karena kita hidup diam-diam bukan

berarti kita menghilang. Hal yang paling penting adalah tidak pernah menghilang. Hidup

itu bukan tentang membandingkan dirimu dengan orang lain, tapi apa pilihan yang kau

buat maka jangan pernah ragu akan diri sendiri. Jangan mencemaskan pandangan orang

lain atau pendapat merekan tentang mu, bukan pandangan orang lain yang membentuk

dirimu, tapi pandangan mu sendirilah yang membentuk dirimu. Hidup tentang mengubah

jalan yang berbeda entah kamu menginginkannya atau tidak, kamu harus menghadapi

kenyataan yang ada di hadapanmu, kamu tidak bisa selalu menemukan jawaban yang

tepat. Oleh karena itu, Jangan pernah berhenti menanyakan pertanyaan tentang mengapa

kita hidup dan untuk apa kita hidup. Begitu kamu berhenti melakukan itu, asmara dalam

hidup berakhir. Jika kamu mencintai takdir mu apa adanya dan berpikir positif. Maka,

kamu bisa mengatasi keterbatasan dan menjadi orang hebat. Berpikir sederhana itu yang

terbaik. Orang yang paling mencintaimu di dunia ini adalah dirimu. Pikirkan saja soal

tujuan dan kesuksesan mu. Hadapi semua rintangan yang menghalangi mu. Tidak ada

usia yang pas untuk meraih impian dan tidak ada batasannya.

Email Facebook Google Twitter

HIMIKOM

Admin & Editor

Himikomunib.org adalah website Himikom ( himpunan mahasiswa ilmu komunikasi ) universitas Bengkulu

0 comments:

Post a Comment