Pembukaan acara Welcome to Communication 2023 diselenggarakan di International Meeting Room, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu. Acara dimulai pukul 08.10 WIB dan diikuti oleh seluruh mahasiswa baru Ilmu Komunikasi 2023 serta para tamu undangan. Acara pembukaan dipandu oleh Muhammad Ifandi Mahendra dan Era Purwanti sebagai Master of Ceremony (MC) formal, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan sari tilawah oleh Rifky Noorfhadilah Andera dan Zharifah Namora Tanjung. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars HIMIKOM yang dipandu oleh Anindya Viola Azzahra sebagai dirigen, dan pembacaan doa oleh Perdi Danata. Acara dilanjutkan dengan penyampaian kata sambutan oleh Muhamad Ravie selaku Ketua Panitia Welcome to Communication 2023 dan Fachrul Prayoga selaku Ketua Umum HIMIKOM periode 2023. Kata sambutan dilanjutkan oleh Ibu Rasianna Br Saragih, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dan Bapak Dr. Mas Agus Firmansyah, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FISIP Universitas Bengkulu yang sekaligus membuka acara Welcome to Communication 2023.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan media yang diikuti oleh seluruh mahasiswa baru Ilmu Komunikasi 2023 yang berlokasi di Stasiun TVRI Bengkulu dan Rakyat Bengkulu (TV & Koran). Seluruh mahasiswa baru Ilmu Komunikasi 2023 berangkat menuju lokasi kunjungan Media menggunakan Bus pukul 09.50 WIB dan pulang kembali ke lokasi pukul 11.30 WIB. Setelah kegiatan kunjungan media, kegiatan dilanjutkan dengan ISAMA hingga pukul 13.00 WIB. Acara dilanjutkan dengan kegiatan WTC Talk Show yang dimulai pukul 13.25 WIB. Acara WTC Talk Show tahun ini mengundang narasumber dari salah satu alumni mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2016, Izon Ramadani. Acara WTC Talk Show berakhir pukul 14.25 WIB dan dilanjutkan dengan kegiatan debate yang dipandu oleh Aditya Anugrah. kegiatan debate mengundang 2 juri, yaitu Fhatiyyah Jannah dan Adilah Khaira Amini. Acara debate berakhir pukul 16.30 WIB dan acara Welcome to Communication 2023 hari pertama diakhiri dengan sharing session di Pelataran FISIP Universitas Bengkulu hingga pukul 17.00 WIB.
Minggu, 10 September 2023
Agenda hari kedua diawali dengan sharing session pukul 07.55 WIB sekaligus penilaian yel–yel dari setiap kelompok di Pelataran GB II UNIB. Peserta yang hadir berjumlah 91 dari 97 peserta yang mendaftar WTC 2023. Pada pukul 08.30 WIB kegiatan Welcome to Communication 2023 dibuka dengan penampilan kreativitas kelompok mahasiswa yang berupa pentas seni oleh seluruh mahasiswa baru Ilmu Komunikasi 2023 yang diselenggarakan di Pelantaran GB II UNIB. Pada pukul 10.30 WIB mahasiswa baru diminta untuk mengganti pakaian warna sesuai dengan warna gugus yang telah ditentukan dan acara selanjutnya akan dilanjutkan dengan sosialisasi HIMIKOM. Pada Pukul 11.00 WIB dilanjutkan dengan Sosialisasi HIMIKOM oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Wakil Bendahara Umum, serta Badan, Bidang, dan Kesekretariatan yang berada di bawah naungan HIMIKOM serta pembacaan Amanat Muker. Pada pukul 13.00 WIB ISAMA dan dilanjutkan dengan membuat kliping tentang sosialisasi HIMIKOM. Mahasiswa baru Ilmu Komunikasi mengerjakan kliping dengan kreatifitas dari masing-masing gugus, pengerjaan kliping selesai pada pukul 14.40 WIB.
Agenda selanjutnya adalah rally post yang dimulai pada pukul 15.00 WIB. Mahasiswa akan mendatangi setiap pos yang tertera pada peta yang telah dibagikan. Rally post berlokasi di Parkiran GB II, kantin, dan area Danau Inspirasi UNIB. Rally post berlangsung kurang lebih 3 Jam dan selesai pada pukul 18.15 WIB. Setelah itu, dilanjutkan dengan ISAMA dan berganti pakaian untuk acara penutupan yaitu malam puncak Welcome to Communication 2023.
Penutupan acara Welcome to Communication 2023 dimulai pada pukul 19.30 WIB yang dipandu oleh Muhammad Ifandi Mahendra dan Era Purwanti sebagai Master of Ceremony (MC) formal dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta Mars HIMIKOM. Dilanjutkan kata sambutan oleh Muhamad Ravie selaku Ketua Panitia WTC 2023 dan kata sambutan oleh Fachrul Prayoga selaku Ketua Umum HIMIKOM Periode 2023 sekaligus menutup agenda WTC 2023 secara resmi. Kemudian pembacaan doa oleh Perdi Danata. Agenda terakhir dari WTC 2023 yaitu malam puncak yang dimulai pukul 20.05 WIB. Agenda ini dihadiri oleh peserta, pengurus HIMIKOM, senior dan alumni Ilmu Komunikasi UNIB. Malam Puncak dipandu oleh Herlin Nisa Merdianti dan Muhammad Kevin Alfisyahrin Elvandry selaku pembawa acara hiburan. Diawali dengan give away dari sponsor, pengumuman gugus terbaik serta pengumuman putra dan putri WTC 2023. Kemudian pemasangan selempang dari putra dan putri WTC 2022 yaitu Muhamad Ravie dan Elsa M. Cik Nur kepada putra dan putri WTC 2023 yaitu Ariel Darma Yendi dan Dini Hutagalung. Agenda dilanjutkan oleh penampilan Band Eldentic. Agenda malam puncak selesai pukul 21.30 WIB, semua peserta dan tamu undangan diarahkan untuk meninggalkan lokasi.
Isu-isu kerusakan lingkungan sangat penting untuk diketahui oleh para pelancong ketika datang ke destinasi wisata yang akan dikunjungi. Sudah Banyak masyarakat yang menjadi lebih sadar akan lingkungan, terutama ketika akan bepergian ke wisata alam.
Ada banyak cara untuk bepergian ke destinasi yang lebih ramah lingkungan dengan cara menaiki kendaraan umum seperti kereta api, bus, maupun kendaraan umum lainnya.
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjadi turis yang lebih baik. Dan sekarang, banyak sekali komunitas maupun organisasi yang ingin menghargai satwa liar, mendukung komunitas pecinta alam, dan membatasi dampak lingkungannya, sehingga memiliki destinasi yang lebih mengedepankan ekowisata.
Forbes Advisor telah mengembangkan indeks ekowisata untuk membantu wisatawan menentukan lokasi terbaik yang menawarkan pengalaman akan sadar kepada lingkungan atau ekowisata.
Indeks tersebut mengukur berbagai faktor, termasuk jumlah spesies hewan dan tumbuhan, dan spesies yang dilindungi per 10 km persegi, persentase daratan yang dilindungi, jumlah Situs Warisan Alam UNESCO, emisi CO2 per kapita, dan kinerja lingkungan secara umum, seperti kualitas udara.
Dari hasil analisis data tersebut, negara Brasil menduduki posisi tertinggi dalam indeks ekowisata. Peringkat ini dibagi ke dalam berbagai kategori guna membantu merencanakan petualangan ramah lingkungan berikutnya.
Australia memiliki jumlah situs warisan dunia UNESCO terbanyak, sedangkan Brasil tampaknya memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tertinggi, dan Singapura paling kaya akan alam. Untuk persentase terbesar lahan lindung, Bhutan menempati posisi teratas, dan Yunani adalah negara dengan peringkat tertinggi di Eropa.
Berikut ini 10 destinasi teratas untuk kategori ekowisata menurut Forbes Advisor:
1. Brasil (skor indeks: 94,9)
2. Meksiko (skor indeks: 86)
3. Australia (skor indeks: 84)
4. Ekuador (skor indeks: 82,1)
5. Kosta Rika (skor indeks: 81,2)
6. Bhutan (skor indeks: 81)
7. Peru (skor indeks: 81)
8. Indonesia (skor indeks: 80,1)
9. Panama (skor indeks: 79,6)
10. Tanzania (skor indeks: 79,3)
penulis : Assyifa
Sumber : kompas.co
Perlukah Validasi?
Oleh: Wahyuni Fitri
Psikiater dan psikolog semakin banyak dicari bahkan beberapa tahun ke depan
pekerjaan di bidang kesehatan jiwa ini akan dimasukkan ke dalam instansi-instansi
masyarakat, seperti contoh di perusahaan agar pegawai lebih mudah untuk berkonsultasi.
Bila kita telaah maka masalah kesehatan jiwa ini sudah menjadi hal yang sangat serius
sekarang. Membahas kesehatan mental sebenarnya sudah sangat sering namun tidak bisa
diberhentikan karena lonjakan kasus kesehatan mental terus meningkat terutama seiring
berkembangnya teknologi. Ketika seseorang menuntut dirinya sendiri untuk selalu
berpikir dan bersikap positif, serta menolak emosi negatif, hal inilah yang akan
berdampak buruk bagi kesehatan mental. Sehingga akan terbentuklah pribadi palsu yang
tidak dapat merealisasikan emosinya, ketika marah tidak boleh marah, ketika tersinggung
tidak boleh tersinggung. Padahal akan lebih mudah untuk menerima saja dan akui apa
yang dirasakan daripada memanipulasinya. Kehidupan adalah 10% tentang apa yang
terjadi pada kita dan 90% lain nya tentang bagaimana reaksi kita terhadap apa yang
terjadi.
“Pengakuan” satu kata tapi sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Mungkin
kita pernah melihat orang-orang yang sangat aktif di media sosial bukan untuk sesuatu
hal yang penting, tapi sekedar mem-posting apa makanannya hari ini atau sekarang
sedang melakukan aktivitas apa yang semestinya orang lain tidak perlu tahu. Namun,
ketika ditanya mereka akan sontak menjawab itulah kegunaan sosial media. Atau
mungkin kita tidak asing dengan kalimat ini, “ ingin membanggakan kedua orang tua”,
sebenarnya tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut. Namun, jika kita lihat pada
kenyataannya refleksi dari membanggakan tersebut adalah pengakuan. Karena mentalitas
yang haus akan pembuktian dan validasi terus tumbuh di generasi sekarang, seakan-akan
hidup adalah bagaimana kita diakui orang.
Banyak orang berlomba-lomba mem-posting kegiatan di media sosial yang pada
dasarnya hanya untuk kepuasan pribadi. Padahal semakin banyak yang orang lain tahu
tentang diri kita, maka akan semakin tidak tenang hidup kita. Sebagai contoh ketika
seseorang mem-posting foto baru di Instagram kemudian ada komentar yang kurang enak
dibaca sehingga membuat si pemilik foto kesal, begitulah contoh dari kegunaan sosial
media semua orang berhak dan bebas untuk berpendapat. Terkadang apa yang kita lihat
di sosial media dengan di kenyataannya tidak sesuai dengan ekspektasi, hal ini
dikarenakan orang-orang hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan. Apa
yang kamu tampakkan maka itulah yang akan menggerakkan jari-jari dan mulut orang
lain. Kekuasaan sosial media juga sangat berpengaruh, sekarang untuk sekedar
mengumpulkan masa tidak harus melakukan demo, cukup buat petisi dan disetujui oleh
banyak orang.
Sering kali antara etika dan kenyataan, apa yang benar, dan apa solusinya, sulit di
seimbangkan. Ketika seseorang memiliki suatu masalah maka yang orang ini lakukan
adalah membagikan masalahnya di sosial media, diawali dengan bercerita mengenai
masalahnya kemudian mencurahkan apa yang ia rasakan. Terkadang orang-orang seperti
ini adalah orang yang haus akan pengakuan, dia tidak memiliki banyak bukti untuk
dukungan maka dari itu ia mencari rombongan lewat sosial media. Mereka akan
cenderung menghindar dan terus mencari dukungan atas kesalahan yang mereka benarkan
daripada mencari solusi dan menghadapi masalah tersebut. Padahal ketika kamu mulai
mengumbar masalah mu, 80% orang tidak akan peduli 20% sisanya senang kamu
memiliki masalah dan pada kenyataannya hidup akan jauh lebih tenang ketika orang lain
tidak banyak tahu tentang kita. Tanpa kamu sadari ketamakan dan keserakahan mu akan
sesuatu itu membuat kamu mengorbankan dan menyakiti diri mu sendiri bahkan orang
lain demi memenuhi pengakuan tersebut.
Bagaimana menghadapi kritik dari orang lain? ketika kamu di kritik mulailah
untuk menyadari apakah kritikan tersebut benar. Jika kritik tersebut benar jadi kan
pembelajaran untuk mu. Tapi, jika kritik tersebut salah maka hidup mu akan baik-baik
saja karena yang rugi adalah mereka yang memberikan persepsi yang salah tentang diri
kamu karena kebenarannya sendiri tidak berubah, jadi ketika orang lain memberikan
kritik kepada kita dan ternyata kritik tersebut tidak benar adanya maka yang rugi adalah
mereka. Se mudah itulah cara berpikir untuk menjaga agar hidup tetap tenang. Hanya ada
satu cara untuk menghindari kritik, yaitu tidak melakukan apa-apa, tidak mengatakan apa-
apa, dan tidak menjadi apa-apa. lebih baik diam terlihat kosong daripada banyak bicara
sehingga kelihatan bodohnya. Dan pikirkan selalu apa yang akan kita sampaikan jangan
memermalukan diri kita sendiri.
Jangan langsung percaya terhadap apapun cerita yang kamu dengar karena selalu
ada tiga sisi di baliknya, yaitu pandangan mu, pandangan orang lain, dan cerita yang
sebenarnya. Maka bacalah dari sudut pandang manapun sampai kamu tahu kebenaran
aslinya. Seperti itulah implementasi kita ketika membaca suatu berita yang ada di media
sosial, sebagai pengguna yang cerdas maka ada baiknya jangan langsung percaya dan
mulailah untuk menilai dan jika itu sangat penting maka carilah kebenaran berita tersebut.
Semua yang kita dengar adalah opini bukan fakta, semua yang kita lihat adalah perspektif
bukan kebenaran.
Lalu bagaimana? Apa yang bisa kita lakukan? pertama fokus lah pada apa yang
dapat kamu kendalikan, seperti opini atau persepsi kita, keinginan kita, tujuan kita di
awal, dan segala sesuatu yang merupakan tindakan dan pikiran kita sendiri. Kemudian
tidak perlu mengkhawatirkan tentang apa pendapat orang lain dan tindakan orang lain,
serta apa yang tidak dapat kamu ubah. Hindari memberi tahu semua orang tentang
pengembangan dirimu, perbanyak lah mendengar daripada berbicara, kurangi mengeluh
bahkan ke diri sendiri. Keberuntungan adalah apa yang terjadi ketika kesempatan bertemu
dengan persiapan, tidak ada hal hebat yang tercipta dalam sekejap, dan terakhir lakukan
seluruh hal secukupnya.
Tidak semua orang di dunia ini memahami niat kita sebenarnya, mereka tidak
terlalu tertarik kepada kita. Jadi, tidak perlu menjelaskan sesulit apa hidup kita atau
sekeras apa usaha kita. Kita hanya akan terus melakukan apa yang biasa kita lakukan, kita
akan terus maju diam-diam apapun kata orang, hanya karena kita hidup diam-diam bukan
berarti kita menghilang. Hal yang paling penting adalah tidak pernah menghilang. Hidup
itu bukan tentang membandingkan dirimu dengan orang lain, tapi apa pilihan yang kau
buat maka jangan pernah ragu akan diri sendiri. Jangan mencemaskan pandangan orang
lain atau pendapat merekan tentang mu, bukan pandangan orang lain yang membentuk
dirimu, tapi pandangan mu sendirilah yang membentuk dirimu. Hidup tentang mengubah
jalan yang berbeda entah kamu menginginkannya atau tidak, kamu harus menghadapi
kenyataan yang ada di hadapanmu, kamu tidak bisa selalu menemukan jawaban yang
tepat. Oleh karena itu, Jangan pernah berhenti menanyakan pertanyaan tentang mengapa
kita hidup dan untuk apa kita hidup. Begitu kamu berhenti melakukan itu, asmara dalam
hidup berakhir. Jika kamu mencintai takdir mu apa adanya dan berpikir positif. Maka,
kamu bisa mengatasi keterbatasan dan menjadi orang hebat. Berpikir sederhana itu yang
terbaik. Orang yang paling mencintaimu di dunia ini adalah dirimu. Pikirkan saja soal
tujuan dan kesuksesan mu. Hadapi semua rintangan yang menghalangi mu. Tidak ada
usia yang pas untuk meraih impian dan tidak ada batasannya.
URGENSI LITERASI SEHAT DAN PELAYANAN TELEMEDICINE UNTUK
MENJAGA KESEHATAN MENTAL PARA REMAJA DI ERA DIGITAL INDUSTRI
4.0
oleh : Sinta Emillina
Seperti yang diketahui, manusia sedang berada pada fase dimana teknologi digital
masuk ditengah-tengah kehidupan. Siapa yang tidak mengenal teknologi digital? Hampir
semua aktivitas sekarang dijalani melalui teknologi digital, seperti media sosial.
Penggunaan media sosial sangat membantu kehidupan sehari-hari, seperti melakukan
pembayaran online, membeli melalui situs online, memesan makanan di restoran, dan
lain-lain. Di era penggunaan teknologi digital dan media sosial, juga sebagai sarana untuk
bebas berekspresi. Manusia dapat melakukan komunikasi baik verbal dan nonverbal
terhadap siapa saja tanpa ada batas ruang dan waktu. Banyak manfaat dengan kehadiran
media sosial dikehidupan saat ini. Selain manfaat dan dampak positif tersebut, tentu saja
ada dampak negatif dari penggunaan media sosial. Melalui kebebasan berekspresi,
banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab memberikan komentar-komentar
negatif yang ditujukan untuk seseorang atau kelompok tertentu, hal ini biasa disebut
dengan cyberbullying, tidak hanya itu banyak berita yang tidak benar atau hoaks yang
tersebar melalui media sosial, hampir di seluruh kelompok usia terutama usia remaja
candu terhadap gadget, dengan mengakses aplikasi seperti facebook, instragram, atau
permainan secara online. Hal ini terkadang membuat mereka mengabaikan aktivitas
lainnya. Dampak negatif dari pengabaian aktivitas tersebut tentunya memiliki pengaruh
buruk pada kesehatan mental seseorang. Apa yang dimaksud dengan kesehatan mental?
Kesehatan mental adalah keseimbangan kehidupan dalam semua aspek, termasuk sosial,
fisik, spritual, ekonomi dan juga mental (Bellenir, 2010). Kesehatan mental juga dapat
diartikan sebagai fungsi mental yang berhasil menghasilkan aktivitas produktif, dan
mampu mengatasi perubahan dan kesulitan (Sperry, 2016). Kesehatan mental menjadi
topik yang semakin mendapat perhatian di era digital ini. Seiring dengan kemajuan
teknologi dan konektivitas yang tak terelakkan, dapat dengan mudah terhubung dengan
dunia luar melalui media sosial, berita online, dan perangkat elektronik lainnya.
Dunia digital memberikan dampak yang cukup signifikan pada remaja yang
membawa sejumlah tantangan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental
remaja. Masa remaja adalah dimana masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.
Pada masa ini terjadi perubahan secara biologis, hormonal, sosial, dan psikologis.
Tingginya angka gangguan psikis bahkan hingga percobaan bunuh diri pada remaja
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dasar mengenai kesehatan mental pada diri
remaja sehingga mereka tidak sigap saat menghadapi gangguan mental yang ada pada
dirinya maupun orang lain. Jika kesehatan mentalnya terganggu, maka suasana hatinya
akan terganggu, sulit berpikir dan kendali emosi, sehingga mengarah ke tindakan yang
buruk. 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental, yang umum terjadi adalah
depresi dan kecemasan. 6% umur 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental.
Menurut WHO 75% gangguan mental emosional, bunuh diri merupakan akibat dari
permasalahan kesehatan remaja. Faktanya 1 dari 20 remaja mengalami depresi dengan
proporsi remaja perempuan 3 kali lipat lebih besar dibanding remaja laki-laki. Menurut
Pusat Kontrol dan Pencegah Gangguan, ada 1 dari 12 remaja setiap tahun yang
memutuskan bunuh diri. Hal ini menjadi hal yang harus diperhatikan. Yang mana, para
remaja merupakan pelanjut generasi. Sebuah dunia, negara, dan bangsa akan ditentukan
oleh mereka. Bagaimana masa depan itu, mereka lah yang akan menentukan dan
membentuk. Akan tetapi, jika adanya gangguan kesehatan mental ini bagaimana para
remaja bisa menghadapi masa depannya nanti? Terlebih sekarang semuanya sudah serba
era digital. Kekhawatiran pada remaja pun semakin meningkat. Banyak dampak yang
menganggu kesehatan mental para remaja tersebut.
Maka dari itu, melalui artikel opini ini penulis mencoba menggagas ide mengenai
kesehatan mental di era digital melalui literasi sehat dan pelayanan telemedicine. Solusi
untuk mengatasi dan mengobati kesehatan mental di era digital yang sedang terjadi. Yang
pertama yaitu Literasi sehat. Literasi berasal dari bahasa Latin, tepatnya dari literatus
yang berarti terdidik, banyak membaca, atau memiliki pengetahuan yang berkaitan
dengan huruf. Dengan demikian, literasi melibatkan pemahaman, pelibatan, penerapan,
eksplorasi, dan transformasi teks. Perkembangan membaca remaja sangat erat kaitannya
dengan bahasa dan komunikasi pasa zaman sekarang. Komunikasi membantu bertukar
pikiran dan perasaan antar sesama manusia. Di era digital ini, literasi berfungsi untuk
mencegah penyebaran informasi palsu dan tidak dapat dipercaya. Merupakan bentuk
definisi literasi sehat. Kompetensi digital literasi sehat adalah kemampuan untuk
memahami, menganalisis, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara efektif
melalui platform digital. Dengan memiliki kompetensi digital literasi sehat yang kuat,
pengguna media terutama pada pengguna remaja dapat membedakan antara informasi
yang akurat dan dapat dipercaya dan informasi yang tidak valid atau palsu. Selain itu,
literasi sehat juga membantu remaja dalam mengidentifikasi sumber informasi yang dapat
diandalkan dan menghindari penyebaran informasi palsu. Karena itu, esensial bagi setiap
remaja untuk meningkatkan keahlian digitalnya agar dapat memperoleh manfaat dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan hati-hati dan bertanggung
jawab.
Kemajuan literasi remaja berkaitan erat dengan kemampuan bahasa atau komunikasi
mereka. Komunikasi dimaksudkan untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran mereka.
Literasi sehat pada remaja memengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif
mereka. Ketika remaja mampu berinteraksi dengan lingkungannya, mereka menjadi lebih
percaya diri, komunikatif, dan lebih menerima lingkungannya. Keterampilan komunikasi
lisan dan tulisan, seperti membaca dan menulis, merupakan keterampilan dasar yang
harus dimiliki oleh setiap manusia. Literasi merupakan keahlian dasar untuk
berpartisipasi di zaman digital saat ini. Literasi sehat sangat penting untuk
dipertimbangkan agar dapat berpartisipasi aktif dalam era digitalisasi. Pentingnya
pengenalan literasi sehat adalah kemampuannya yang menggunakan media digital secara
efektif, menggunakan media digital untuk memecahkan masalah sehari-hari, memahami
dimensi sosial dan dampak media digital terhadap masyarakat, dan mengembangkan
masyarakat yang positif. Tujuannya adalah membantu remaja memperoleh pengetahuan
teknis dan keterampilan yang diperlukan untuk memfasilitasi sikap terhadap media digital
dan kemauan untuk mengikuti kemajuan era digital.
Pengenalan literasi sehat tidak hanya melindungi pengguna teknologi digital dari
efek berbahaya media digital, tetapi juga memungkinkan para remaja berpikir kritis,
mengekspresikan diri, dan terlibat dengan media digital. Literasi tak hanya melindungi
anak dari informasi yang tidak diinginkan, tetapi juga membantu remaja menjadi terdidik,
kompeten, dan cerdas dalam berbagai bentuk pengetahuan media. Sehingga apa yang
mereka saksikan dapat diinterpretasikan. Literasi sehat memiliki keunggulan
memungkinkan remaja untuk memahami informasi yang diperoleh melalui media digital
sebagai bentuk pembelajaran dan menggunakan teknologi secara cerdas. Mendorong
pemikiran kritis dan kreatif, mencegah individu menjadi mangsa informasi yang salah,
mudah menerima topik provokatif, dan jatuh ke dalam perangkap digital dapat mencegah
yang "katanya." Teknologi digital yang terhubung dengan internet dan umumnya
digunakan sebagai alat komunikasi dan penelusuran informasi memiliki sisi baik dan
buruk. Mempermudah akses ke informasi dengan cepat, mendorong perubahan dalam
berbagai sektor yang mempermudah pekerjaan dan kegiatan, menyediakan berbagai
sumber belajar seperti perpustakaan online, dan memfasilitasi diskusi berbasis teknologi
yang meningkatkan kualitas pendidikan, memecahkan masalah karakter bangsa, dan
menciptakan karakter bangsa yang berkualitas.
Selanjutnya yang kedua yaitu pelayanan Telemedicine. Apa yang dimaksud dengan
pelayanan telemedicine? Pelayanan Telemedicine adalah layanan kesehatan berbasis
teknologi yang memungkinkan para penggunanya berkonsultasi dengan dokter tanpa
bertatap muka atau secara jarak jauh dalam rangka memberikan konsultasi diagnostik dan
tata laksana perawatan pasien. Menurut WHO, ada empat elemen yang berkaitan dengan
telemedicine, yaitu bertujuan memberikan dukungan klinis, berguna untuk mengatasi
hambatan geografis dan jarak, bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat, dan
melibatkan penggunaan berbagai jenis perangkat teknologi informasi. Telemedicine
berpotensi mengatasi berbagai masalah layanan kesehatan dan merevolusi kesehatan
masyarakat Indonesia. Masalah utama yang dialami terkait pelayanan kesehatan di
Indonesia adalah jumlah dokter yang masih terbatas dan persebarannya belum merata.
Jumlah dokter per kapita baru mencapai 4 per 10.000 penduduk, masih jauh di bawah
rekomendasi WHO yang mencapai 10 per 10.000 penduduk atau satu per 1.000 penduduk
di tiap negara. Hadirnya Telemedicine tentu menawarkan kemudahan bagi masyarakat
maupun remaja, terutama yang berada di wilayah dengan jumlah dokter terbatas, untuk
mendapatkan layanan kesehatan. Selain itu, harga yang lebih terjangkau membuat
semakin banyak masyarakat yang dapat menikmati layanan melalui Telemedicine.
Setidaknya ada lima alasan utama untuk mempertimbangkan penggunaan Telemedicine
yaitu akses yang lebih baik, hemat biaya, kenyamanan, permintaan dari pengguna
generasi milenial, dan mengurangi ketidakhadiran tenaga medis untuk masyarakat. Tidak
menutup kemungkinan akan semakin banyak dokter yang menyediakan jasanya melalui
Telemedicine dan semakin banyak masyarakat yang menggunakannya sehingga
mendukung perkembangan layanan ini. Pelayanan Telemedicine dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki surat izin praktik di Fasyankes Penyelenggara.
Pelayanan Telemedicine terdiri atas pelayanan: teleradiografi, teleelektrikardiografi,
teleultrasonografi, telekonsultasi klinis dan pelayanan konsultasi Telemedicine lain
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat membantu
para remaja untuk berkonsultasi mengenai gangguan kesehatan mentalnya tanpa bersusah
payah dalam melakukan transportasi perjalanan dan lain sebagainya.
Para remaja juga perlu belajar menghadapi ketidakpastian masa depan, tertarik pada
lawan jenis dan realitas kehidupan yang keras. Namun, di era digital, waktu mereka untuk
belajar mengolah mental dibajak oleh berbagai jenis kesenangan yang kerap membuat
candu. Di samping itu perlakuan dari orang lain yang tidak sesuai ekspektasi juga tidak
jarang membuat kondisi mental mereka down. Pada akhirnya ketidaksiapan menghadapi
persoalan akan mengarahkan mereka para perilaku yang menyimpang. Perubahan
perilaku pada remaja biasanya terkait dengan otoritas orang tua dalam keluarga. Para
remaja yang sedang mencari dan membentuk identitas sangat memerlukan ruang
kebebasan. Tentu hal ini bagus untuk kesehatan mental mereka karena dengan mencoba
berbagai hal baru mereka akan mengenal kesalahan yang berperan penting dalam
pembentukan karakter. Yang jelas, para remaja juga perlu dipastikan mendapat dukungan
baik dari keluarga dan teman dekat. Kesehatan mental adalah dasar bagi kesejahteraan
individu dan berfungsinya komunitas secara efektif. Mari menjaga komunikasi dan
keseimbangan kesehatan mental di era digital ini!
Media Twitter Sebagai Penyalur Adu Nasib Terbaik
oleh : Sindy Wulandari
Zaman serba canggih dan perkembangan yang semakin cepat, kian hari tantangan
beserta tekanan yang diberikan pun semakin hebat pula. Perkiraan dari waktu ke waktu untuk
memberantas perkembangan zaman ternyata tidak segampang merobekkan sehelai kertas,
ada hal yang berada di luar dugaan bahkan tidak terkontrol oleh manusia itu sendiri. Baik
dan buruk dari perkembangan ini diterima mentah-mentah, termasuk teknologi. Di era serba
digital ini, jari-jari dan mulut sering tidak selaras bahkan logika yang digunakan juga tidak
mencerminkan adanya sesuatu yang berkembang. Berpegang teguh pada prinsip ingin
memajukan anak bangsa tapi nyatanya hanya menjatuhkan mental manusia.
Era digital tidak bisa dihindarkan begitu saja tanpa adanya perlawanan dari dalam
diri, untuk menjaga semua keseimbangan agar tidak banyaknya tekanan dari luar yang masuk
ke dalam pikiran. Mental di era digital sangat perlu diperhatikan, gangguan yang terjadi dari
dampak yang diberikan sudah tidak masuk akal lagi karena ragam jenisnya. Ada yang
berpura-pura kaya, berpura-pura sakit, berpura-pura miskin, berpura-pura pintar, bahkan
berpura-pura lainnya yang membohongi diri sendiri dan berakibat adanya gangguan
kesehatan mental pada diri. Edukasi sangat perlu untuk menantang ketidaksiapan dalam
perubahan yang sigap terjadi, melalui digital pula sumber edukasi bisa diterima dengan baik.
Beberapa hal yang terjadi bahkan mengganggu kesehatan mental dikarenakan
ocehan dan serangan yang diberikan digital. Kesehatan mental juga dijadikan bahan olokkan
semata bagi mereka yang kurang memahami pentingnya sehat terutama bagi jiwa. Jika
kejiwaan yang selaras dengan mental ini goyah dan hancur maka leburlah semua yang masuk
tanpa aba-aba dan buruknya diterima semua oleh manusia. Inilah salah satu hal yang merusak
kesehatan mental dan akan berimbas pada kegiatan di dunia nyata dan dunia maya, walau
jika ada masalah yang terjadi di dunia nyata akan dicurahkan semuanya ke dunia maya
dengan alasan akan ada yang memberikan belas kasihan sedalam jurang tetapi nyatanya
masuk ke jurang yang dibuat oleh diri sendiri.
Gosip yang beredar dari ragamnya media digital juga menjadi pokok dari terjadinya
ancaman kejiwaan, twitter contohnya. Informasi terkini dan terpanas bisa diakses dengan
cepat melalui twitter. Semua bentuk di dunia nyata telah tergambarkan melalui twitter,
bahkan twitter menjadi platform digital ternyaman untuk mengeluarkan keresahan yang
kebanyakan bersifat buruk. Diterimanya semua pendapat dan masalah dari penggunanya
yang membuat pengguna twitter berasal dari semua kalangan umur. Kecanggihan memang
banyak dirasakan, ada beberapa orang yang mengeluh di twitter karena dirinya merasa
terbully di dunia nyata namun ternyata ekspetasi yang ia pikirkan malah menjatuhkan dirinya
sendiri. Akibat-akibat ini pula yang tidak ingin ditawarkan begitu saja oleh pengguna twitter,
tempat yang memberikan kenyamanan belum tentu sepenuhnya menyamankan mental.
Adu nasib melalui twitter kerap kali terjadi, saat satu orang menuangkan semua
kerumitan hidupnya dalam ketikkan dan gambar maka muncullah orang lain yang akan
menuliskkan pula ketikkan yang merendahkan misalnya “masih enak kamu, aku dulu tidak
pernah dapat uang jajan dari orang tua dan harus bekerja setelah pulang sekolah”, kata-kata
seperti inilah yang membuat mental seseorang akan jatuh karena tidak didukung oleh ucapan
penyemangat tetapi ditimpa oleh kesedihan orang lain yang tidak diharapkan. Dianggap
media paling relevan untuk mencurahkan semua nya tetapi tidak siap akan dampak yang akan
diterima, ini juga menjadikan mental akan terganggu. Lalu sehat seperti apa yang diinginkan
jika tidak siap?
Jika menjadi media terbaik maka pengguna harus siap untuk kemungkinan terburuk,
tidak ada gunanya juga jika harus berpatokan dengan pendapat orang lain di platform digital
tersebut. Sebelum adanya media ini juga semua orang bisa hidup bebas dengan tekanan yang
dikit, tetapi sekarang memilih untuk menampung tekanan itu sendiri dari pilihan yang dipilih.
Twitter tidak dapat memberikan apa-apa untuk menjamin kehidupan pengguna, tapi twitter
menyuguhkan apa yang pengguna inginkan. Maka apa yang diberikan oleh digital sudah
sebaiknya diterima dengan kebesaran logika guna menjaga kesehatan mental. Proses adu
nasib ini berlangsung selama ketidaksiapan ada, mereka yang akan terus merasa tersakiti oleh
era yang mendadak serba teknologi ini dan ternyata faktor-faktor yang tidak dipahami juga
menambah rumitnya ancaman yang masuk.
Kematian juga menjadi sebab dari tidak kuatnya mendapat feedback buruk, paling
banyak kasus bunuh diri yang tidak tahu penyebabnya apa namun beberapa dugaan mengarah
pada komenan yang diutarakan, tidaklah heran jika banyak hal negatif yang dirasakan dari
penggunaan media. Twitter merupakan media paling bar-bar yang tidak tahu Batasan
jangkauan, semua keluh kesah tergambarkan melalui postingan di media. Semua merasa
disalahkan dan untuk mencari perhatian orang lain tentu harus memperhatikan diri yang akan
terlibat dampaknya sendiri. Jika ada masalah dan tidak ada yang ingin tahu apa yang
dirasakan maka twitter menjadi tempat pelarian atau penyaluran yang terbaik, sering
dianggap lebay dan alay. Sama halnya dengan satu ketikan yang dituliskan adalah neraka
bagi penulisnya.
Rasanya sudah menajdi hal yang biasa bagi para pengguna twitter yang mana semua
kebiasaan ada di dalamnya. Rentannya terancam Kesehatan mental sudah akan semakin
meningkat jika tidak diiringi dengan pola pikir yang dapat menjadi tombak dari penyakit
yang berdatangan. Efek samping yang dirasakan dari bergugurannya mental yang tidak sehat
ini ialah pembulian yang akan terjadi di media massa yang berakibat fatal pada pembunuhan
berencana atau bunuh diri, gangguan stress yang berkepanjangan, penyakit komplikasi
lainnya yang dapat meregang nyawa. Telah banyak contoh yang menggambarkan, bahkan isi
kepala sendiri berkata “aku adalah sumber masalah dari semuanya”, pemikiran itu muncul
dikarenakan keenakan dan kemudahan yang terjadi di era digital serba mudah ini.
Kehidupan tidak akan berwarna kalau semua orang berpendidikan untuk mengolah
pikiran sendiri, namun kehidupan akan berwarna hitam jika tidak ingin belajar mencari tahu
dan menjaga sikap dari racun yang diberikan oleh teknologi. Menjadi biasa di dunia nyata
ternyata tidak seberat di dunia maya, persaingan hidup lebih terasa nyata di dunia maya maka
tak hayal jika efek samping yang ada banyak terjadi dari dunia maya, terkhusus twitter.
Proses adu nasib tidaklah dibenarkan walau dengan tujuan agar memotivasi orang lain. Ada
banyak cara untuk mengembangkan yang tidak ingin kita dapatkan buruknya yaitu olah
pikiran. Tantangan tentu memiliki solusi, tetapi mental yang sehat juga harus terjalin dari
dalam pikiran dan jiwa seseorang agar solusi yang diberikan dapat diterima dengan lapang.
Kesehatan mental dan era digital menjadi kaitan yang relevan dalam ragamnya
aktivitas. Tentu akan terasa lebih banyak hal negatif, tetapi untuk menyelaraskan keduanya
ada dengan cara tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain sampaikan melalui ketikkan,
berpikir positif walaupun sulit tetapi coba sedikit demi sedikit, filter apa yang ingin
disebarkan dan dicari tahu untuk menjaga kewarasan otak, serta olah informasi dengan baik
dan tidak semena-mena terhadap apa yang terjadi saat ini. Kesehatan mental harus tetap
dijaga tanpa penawaran apapun karena semua yang berkaitan dengan hidup pasti berurusan
dengan mental. Memendam yang dirasakan juga tidak baik tetapi mengutarakan semua yang
dirasakan tidak jauh lebih buruk dari yang dibayangkan. Mental yang sehat ialah yang dijajah
tetapi melawan dan tidak lemah, untuk hal itu tentu harus diperjuangkan dan menggunakan
media sosial pun harus tahu arah dan tujuan supaya kesesatan tidak datang menghampiri.
Mengendalikan Digital, Merawat Mental: Solusi untuk Zaman Modern
olah : Sandri Prayuda
Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita
hidup, bekerja, dan berinteraksi. Internet dan perangkat digital telah menjadi bagian tak
terpisahkan dari rutinitas harian kita, memberi kita akses ke informasi global,
kesempatan untuk terhubung dengan orang dari seluruh dunia, dan kenyamanan dalam
berbagai aspek kehidupan. Namun, di balik manfaat ini, kita juga dihadapkan pada
tantangan serius yang berkaitan dengan kesejahteraan mental. Dalam artikel ini, kita
akan menggali lebih dalam tentang dampak perangkat digital terhadap kesehatan mental
dan mengidentifikasi solusi yang dapat membantu mengatasi tantangan ini.
a. Banjir Informasi dan Tekanan Informasi
Salah satu dampak paling terlihat dari era digital adalah "banjir informasi". Kita
hidup dalam dunia di mana kita terus-menerus dibanjiri dengan informasi dari berbagai
sumber seperti media sosial, berita online, dan platform konten digital lainnya. Namun,
lebih banyak informasi tidak selalu berarti lebih baik. Sebaliknya, banjir informasi ini
dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan kelelahan mental. Kita merasa perlu untuk
selalu up-to-date dengan berita terbaru, tren, dan peristiwa dunia, meskipun kadang-
kadang ini bisa menjadi beban yang sangat berat.
Banjir informasi seringkali mengakibatkan ketidakmampuan kita untuk mengelola
semua informasi yang masuk. Tekanan untuk tetap up-to-date dengan perkembangan
terbaru di dunia, tren, berita, dan konten lainnya dapat menjadi sangat mendalam.
Ketidakmampuan ini dapat memicu perasaan cemas, tertekan, dan bahkan kewalahan.
Seiring dengan meningkatnya tekanan untuk mengkonsumsi informasi, ada risiko
meningkatnya gangguan stres dan kecemasan yang dapat berdampak buruk pada
kesejahteraan mental kita.
Dalam lingkungan yang selalu terhubung secara digital, muncul perasaan cemas
bahwa kita mungkin melewatkan sesuatu yang penting. Fenomena ini dikenal sebagai
"fear of missing out" (FOMO), di mana kita merasa khawatir melewatkan berita terbaru,
peristiwa penting, atau pengalaman seru yang dibagikan oleh orang lain di media sosial.
Kecemasan informasi semacam ini dapat menyebabkan dorongan untuk terus-menerus
memeriksa berita dan media sosial, bahkan hingga larut malam, yang pada akhirnya
dapat mengganggu tidur dan mengurangi kualitas hidup kita.
b. Tantangan Media Sosial dan Perbandingan Sosial
Media sosial telah merevolusi cara kita berinteraksi dan berbagi pengalaman.
Namun, di balik antarmuka yang menarik, ada dampak psikologis yang perlu
diperhatikan. Terlalu sering, kita mengevaluasi diri kita sendiri dan kehidupan kita
berdasarkan apa yang kita lihat di media sosial. Ini bisa mengarah pada perasaan tidak
memadai atau bahkan depresi, karena kita cenderung membandingkan prestasi dan
kebahagiaan kita dengan versi yang direkayasa dari kehidupan orang lain.
Ketergantungan pada validasi dari dunia digital juga dapat merusak persepsi diri kita
dan membuat kita terjebak dalam pola perilaku yang tidak sehat.
Salah satu dampak paling nyata dari media sosial adalah kecenderungan untuk
membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita cenderung melihat dan
membandingkan prestasi, penampilan, dan kehidupan kita dengan apa yang kita lihat di
media sosial. Namun, perlu diingat bahwa apa yang kita lihat di media sosial sering kali
adalah potongan-potongan terpilih dari kehidupan orang lain. Orang cenderung
membagikan momen-momen paling bahagia dan prestasi mereka, meninggalkan aspek-
aspek kehidupan yang kurang sempurna tersembunyi. Dampaknya adalah perasaan
rendah diri dan tidak puas dengan diri sendiri.
Media sosial juga memberikan platform untuk menerima validasi digital dalam
bentuk "like," komentar, dan pengikut. Seiring waktu, ini dapat membuat kita
mengaitkan nilai diri kita dengan respons positif yang kita terima di dunia digital.
Terlalu banyak mengandalkan validasi ini dapat menyebabkan ketergantungan
emosional pada media sosial dan perasaan tidak berharga ketika respons tidak sesuai
harapan. Perasaan ini, jika dibiarkan tidak terkendali, dapat merusak kesehatan mental
kita.
c. Gangguan Tidur dan Ketidakseimbangan Hidup
Ponsel pintar dan perangkat lainnya memberi kita kenyamanan untuk tetap
terhubung, tetapi dampaknya terhadap tidur kita dapat merugikan. Paparan cahaya biru
dari layar perangkat dapat mengganggu produksi hormon tidur melatonin, membuat kita
sulit tidur dengan nyenyak. Ini berdampak pada kualitas tidur dan berpotensi memicu
gangguan tidur yang lebih serius. Selain itu, ketergantungan pada perangkat digital juga
dapat mengganggu keseimbangan antara kehidupan online dan offline. Aktivitas sosial,
fisik, dan relaksasi seringkali terabaikan karena kita terjebak dalam dunia digital.
Salah satu cara teknologi digital mempengaruhi kita adalah melalui paparan
cahaya biru yang dihasilkan oleh layar perangkat. Cahaya biru ini dapat mengganggu
produksi hormon melatonin dalam tubuh kita, hormon yang mengatur siklus tidur-wake
kita. Paparan cahaya biru di malam hari, terutama dari layar perangkat, dapat
mengacaukan ritme alami tubuh kita dan membuat kita kesulitan tidur. Gangguan tidur
dapat berdampak serius pada kesejahteraan mental, merangsang kelelahan, penurunan
konsentrasi, perasaan lelah, dan bahkan depresi.
Teknologi digital juga dapat menjadi penyebab utama ketidakseimbangan hidup.
Ketergantungan yang berlebihan pada layar perangkat dapat menghabiskan banyak
waktu yang dapat digunakan untuk berinteraksi secara sosial, berolahraga, atau
mengejar hobi dan minat. Gangguan waktu ini dapat berdampak pada kesejahteraan
mental dan fisik kita. Kekurangan interaksi sosial langsung dapat menyebabkan
perasaan kesepian dan isolasi, yang secara langsung dapat merusak kesejahteraan
mental kita.
d. Solusi Mengendalikan Digital untuk Merawat Mental
Menghadapi tantangan ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk
mengendalikan dampak negatif teknologi digital pada kesehatan mental kita:
1. Membangun Kesadaran Digital: Pertama-tama, kita perlu memahami
bagaimana teknologi digital memengaruhi pikiran dan perasaan kita. Ini melibatkan
pengenalan terhadap pola konsumsi digital kita dan dampaknya terhadap kesejahteraan
mental kita.
2. Menetapkan Batas Waktu Layar: Mengatur waktu layar harian adalah langkah
penting untuk menghindari ketergantungan berlebihan pada teknologi. Ini melibatkan
menentukan batas waktu yang wajar untuk penggunaan media sosial, periklanan digital,
dan hiburan online lainnya.
3. Melibatkan Diri dalam Kegiatan Bermakna: Membuat waktu untuk kegiatan
yang meningkatkan kesejahteraan mental seperti meditasi, yoga, olahraga, dan seni
adalah cara yang baik untuk menjaga keseimbangan hidup. Ini juga dapat membantu
mengalihkan fokus dari perangkat digital.
4. Membangun Keterhubungan Sosial Langsung: Interaksi sosial langsung
memiliki dampak besar pada kesejahteraan mental. Meluangkan waktu untuk bertemu
teman dan keluarga secara fisik, terlibat dalam percakapan yang dalam dan bermakna,
dapat membantu mengatasi perasaan kesepian dan isolasi.
Kesehatan mental dalam era digital adalah tantangan yang memerlukan perhatian
serius. Meskipun teknologi digital memberi kita banyak manfaat, kita harus tetap
waspada terhadap dampak negatifnya. Dengan mengendalikan konsumsi digital,
mengembangkan kesadaran digital yang kuat, dan berinvestasi dalam interaksi sosial
langsung serta kegiatan bermakna, kita dapat menjaga kesehatan mental kita dan meraih
manfaat penuh dari dunia digital tanpa merusak keseimbangan hidup kita. Dengan
demikian, "Mengendalikan Digital, Merawat Mental" bukan hanya semboyan, tetapi
juga merupakan langkah proaktif untuk mencapai kesejahteraan di era modern ini.
“Terjerat dalam Jaringan Digital”
Mengupas Dampak Psikologis Perbudakan Modern di Era Teknologi
Oleh: Rafiqoh Wahidah
Angkat tangan jika kamu pernah terjebak dalam kisah horor di mana sinyal wifi tiba-
tiba menghilang di tengah pertemuan zoom yang penting, dan kamu merasa seperti sedang
terperangkap di “Twilight Zone” versi teknologi. Tetapi tahukah kamu bahwa ada jenis
perbudakan modern yang terjadi di balik layar ponsel kita?
Mari kita jalin diskusi ini dengan gaya yang lebih segar dan menarik, sembari
melempar pandangan cepat pada sebuah perandaian. Coba bayangkan, saat kamu sedang
asyik menelusuri berita di media sosial, tiba-tiba layar gawai mu penuh dengan judul
‘Terjerat dalam Jaringan Digital’. Rasanya seperti momen dari film fiksi ilmiah, tetapi inilah
kenyataan yang mungkin tidak kamu sadari. Cobalah kita letakkan lensa perhatian kita di era
digital yang penuh canggih ini. Di tengah laju perkembangan zaman yang semakin maju dan
kebisingan notifikasi ponsel kita yang tak pernah reda, siapa sangka bahwa perbudakan masih
terjadi.
Perbudakan sering kali hanya dihubungkan dengan praktik pada era kolonialisme.
Namun, di zaman modern ini, masih terjadi banyak praktik “Slavery” yang dilakukan di
Indonesia. Bahkan, Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-19 dalam Global Slavery
Index tahun 2016. Tetapi yang lebih mengejutkan lagi, perbudakan modern ini tidak hanya
terjadi dalam dunia fisik, melainkan juga menyelinap ke dalam dunia maya. Benar-benar
seperti skenario dari film fiksi ilmiah, bukan?
Dalam era di mana teknologi mendominasi hampir setiap aspek kehidupan kita,
terbuka pula pintu bagi tantangan baru terhadap kemanusiaan. Di balik kilauan dunia digital
yang modern, ada realitas gelap yang tak terhindarkan, yaitu perbudakan modern (modern
slavery). Meskipun terasa jauh dari zaman modern, nyatanya hal ini masih eksis dalam
bentuk yang lebih rahasia dan sering kali tak terlihat di tengah dunia digital. Artikel ini akan
mengupas tuntas bagaimana era digital telah mengintensifkan perbudakan modern dan
dampaknya terhadap kesehatan mental, serta menyajikan solusi yang dapat kita terapkan
guna menekan persentase angka terjadinya perbudakan modern di Indonesia.
Sebelum kita melangkah lebih dalam, penting untuk memahami arti dari istilah
perbudakan modern itu sendiri. “Modern Slavery” atau perbudakan modern merujuk pada
praktik-praktik yang melibatkan pengekangan, eksploitasi, dan pemanfaatan manusia dengan
cara yang mirip dengan perbudakan tradisional, tetapi terjadi dalam konteks zaman modern.
Praktik ini melibatkan penyalahgunaan hak asasi manusia, pekerjaan paksa, perdagangan
manusia, eksploitasi seksual, dan berbagai bentuk penindasan yang merampas hak manusia
terhadap kebebasan.
Perbudakan modern terus berlangsung karena adanya kesadaran tentang situasi
sosial-ekonomi di Indonesia yang menjebak sejumlah masyarakat yang tidak mempunyai
pilihan, serta kurangnya pengetahuan sejak semula soal apa yang mereka ikuti. Di tengah era
dengan pesatnya perkembangan teknologi, perbudakan modern telah mengambil wujud baru
dalam bentuk perbudakan digital, di mana teknologi dan internet dimanfaatkan untuk
memanipulasi, mengendalikan, atau mengeksploitasi korban.
Dalam banyak kasus, para korban perbudakan modern tidak memiliki kebebasan
untuk memilih atau melarikan diri dari situasi yang merugikan mereka. Mereka seringkali
diperlakukan seolah hanya barang komoditas yang dapat diperjualbelikan, tanpa
mendapatkan hak dasar dan martabat manusia yang seharusnya dihormati. Sayangnya, isu
ini sering kali terjadi di tempat-tempat yang sulit diakses dan tidak menjadi masalah yang
diprioritaskan. Seperti halnya semua orang, mereka yang terjebak dalam jaringan perbudakan
modern masuk ke dalamnya dengan harapan dapat memperbaiki kehidupan mereka, serta
akibat kurangnya pemahaman tentang cara menghadapi pengaruh negatif media sosial.
Setelah memahami konsep perbudakan modern, mari beralih pada pembahasan
mendalam mengenai perbudakan modern dalam dunia digital. Penting untuk menyadari
bahwa era digital telah memberikan jalan yang lebih luas bagi perbudakan modern untuk
berkembang. Salah satu isu mengenai perbudakan digital yang sedang hangat
diperbincangkan saat ini adalah kasus “Revenge Porn”. Permasalahan ini seakan menjadi
plot drama yang tersasar dalam panggung dunia digital. Bayangkan saja, ada seseorang yang
dengan seenaknya menyebarkan konten seksual tanpa izin, lalu menjadikannya sebagai
senjata untuk mengancam, memeras, mengendalikan, dan merendahkan korban.
Menurut penelitian dari Cyber Civil Rights Initiative, sekitar 1 dari 25 orang dewasa
di Amerika Serikat pernah menjadi korban “Revenge Porn”. Ini bukan hanya sekadar bualan,
melainkan masalah serius yang mencoreng cahaya dunia digital yang cerah.
Di tengah era digital yang seharusnya membawa kebebasan dan konektivitas,
paradoksnya adalah teknologi juga memberikan alat bagi pelaku perbudakan modern untuk
mengontrol dan mengeksploitasi korban mereka. Tantangan utama yang dihadapi oleh
korban perbudakan modern adalah isolasi dan teror psikologis. Teknologi yang semakin
canggih justru memungkinkan pelaku mengawasi dan mengendalikan korban melalui pesan
teks, panggilan telepon, dan jejaring sosial. Ini menciptakan rasa ketidakamanan konstan dan
perasaan terperangkap dalam keadaan tanpa akhir. Dalam situasi ini, gangguan stres pasca-
trauma (PTSD), depresi, dan kecemasan menjadi rekan setia yang dapat meruntuhkan
kesejahteraan mental korban.
Meskipun dampak psikologis perbudakan modern dalam era digital adalah tantangan
yang serius, solusi ada di ujung jari kita. Edukasi dan kesadaran masyarakat adalah langkah
awal yang penting dalam mengatasi masalah ini. Memahami tanda-tanda perbudakan modern
dan cara melaporkannya adalah langkah pertama menuju pencegahan dan perlindungan
korban potensial. Meskipun teknologi memainkan peran dalam mengintensifkan dampak
perbudakan modern pada kesehatan mental, ia juga dapat menjadi alat bagi pemulihan. Kita
dapat mengubah arahnya, dari alat yang bisa membantu perbudakan menjadi semakin
tersembunyi, menjadi alat yang membebaskan dan memberdayakan. Aplikasi kesehatan
mental, konseling online, dan platform komunitas adalah sumber daya yang dapat membantu
korban mengatasi dampak psikologis yang mereka alami.
Namun, ada pula tantangan yang perlu diatasi dalam mencari solusi. Kekhawatiran
tentang privasi dan keamanan seringkali menghalangi korban perbudakan modern untuk
mencari bantuan. Mereka takut bahwa melaporkan atau mencari dukungan akan
membahayakan mereka lebih lanjut. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga
terkait untuk memastikan bahwa informasi korban dilindungi dan bahwa proses bantuan
dilakukan dengan penuh rahasia.
Dalam dunia digital yang semakin terkoneksi, perbudakan modern masih ada di
antara kita, merenggut kebebasan dan martabat manusia. Menghadapai kenyataan mungkin
lebih gelap dari apa yang kita bayangkan, namun kita tidak bisa hanya terus mengangguk dan
beranjak pergi. Ini adalah panggilan untuk bertindak, untuk melawan perbudakan modern
yang terus tumbuh di era teknologi ini. Dalam suasana yang semakin terkoneksi dan canggih,
mari kita buktikan bahwa kita tidak akan membiarkan layar digital yang kita cintai menjadi
panggung bagi ketidakadilan dan penderitaan.
Terkadang, jawaban dari masalah yang tampak tak terkendali adalah langkah-langkah
kecil yang kita ambil bersama. Meskipun seringkali terhanyut dalam pusaran teknologi, hal
tersebut hendaknya tidak menghalangi kita untuk menjadi suara yang berbicara bagi mereka
yang terjerat dalam jaringan perbudakan modern. Saat kita tenggelam dalam dunia maya,
jangan lupakan bahwa setiap tindakan yang kita lakukan, setiap kata yang kita ucapkan, bisa
menjadi langkah kecil yang membantu menghentikan siklus perbudakan modern di era ini.
Mari kita tinggalkan bekas jejak yang berarti di dunia digital. Sudah saatnya kita
menjadikan teknologi sebagai kekuatan untuk kebaikan, dan alat untuk mengatasi
permasalahan yang tersembunyi. Kita adalah generasi yang mampu merubah narasi,
membangun solusi, dan membantu mereka yang terpinggirkan mendapatkan kembali
kebebasan dan hak mereka.
Jadi, mari kita berdiri bersama, menjalin aksi-aksi nyata di balik layar dan di dunia
nyata. Mari kita berbicara dengan suara yang berani, menginspirasi perubahan, dan
memastikan bahwa di era teknologi ini, kemanusiaan tetap menjadi nilai utama. Dalam
rangkaian kode dan algoritma, mari kita ciptakan jejak harapan dan keadilan bagi mereka
yang telah terjerat dalam jaringan digital. Masa depan adalah milik kita untuk dibentuk, dan
bersama, kita bisa membuatnya bebas dari bayang-bayang perbudakan modern.
Tantangan Masalah Kesehatan Mental Di Era Digital
oleh : Putri Apriliani
Kesehatan mental (mental health) adalah keadaan dimana seseorang merasa benar-
benar baik, dapat mewujudkan potensi dirinya, dapat menahan tekanan nyata dalam
berbagai situasi, dapat bekerja secara produktif dan berpartisipasi secara langsung.
Kesehatan mental menjadi isu yang semakin mendesak dalam kehidupan modern, terutama
dengan berkembangnya teknologi digital. Era digital memasuki Revolusi Industri 4.0, dunia
industri baru yang bersifat global. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan era digital
membawa dampak yang besar. Berbicara era 4.0, sudah ada era baru yang disebut era 5.0
(Society 5.0) yang fokus pada komponen manusia sehingga era ini tak hanya membawa
banyak kemudahan dan peluang, namun juga membawa tantangan baru bagi kesehatan
mental seseorang. Dalam artikel ini, saya mengeksplorasi dampak era digital terhadap
kesehatan mental, tantangan yang muncul, dan solusi yang dapat diambil. Di era digital
yang berkembang pesat, kesehatan mental menjadi topik yang semakin mendapat perhatian.
Teknologi modern membawa banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, namun juga
membawa tantangan baru bagi kesehatan mental.
Salah satu dampak positif era digital adalah kemudahan akses informasi dan layanan
kesehatan mental secara online. Individu dapat dengan mudah menemukan informasi,
sumber daya pendukung, dan bahkan pengobatan secara online. Di sisi lain, paparan
informasi tidak sehat atau negatif secara berlebihan di media sosial dapat berdampak buruk
pada kesehatan mental. Sebagai bagian integral dari era digital, media sosial memiliki
dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental. Membandingkan diri sendiri dengan
orang lain di atas panggung sering kali menimbulkan perasaan rendah diri dan
ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Standar kecantikan dan kesempurnaan yang terlihat di
media sosial dapat menimbulkan kecemasan dan depresi pada sebagian orang.
Penting bagi kita untuk mengembangkan kesadaran digital yang sehat. Mengelola
waktu pemakaian perangkat, menetapkan batasan di media sosial, dan menghindari paparan
konten berbahaya adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental di era digital.
Menyerap momen offline, mengembangkan hobi di luar dunia digital, dan menjaga
interaksi sosial di dunia nyata juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan. Selain
itu, literasi media dan pendidikan kesehatan mental harus ditingkatkan, terutama di
kalangan generasi muda. Mereka perlu memahami bagaimana mencari informasi yang
dapat memberikan manfaat positif dan bagaimana mengenali tanda-tanda kesehatan mental
pada diri sendiri dan orang lain.
Di era yang semakin digital, peran orang tua, pendidik dan masyarakat dalam
mendukung kesehatan mental sangatlah penting. Semua pihak harus bekerja sama untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional dan psikologis yang
sehat sambil mengajarkan cara-cara efektif untuk berinteraksi dengan teknologi.
Beberapa tantangan yang muncul dengan berkembangnya zaman terutama bagi kesehatan
mental, meliputi :
1. Ketergantungan Teknologi
Masyarakat saat ini cenderung terjebak dalam penggunaan teknologi seperti
smartphone dan media sosial yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.
Kecanduan ini dapat menyebabkan kecemasan, stres dan depresi karena perbandingan
sosial, pencarian validasi di internet dan informasi yang berlebihan dan seringkali informasi
yang berlebihan.
Solusi: Pengaturan penggunaan teknologi. Penting untuk mengelola penggunaan teknologi
secara bijak. Menetapkan batasan waktu dan menghindari penggunaan berlebihan dapat
membantu mengurangi efek negatif. Keseimbangan yang diperlukan dapat dicapai dengan
mengetahui kapan harus “log out” dari media sosial dan fokus pada aktivitas nyata.
2. Cyberbullying dan SMS
Era digital menghadirkan risiko pelecehan dan penghinaan secara online melalui pesan
teks. Kegiatan tersebut dapat merusak harga diri dan kesehatan mental seseorang, terutama
di kalangan generasi muda yang kurang beruntung.
Solusi: Kesadaran dan Pendidikan Langkah-langkah penting termasuk meningkatkan
kesadaran akan dampak negatif dari cyberbullying dan SMS serta mendidik masyarakat,
terutama anak-anak dan remaja, tentang pentingnya membicarakan pengalaman online yang
tidak menyenangkan. Pendidikan pencegahan dan bela diri di dunia digital juga harus
digalakkan.
3. Perbandingan Sosial dan Citra Tubuh
Media sosial sering kali memuat gambar-gambar yang diubah secara digital dan
idealisasi tubuh yang tidak realistis. Hal ini dapat memicu perasaan rendah diri,
ketidakpuasan tubuh, dan gangguan makan.
Solusi: Literasi Media dan Kepositifan Tubuh. Langkah pertama adalah membantu
masyarakat memahami bahwa gambar yang diposting di media sosial mungkin tidak
mencerminkan kenyataan. Mempromosikan gerakan tubuh positif dan literasi media dapat
membantu menciptakan citra tubuh dan diri Anda sendiri yang lebih realistis dan positif.
4. Isolasi sosial
Meskipun teknologi memungkinkan adanya konektivitas global, ironisnya era digital
juga dapat memicu isolasi sosial. Mengandalkan komunikasi online dapat mengurangi
interaksi pribadi yang penting untuk kesehatan mental yang baik.
Solusi: Interaksi fisik dan dukungan kesehatan mental secara online. Mengutamakan
interaksi sosial langsung itu penting. Namun, era digital juga menawarkan platform
dukungan kesehatan mental online seperti terapi online dan kelompok dukungan virtual.
Dengan menggabungkan keduanya, Anda mendapatkan keseimbangan yang lebih baik.
5. Konten Berbahaya
Paparan konten berbahaya atau merugikan di internet dapat memiliki dampak serius
pada kesehatan mental seseorang. Konten semacam itu bisa memicu perasaan cemas, stres,
atau bahkan menyebabkan depresi. Bahaya utamanya adalah bahwa paparan tak terduga
atau tidak diinginkan terhadap konten tersebut dapat mengganggu pikiran dan emosi
dengan cepat.
Solusi: Menjaga privasi dan keamanan online dengan mengaktifkan pengaturan privasi di
media sosial dan hindari mengklik tautan atau mengikuti sumber yang meragukan.
Selanjutnya mempertimbangkan untuk menginstal perangkat lunak keamanan yang baik
dan menggunakan fitur pemfilteran pada beberapa platform. Jika menemukan konten
berbahaya, harap laporkan atau hindari memublikasikannya ulang. Terakhir, mempelajari
keterampilan penting literasi digital dan penilaian konten akan membantu Anda
menghindari paparan konten berbahaya.
6. Gangguan Tidur
Penggunaan gadget dan perangkat elektronik secara berlebihan di malam hari dapat
mengganggu ritme sirkadian tubuh kita. Cahaya biru yang dipancarkan layar dapat
menekan produksi melatonin, hormon tidur alami tubuh kita. Sehingga penggunaan
berlebihan dapat menyebabkan gangguan tidur dan memperburuk kualitas tidur. Jika Anda
ingin memastikan tidur malam yang nyenyak, penting untuk mengurangi paparan cahaya
biru sebelum tidur, misalnya dengan mengaktifkan mode malam di perangkat Anda atau
menghindari layar elektronik sebelum tidur.
Soluai : Menjaga waktu tidur yang konsisten, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman
dan gelap, menghindari kafein dan gawai sebelum tidur, serta berolahraga secara teratur
namun tidak terlalu dekat dengan waktu tidur. Jika masalah tidur terus berlanjut,
pertimbangkan untuk menemui dokter.
Dari beberapa contoh tantangan dan solusi yang sudah dipaparkan, terdapat berbagai
tantangan lain yang dapat memicu kesehatan mental di era digital saat ini. Secara
keseluruhan, kesehatan mental di era digital menghadapi tantangan nyata. Namun, dengan
kesadaran, edukasi, dan bimbingan yang tepat, masyarakat dapat tetap menjaga
kewarasannya saat berpartisipasi dalam dunia digital yang semakin terhubung. Hanya
dengan pendekatan holistik kita dapat memaksimalkan manfaat teknologi modern tanpa
mengorbankan kesejahteraan mental. Dalam menghadapi berbagai tantangan di era digital
saat ini sangat diperlukan kesadaran diri dari tiap individu dalam menyikapi perkembangan
zaman, serta keikutsertaan masyarakat terutama keluarga dalam mengawasi dan
membimbing generasi milenial agar seimbang dalam memperhatikan kesehatan mental.
KESEHATAN MENTAL DI ERA DIGITAL : BAGAIMANA
PENGARUHNYA?
oleh : Nindya Keisha
Organisasi kesehatan dunia atau yang lebih dikenal dengan World Health Organization
mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera dimana manusia mampu mewujudkan
potensi mereka baik secara fisik, mental dan sosial. Dalam kata lain WHO menjelaskan bahwa
tidak adanya suatu penyakit terhadap kesejahteraan psikologis, efikasi diri, otonomi dan aktualisasi
diri (WHO, 2014)
Ada 4 karakteristik seseorang dinyatakan sehat secara mental, yaitu mereka mampu
mengenali diri sendiri, mampu mengatasi stress, mampu melakukan gaya hidup produktif dan
mampu memberikan manfaat untuk lingkungan sekitar.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa telah banyak perubahan yang terjadi selama beberapa
tahun belakang. Khususnya keadaan dimana kita hidup dalam kendali penuh dengan digital. Kita
telah berada dimana teknologi menjadi bagian vital yang masuk ditengah hiruk pikuk dunia.
Digitalisasi tidak hanya membawa teknologi berkembang begitu pesat namun tidak dapat
dipungkiri fakta bahwa saat ini sangat sulit untuk mengabaikan koneksi internet yang terus
menerus memberikan kita rangsangan adiktif dan hiburan. Hampir semua aktivitas telah dijalankan
dengan cara digital. Kehidupan menjadi lebih fleksibel dan efisiensi dengan kemajuan teknologi
yang kita rasakan saat ini, misalnya dapat kita lihat pada kasus dimana manusia mampu mengenali
dan memahami kecerdasan buatan yang digunakan untuk melakukan pembayaran pesanan online.
Mari kita sebut saja seperti Shopee, Tokopedia, Gofood, Grab dan lainnya yang marak ditemukan
guna mempermudahkan kehidupan manusia. Hal-hal inilah yang mengantarkan kita pada situasi
dimana kita mampu untuk berekspresi tanpa kendala ruang dan waktu. Era digital membuka
peluang baru yang lebih luas untuk belajar, berbagi, mengenal dan menciptakan hubungan dengan
siapa saja dan dimana saja. Faktanya digitalisasi mampu memberikan dampak yang signifikan
terhadap kehidupan manusia. Namun apakah dalam aspek kesehatan jiwa manusia mampu
beradaptasi pada digitalisasi yang terjadi saat ini?
Kementerian kesehatan mencatat setidaknya ada 227 ribu kasus masalah kesehatan jiwa di
Indonesia pertahun 2020. Sedangkan menurut Riset Kesehatan Dasar menunjukkan lebih dari 19
juta penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun mengalami gangguan kesehatan mental emosional
dan lebih dari 12 juta penduduk berusia 15 tahun mengalami depresi. Sedangkan CNN News
mengutip setidaknya ada 2.45 juta kasus kesehatan jiwa yang terjadi pada remaja Indonesia pada
ahkir tahun 2022 lalu. Kasus ini lebih banyak dialami oleh anak usia produktif. Masalah kesehatan
jiwa yang semakin memperihatinkan tentu saja akan mempengaruhi produktivitas nasional.
Lantas bagaimana masalah ini harus dikupas dalam ranah yang mengkhawatirkan?
Kesehatan jiwa erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Aktivitas fisik dan non-fisik
adalah celah utama dalam menghadirkan kelelahan emosional. Oleh karena nya kesehatan jiwa
yang terganggu mengakibatkan timbulnya gangguan mental atau penyakit mental. Meski terlihat
sepele nyatanya lebih dari 80 persen kasus kematian remaja disebabkan oleh gangguan mental
seperti depresi, bipolar, stress berlebihan dan diagnosis lain nya. Sangat mengerikan fakta bahwa
lebih banyak manusia berjuang melawan diri mereka sendiri untuk bertahan demi sebuah
kehidupan. Perkembangan teknologi pun tak mampu memberikan pertolongan yang lebih cepat
dalam mengatasi kasus tersebut. Dalam beberapa kasus teknologi memberikan pengaruh yang
sangat parah karena sifatnya yang terbebas dari ruang dan waktu. Cyber bullying secara tragis
eksistensi nya semakin meluas. Komentar negatif, standar yang diciptakan sosial media dan
semuanya seolah menjadi boomerang yang menyerang siapa saja dan kapan saja. Tak heran bila
perkembangan internet memiliki kemampuan signifikan dalam menyalurkan dampak negatif
terutama dalam konteks kesehatan mental dan emosional. Tidak lupa pula menyebutkan
perkembangan AI (artificial intelligent) atau kecerdasan buatan yang sudah menyebar luas.
Kecerdasan buatan diakui mampu memberikan jawaban yang akurat dalam waktu hitungan detik
saja, namun sadis nya kehadiran nya bagaikan duri dalam selimut.
Keadaan inilah yang menciptakan realitas dimana digitalisasi yang terjadi mempengaruhi
kesehatan seseorang secara emosional. Belum lagi jika kita berbicara dalam konteks visualisasi.
Tekanan dimana seseorang merasa harus tampil dengan sempurna, menciptakan public image yang
luar biasa tanpa memikirkan kemampuan diri sendiri dan standar yang tidak waras guna meraih
validasi sesaat. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan dalam hiburan digital yang bersifat adiktif
faktanya mampu membuat seseorang terisolasi dari kehidupan sosial mereka, lebih menyedihkan
lagi fakta bahwa dunia digital secara tidak disengaja menciptakan standar kemewahan yang
mengundang keinginan untuk di glorifikasi.
Zaman yang semakin canggih memang tidak akan lepas dari dampak negatif. Namun
sebagai manusia yang dianugrahi akal dan pikiran, tentu saja kita memiliki opsi untuk
meminimalisir kan status quo yang ada saat ini. Penting bagi kita untuk mengenali dan memahami
dampak dan konsekuensi yang terjadi dan wajib bagi kita menganalisa serta mampu memberikan
solusi yang mumpuni di era digital ini.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari kita dari gangguan
emosional yang dipengaruhi oleh digitalisasi.
1. Content Filtering, fakta bahwa kita dapat mengakses konten apa saja tanpa dalam
hitungan detik adalah salah satu kemudahan yang ditawarkan oleh digitalisasi. Namun
sadarilah bahwa tidak semua konten bersifat edukatif. Dalam banyak kasus konten di
sosial media memberikan efek negatif dimana penggna merasa tidak aman. Maka dari
itu pilah lah konten membangun. Konten yang mampu memberikan inspirasi, motivasi
dan dorongan akan berdampak besar untuk pola kehidupan. Ciptakanlah lingkungan
digital yang positif dengan cara mampu memilah konten yang layak dikonsumsi dam
tidak layak dikonsumsi.
2. Physically active, aktif secara fisik mampu membuat tubuh jauh lebih segar dan bugar.
Cukup melakukan olahraga ringan yang dapat dilakukan secara fleksibel yang teratur.
Olahraga mampu mengurangi gejala stress dan meningkatkan suasana hati yang lebih
bahagia.
3. Keep it private, penting untuk disadari bahwa dunia digital tidak selalu menjadi tempat
yang aman, oleh karena itu kita harus mempunyai batasan-batasan tertentu dalam
memberikan data pribadi kita. Cobalah untuk lebih tegas dan lebih bijak lagi dalam
menggunakan sosial media dengan menghindari memberikan informasi yang bersifat
sensitif.
4. Distrac yourself from continually online activities, membatasi diri dalam menggunakan
aktivitas online nyatanya memberikan dampak positif jauh lebih baik daripada terus
menerus bermain dalam digitalisasi. Temukanlah hobi yang bermanfaat seperti
membaca buku, melukis, berjalan-jalan dan lainnya yang mampu meningkatkan
hormon serotonin kita. Hal-hal tersebut memberi suasana hati yang sangat baik dalam
mengurangi tanda-tanda kecemasan, stress dan depresi.
Sangat penting untuk kita menciptakan pola hidup yang seimbang. Fakta bahwa digitalisasi
tidak hanya membawa pengaruh positif namun juga pengaruh negatif menciptakan bentuk nyata
dari pemahaman untuk terus mempunyai kesadaran terhadap kesehatan kita secara emosional.
Penting untuk kita mengatur batas antara dunia digital dan dunia nyata. Bergabung dengan
kegiatan yang lebih bermakna, melakukan hobi yang disukai, menghabiskan waktu diluar rumah
dan memperkuat kesehatan mental kita. Tak lupa juga kelilingi lah dirimu dengan orang-orang
positif yang mampu memberikan perubahan diri menuju jiwa yang sehat. Tetaplah optimis, fokus
dan menjaga kesehatan mental diri sendiri adalah salah satu dari sekian banyak solusi yang bisa
kita lakukan. Perlu untuk dicatat bahwa didalam tubuh yang kuat ada jiwa yang sehat.
KESEHATAN MENTAL
DI ERA DIGITAL : TANTANGAN DAN SOLUSINYA
oleh : Nabila Wijaya
Di era sekarang sudah amat banyak yang menyadari dan peduli dengan mental diri
masing masing akan tetapi lupa untuk peduli dan menjaga mental orang lain contoh seperti yang
sekarang sudah banyak kita temui yaitu media sosial banyak nya jari jari nakal orang luar yang
terlalu ikut campur akan masalah orang lain orang orang yang bersembunyi di balik kata akan
peduli sesama manusia, mereka terlalu berlebihan dalam menanggapi permasalahan orang lain
yang mungkin hanya dia lihat dari sebuah konten dengan minim durasi mereka menghakimi
tanpa melihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yang dapat mengakibatkan terluka nya
perasaan orang lain, sakit hati yang dapat memicu stress dan balik lagi akan mengganggu
kesehatan mental orang lain
Banyak kritikan kritikan berlebihan hanya karena orang yang menceritakan permasalahan
dirinya di sosial media, mereka beranggapan dan mengkritik orang tersebut terlalu berlebihan
hanya karena mereka menceritakan permasalahan nya di sosial media dan mengatakan seolah
olah hanya dia yang mengeluh di sosial media yang mempunyai masalah di dunia ini, tanpa
mereka tau jika mungkin itu adalah salah satu solusi agar mereka bisa lega dengan masalah yang
sedang dia hadapi, tanpa mempedulikan bahwa mereka hanya ingin di dengar tanpa harus di beri
solusi, hanya sekedar ingin menceritakan permasalahan nya yang mungkin saja tidak tau harus
mengeluhkan dengan siapa dan harus bercerita dengan siapa. Jangan pernah menghakimi
permasalahan orang lain yang bahkan kamu saja tidak pernah merasakan nya jangan
mengkomentari dengan kata kata yang tidak pantas di terima oleh siapa pun.
Terdapat beberapa kasus yang banyak dialami oleh tokoh tokoh terkenal, mereka yang
bekerja di depan layer yang sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak di balik layer untuk seperti
apa mereka akan berkelakuan pun sering menjadi sasaran empuk oleh komentar ataupun
tanggapan jahat kepada dirinya tanpa tahu bahwa dia hanyalah pekerja biasa, mereka yang
berusaha sekuat tenaga untuk tetap tegar dan kuat dengan komentar komentar jahat untuk
menghidupi dirinya dan keluarga nya mereka yang bahkan tidak memberi pengaruh buruk atapun
merugikan orang lain. Mereka seakan akan dicari kesalahan nya oleh orang luar menyerang
secara langsung maupun di sosial media nya mereka yang tidak mengenal waktu hanya untuk
berkirim pesan atau pun berkomentar buruk seakan mereka bertaruh bahwa seberapa lama tokoh
tersebut dapat bertahan dengan kecaman kecaman jahat dari mereka, mereka yang berlomba
lomba untuk menjatuhkan demi kepuasan tersendiri bahkan mencari cari apa kelemahan para
tokoh terkebal tersebut. Hanya untuk kepuasan diri mereka bahkan tidak peduli seperti apa
mental nya yang harus dia perbaiki seberapa rusak mental yang para tokoh terkenal tersebut
alami mereka yang berkata itu adalah dampak dari orang orang terkenal, mereka yang
beranggapan itu komentar jahat tersebut pantas mereka dapatkan
Tidak sedikit dari orang orang yang iri hati akan kesempurnaan orang lain yang dia
unggah di sosial media nya sendiri, mereka yang mencari cara bagaimana kesempurnaan yang
mereka lihat hancur yang tanpa mereka sadari bahwa tidak ada orang yang sempurna akan tetapi
mereka hanya terlalu pintar untuk menutupi kekurangan nya atau mereka yang tidak menjadikan
kekurangan nya sebagai hambatan diri nya sendiri
Selain dari itu banyak nya orang orang yang self diagnose atau bisa di sebut memeriksa
diri sendiri. Orang yang mengira ngira mereka mengalami gangguan mental nya hanya karena
melihat hal hal yang dia rasa sama dengan apa yang ia lihat di sosial media tanpa konsultasi
dengan orang orang ahlinya orang orang yang menekuni profesi di bagian yang lebih pantas
mendiagnosa apa yang terjadi dengan mental nya, terdapat beberapa pelaku yang bahkan dengan
sengaja menyepelekan kata kesehatan mental mereka yang mengarang cerita akan kesakitan nya
akan kehancuran mental nya hanya karena ingin mendapatkan perhatian oleh banyak orang, dan
menjadi terkenal, mereka mempermainkan kata sakit mental nya hanya untuk merasa di kasihani.
Membuat para khalayak akan semakin membabi buta dengan orang yang benar benar mengalami
gangguan kesehatan mental, para khalayak akan semakin kurang percaya dengan orang yang
memiliki gangguan kesehatan mental karena beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab
akan kesalahan diri nya sendiri.
Penting nya akan sifat cuek dan terkesan tidak peduli akan komentar komentar buruk
yang dapat memperburuk kondisi mental diri sendiri mari menghindari orang orang yang dapat
menguras energi positif yang telah susah payah kita bangun jangan terlalu peduli akan apa kata
orang lain karena yang mengenal dirimu adalah diri kita sendiri tidak ada orang yang mengenal
dirimu sebaik diri kita sendiri abaikan mereka yang tidak memahami mu dan mereka yang
membuatmu selalu merasa akan kekurangan. Hargai dirimu sendiri selayaknya kamu ingin
dihargai.
Kerusakan mental juga termasuk penyakit yang cukup serius dan banyak dialami orang
orang yang bahkan tidak mengenal berapapun usia nya, faktor yang sangat mempengaruhi
kesehatan mental sendiri biasanya dari dalam yaitu orang orang terdekat orang yang hampir
mengetahui seluruh cerita hidupmu yang menjadi sumber sakit terbesarmu, banyak nya orang
yang tidak peduli akan kesehatan mental terhadap orang yang tidak bisa mereka sebut orang
asing, orang yang seharusnya berperan besar untuk mendukung kesehatannya baik itu Kesehatan
jasmani maupun Rohani, mereka yang seharus nya menjadi sebuah rumah tempat berpulang
tempat berlindung tempat berkeluh kesah tempat dimana kita merasa aman dari serangan sosial
yang bahkan baru kita kenal, rumah yang tidak menyediakan tempat istirahat tempat yang sangat
didamba setelah kelelahan dengan dunia sosial
Depresi satu kata yang menyiratkan sebuah sakit yang tidak bis akita lihat dengan mat a
kita sendiri tetapi sangat amat luar biasa rasa sakit nya, rasa akan menyerah dengan keadaan, rasa
akan hilang nya kepercayaan diri, terasa amat sangat rendah karena kita tidak bisa sesuai apa
yang orang lain ingin kan tanpa bertanya terlebih dahulu apa yang diri kita sendiri inginkan apa
yang diri kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk diri kita sendiri tanpa harus pusing
memikirkan keinginan orang lain, bahkan sampai tidak bisa berdiri dengan normal melihat
kedepan untuk tahu bahwa kita tidak seburuk yang orang kira.
Kesehatan mental sangat amat didamba oleh semua orang untuk keberlangsungan hidup
yang lebih baik, untuk kehidupan yang normal. Hidup lah seperti apa yang kita mau bukan
seperti apa yang mereka mau, hiduplah untuk orang orang yang berarti bagi diri kita, orang orang
yang juga ingin melihat kebahagiaan kita sendiri bahkan jika kita tidak mendapatkan nya dari
orang lain maka hiduplah untuk diri kita sendiri untuk yang selalu kita dampakan yaitu
kebahagiaan.
BE -FINE : Inovasi Berbasis Digital di Era Screen Culture Guna Menjaga
Kesehatan Mental di Kalangan Generasi Z
oleh : Karina Salsa Sabila
Kesehatan mental seseorang memiliki urgensi yang sama dengan kesehatan
fisik. Kesehatan mental adalah sesuatu yang tersirat dan berhubungan langsung dengan
kejiwaan seseorang. Oleh karena itu, banyak individu yang telihat sehat secara fisik
tetapi belum tentu memiliki kondisi kesehatan yang sama secara jiwa. Kesehatan mental
adalah kemahiran individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam usaha
mendapatkan kebahagiaan ataupun ketentraman hidup sehingga terhindar dari gangguan
jiwa. Kesehatan mental seseorang akan berdampak pada aktifitas kesehariaannya
dimana dengan mental yang sehat individu dapat berkegiatan secara produktif,
memberikan kontribusi untuk komunitas, menggali potensi diri secara optimal dan
memiliki kemampuan mengatasi problematika kehidupan dengan baik. Hal ini sesuai
dengan definisi kesehatan mental itu sendiri yang dikeluarkan oleh World Health
Organization (WHO). Sedangkan yang dimaksud dengan masalah kesehatan mental
adalah serangkaian kondisi yang berdampak pada kesehatan mental. Saat ini, kondisi
kesehatan mental menjadi perhatian negara-negara global tidak terkecuali negara
Indonesia.
Isu kesehatan mental menjadi isu yang harus diperhatikan dan tidak boleh kita
kesampingkan karena berlandaskan data global di tahun 2019 yang dikeluarkan oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO), prevelensi gangguan mental di dunia mencapai 450
juta jiwa atau bisa dikatakan 1 dari 8 orang di dunia menderita gangguan kesehatan
mental. Di Indonesia sendiri berdasarkan Riset Kesehatan Nasional Indonesia, 3,7%
orang menderita depresi dari populasi 250 juta orang. Lembaga Matrik dan Evaluasi
Kesehatan juga menambahkan bahwa 20% anak-anak dan remaja bergelut dengan
masalah kesehatan mental. Data tersebut juga diperkuat oleh data terbaru yang
dikeluarkan oleh Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey di Tahun 2022
yang menunjukan bahwa 15,5 juta (34,9%) remaja mengalami masalah mental dan 2,45
juta (5,59%) remaja mengalami gangguan mental. Kondisi ini tentu saja sangat
mengkhawatirkan karena penderita ganguan mental didominasi oleh kalangan generasi
muda yang nantinya akan menjadi kunci untuk pembangunan bangsa.
Pemerintah tentu saja telah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah ini
salah satunya yaitu mengeluarkan UU No. 18 yang mengatur tentang kesehatan mental
dan pengobatan seseorang dengan penyakit mental. Tetapi sayangnya dari banyaknya
penderita gangguan mental di Indonesia, baru 2,6% yang mengakses layanan konseling
baik emosi ataupun perilaku. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti : 1)
stigma buruk masyarakat tentang kesehatan mental. Sampai saat ini kebanyakan
masyarakat masih memandang negatif para penderita gangguan mental sehingga dengan
stigma buruk tersebut penderita merasa malu bahkan enggan untuk meminta dan
mencari pertolongan. Mayoritas mayarakat acapkali memandang orang sakit jiwa sama
dengan orang gila. Tentu saja hal ini akan sangat menghambat implementasi regulasi
kesehatan mental di Indonesia. 2) Keterbatasan jumlah psikolog dan psikiater dimana
Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat hanya ada 600-800 psikiater di seluruh
Indonesia, artinya satu psikiater harus melayani sekitar 300 ribu – 400 ribu pasien. Hal
tersebut tentu saja sangat berbeda jauh dari standar WHO yang menetapkan standar
jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan jumlah penduduk adalah 1 : 30 ribu orang.
3) Kurangnya akses untuk layanan kesehatan mental. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi
geografis Indonesia yang begitu luas. Kementerian Kesehatan Indonesia memaparkan
ada sekitar 45 rumah sakit jiwa yang tersebar di 34 provinsi dengan kondisi fasilitas dan
tenaga professional yang masih terbatas dan kurang memadai kebutuhan masyarakat.
Di era digital ini kegiatan interaksi berubah seratus delapan puluh derajat dimana
dengan kecanggihan teknologi, semua kegiatan interaksi bisa dilakukan secara mobile,
artinya perubahan ini menuntut cara-cara konvensional diubah menjadi cara-cara digital
atau bisa dikenal dengan sebutan screen culture. Generasi z adalah generasi pertama
yang tumbuh dengan ketersediaan konten on-demand dan dikelilingi oleh akses internet
sepanjang hidup mereka. Generasi z kini menjadi pusat mobilitas yang memprioritaskan
penggunaan layar kecil seluler dalam kegiatan kesehariannya. Menyesuaikan dengan
karakteristik generasi z yang tidak bisa lepas dari internet maka jawaban dari
permasalahan kesehatan mental di Indonesia khususnya dalam hal pelayanan bisa kita
alihkan dengan inovasi digital karena lebih efektif dan efisien baik itu dari segi waktu,
tenaga maupun biaya. Oleh karena itu, aplikasi BE-FINE hadir sebagai solusi dan
inovasi dalam rangka menjaga kesehatan mental bagi kalangan generasi z di era digital.
BE-FINE adalah inovasi layanan kesehatan mental berbasis digital yang bisa diakses
kapan pun dan dimana pun oleh semua kalangan khususnya oleh kalangan generasi z.
Inovasi ini merupakan sinergi bidang kesehatan dengan bidang teknologi yang sudah
melekat menjadi inti dari komunikasi saat ini. Hal ini disesuaikan dengan data di tahun
2023 yang dikeluarkan oleh Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) yang menunjukan bahwa pengguna internet di Indonesia semakin melonjak
tinggi yaitu ada 215,63 juta pengguna. Hal ini tentu saja menjadi peluang besar
penggunaan teknologi internet dalam meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan
mental di Indonesia. BE-FINE dirancang untuk memberikan bantuan klinis,
menghimpun akses layanan kesehatan mental yang terbatas oleh jarak dan
meningkatkan pencapaian hasil optimal pada kesehatan mental di kalangan generasi z.
Aplikasi BE-FINE akan menggabungkan beberapa konsep yang disesuaikan dengan
era screen culture yaitu dengan menggunaan konsep yang menekankan pada pendekatan
ilmu pengetahuan berbasis modern seperti big data, Artifikal Intelligence (AI), dan
Internet of Things (IoT). Internet of Things (IoT) akan mempermudah kita dalam
memperluas manfaat dari internet yang terkoneksi secara terus-menerus sehingga kita
bisa mentrasfer sebuah big data melalui jaringan tanpa harus melalui interaksi manusia
terlebih dahulu. Sementara itu, Artifikal Intelligence (AI) akan memiliki peran sebagai
mesin yang mampu menganalisa dan memutuskan tindakan selanjutnya dengan kadar
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Maka, mengacu pada komponen-komponen tersebut
aplikasi BE-FINE akan berusaha mengoptimalkan fitur-fitur yang ada supaya bisa
memberikan pelayanan maksimal kepada para penggunanya. Beberapa fitur yang akan
diterapkan pada aplikasi BE-FINE yaitu :
• Fitur JUMPA KOSELOR
Fitur ini dirancang untuk para pengguna yang ingin melakukan konsultasi secara
online. Pengguna dapat berkomunikasi dengan konselor secara real time via mobile
tanpa harus bertatap muka secara langsung. Fitur ini menjadi jawaban dari ketimpangan
akses layanan kesehatan mental yang terkendala oleh faktor geografis khususnya untuk
pengguna di daerah-daerah terpelosok karena untuk melakukan konsultasi pengguna
tidak perlu pergi jauh-jauh sehingga akan lebih efektif dan efisien dari segi waktu,
tenaga maupun biaya.
Fitur JUMPA KONSELOR bisa dimanfaatkan pengguna untuk melakukan
pemeriksaan dini (screening) mengenai keadaan kesehatan mental mereka oleh tenaga
professional dan para ahli psikolog yang telah tersedia di aplikasi BE-FINE sehingga
diharapkan pengguna bisa merekognisi keadaan kejiwaan mereka dan bisa melanjukan
proses treatment yang lebih lanjut lagi. Hal ini sejalan dengan target pemerintah
mengenai kesehatan mental yang berubah haluan dari proses kuratif dan rehabilitatif
menjadi proses promotif dan preventif yang berfokus pada aksi pencegahan. Fitur ini
juga bisa dimanfaatkan oleh pengguna atau individu yang kurang bisa terbuka jika harus
bercerita secara langsung karena kerahasiaan identitas pengguna akan menjadi jaminan
di aplikasi BE-FINE sehingga pengguna bisa dengan lancar melakukan konsultasi
seterbuka mungkin tanpa harus ada yang ditutupi karena merasa takut atau pun malu.
• Fitur BILIK REMBUKAN
Fitur ini memungkinkan pengguna untuk bergabung dengan komunitas yang
memiliki minat dan ketertarikan yang sama khususnya hal-hal mengenai kesehatan
mental. Di fitur ini pengguna bisa berinteraksi satu sama lain dengan pengguna lainnya
selain itu pengguna bisa melakukan diskusi serta bertukar informasi di halaman
komunitas yang sudah disediakan. Fitur bilik rembukan juga dilengkapi dengan fitur
chatting menyesuaikan dengan karakteristik generasi z yang senang melakukan
percakapan melalui pesan online. Pengguna bisa mencurahkan perasaan mereka di sini
dan pengguna lain bisa saling menanggapi dan menyemangati sehingga individu yang
membutuhkan tempat cerita namun bingung harus pergi ke mana dan bercerita ke siapa,
maka fitur BILIK REMBUKAN ini lah jawabannya. Fitur ini akan membuat pengguna
merasa didengar dan meyakinkan pengguna bahwa mereka tidaklah sendirian.
• Fitur PSIKOEDUKASI
Fitur ini akan menggunakan beberapa konsep yaitu visual-based berupa artikel-
artikel mengenai kesehatan mental, audio-based berupa podcast yang bisa didengarkan
oleh pengguna dan kombinasi dari konsep keduanya yaitu video-based berupa non-
internet video yang bisa dinikmati langsung oleh pengguna. Fitur ini dirancang sebagai
wadah edukasi bagi para pengguna mengenai kesehatan mental sehingga pengguna bisa
mendapatkan banyak pengetahuan saat berselancar di fitur PSIKOEDUKASI ini.
Strategi implementasi aplikasi BE-FINE akan dilakukan melalui empat tahapan
yaitu : 1) tahap perancangan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap sosialiasi, 4) dan tahap
evaluasi. Semua tahapan ini dilakukan untuk memastikan rancangan aplikasi BE-FINE
sesuai dengan perancangan yang sesuai dengan metode User Interface (berhubungan
dengan tampilan dan visualisasi), User Experience (berhubungan dnengan pengalaman
pengguna), dan Usability (berhubungan dengan kemudahan penggunaan).
Kesimpulannya BE-FINE merupakan inovasi mental health berbasis digital
dengan konsep collaborative yang disesuaikan dengan digitalisasi di era screen culture
dan menargetkan kalangan generasi z sebagai sasarannya. Diharapkan inovasi aplikasi
BE-FINE dapat menjadi solusi dalam memerangi prevelensi gangguan jiwa di Indonesia
dan mampu mewujudkan Sustainable Development Goals yang ketiga yakni good
health and well-being.
Rancangan akhir aplikasi BE-FINE.