Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unib gelar pelatihan jurnalistik di Benteng Marlborough

HIMIKOM
Puluhan mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unib gelar pelatihan jurnalistik di Benteng Marlborough, Bengkulu (18/12/11).

"Pelatihan ini sengaja digelar di benteng Marlborough untuk mendapatkan penyegaran karena bosan belajar di dalam ruang serta praktek dapat langsung dilakukan dengan pengunjung dan sekitar benteng," Kata Nurahmah salah seorang peserta, Minggu.






Pelatihan jurnalistik itu melibatkan beberapa praktisi jurnalistik dilakukan secara teratur setiap minggu.

Menurut dia, selama ini mahasiswa banyak mendapatkan teori di kelas tetapi jarang dipraktekkan di lapangan.

"Ternyata menjadi wartawan sulit juga karena selain dituntut dapat menulis dengan baik tetapi dituntut peka menangkap hal-hal yang bersifat psikologis untuk memperkuat tulisan,"tambah Gracea peserta lain.

Pelatihan jurnalistik dilakukan menggunakan metode bertukar pengalaman antar praktisi jurnalistik, diskusi dan praktek wawancara dengan pengunjung wisata Benteng Marlboroguh.

Beberapa pengunjung yang diwawancarai peserta pelatihan awalnya merasa terkejut dengan kehadiran "wartawan dadakan" itu.

"Saya bingung kok mendadak banyak wartawan yang mewawancarai kami, namun setelah mereka menjelaskan kalau itu praktek baru saya tertawa sendiri," Kata Dinda Pengunjung wisata Benteng Marlborough.

Benteng Marlborough merupakan benteng terbesar peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara terletak di Kota Bengkulu.

Sumber : Antara Bengkulu

Artikel | Globalisasi, Imprealisme dan Penyempitan Peradaban Dunia

HIMIKOM
Globalisasi, Imprealisme dan Penyempitan Peradaban Dunia - Konstelasi dunia dan peradaban manusia dimana pembangunan ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan beroperasi telah dan tengah berubah secara dramatis dewasa ini. Perubahan-perubahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sebuah proses dimana terjadinya pengintensifan jaringan-jaringan hubungan sosial dan ekonomi yang luar biasa.
Globalisasi adalah penyebaran kebiasaan-kebiasaan mendunia, ekspansi hubungan yang melintasi benua, organisasi dari kehidupan sosial pada skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersama. Globalisasi merupakan proses yang sedang terjadi di dunia dengan ditandai oleh perdagangan bebas antar negara, transnasional. Berdirinya lembaga-lembaga seperti World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund (IMF) merupakan lembaga penting yang berperan dalam arus globalisasi saat ini.
Globalisasi telah menjadi sebuah isu utama dalam wacana dunia. Berkait hal tersebut, telah pula berkembang banyak pemkiran yang mempertanyakan berbagai sisi di dalamnya; baik definis nya, konsekuensi, hingga berbagai kritik terhadap konsep globalisasi. Globalisasi awalnya memang sebuah fenomena, namun pada apa yang bisa dikaji secara teoritis. Paling tidak terdapat tiga kutub pemikiran dalam setiap perdebatan yang sering hadir dalam wacana-wacana akademis. kutub pemikiran yang menganggap globalisasi sebagai proses yang berdimensi ekonomi. kutub pemikiran yang mengasumsikan globalisasi sebagai proses politik. Kutub pemikiran yang meyakini globalisasi sebagai sebuah proses kultural. Dengan melihat globalisasi sebagai sebuah proses kultural yang tidak bisa ditolak oleh semua negara di dunia, termasuk Indonesia, seperti pengaruh masuknya kesenian-kesenian global terhadap eksistensi kesenian lokal-tradisional dan lahirnya keseniankesenian baru dinegara lain
Permasalahan mengenai munculnya globalisasi mendapatkan kritikan yang tajam dari teoritikus seperti Roland Robertson yang menggaris bawahi apa yang menjadi persoalan pokok dari globalisasi. Dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah perubahan global menyebabkan homogenitas yang semakin meningkat atau heterogenitas yang semakin meningkat atau gabungan diantara keduanya?” dan Apa hubungan antara global dan lokal?”. Dua persoalan ini sangat erat berkaitan karena keunggulan lokal akan cenderung dihubungkan dengan heterogenitas sementara dominasi global akan lebih dihubungkan dengan homogenisasi. Kemudian persoalan selanjutnya adalah, “Apa yang mendorong proses globalisasi? Apa kekuatan penggeraknya? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang coba dijawab dengan berbagai pemaparan, pada tulisan ini, dasar pemikiran yang dunakan adalah perspektif dari Ritzer dengan membahas kekuatan penggerak globalisasi seperti Kapitalisme, McDonaldisasi dan Amerikanisasi.
Dalam beberapa kajian, perubahan sosial dan ekonomi disebutkan sejalan dengan munculnya sejumlah terma/istilah yang ditandai dengan awalan “post”, seperti post-industrialism, post-structuralism dan post-modernism. Istilah-istilah tersebut menunjuk pada perdebatan dalam wacana ekonomi-politik dan perdebatan arus budaya.
Perubahan-perubahan atau transisi modernitas atau industrialisasi sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi-politik kapitalisme yang berporos pada ideologi neo-liberal, kapitalisme mengedepankan demokrasi liberal, hak azasi manusia dan ekonomi pasar bebas dimana sekarang telah menjadi pandangan hidup universal seluruh bangsa manusia.
Keunggulan dan kemenangan kapitalisme memang sangat mengesankan, dimana sistem ekonomi kapitalistik berhasil mengalahkan semua pesaingnya dari ideologi lain seperti komunis, otoriter, merkantilistik dan sosialis. Sebagai tanda kemenangan tersebut adalah hampir tak ada satupun negara yang saat ini bebas dari Coca-cola, Mcdonald, KFC dan Levis yang menjadi lambang supremasi corporate capitalism yang menguasai sistem ekonomi abad 21.
Tidak hanya ekonomi, kapitalisme juga menghardik dunia budaya, dalam kekinian proses tersebut disebut sebagai “Imprealisme budaya” atau “neo-imprealisme” dimana terjadi perubahan-perubahan berupa hibridisasi, difusi dan relativasasi, inilah yang dikatakan globalisasi telah menjadikan kompresi (penyempitan) peradaban dunia dan intensifukasi (meningkatkan) kesadaran dunia secara keseluruhan.

Artikel | Indonesia ku, Ibarat Ayam Mati Dilumbung Padi

HIMIKOM
INDONESIA, sebuah negara kaya sumber daya alam, berposisi strategis dunia dengan jumlah penduduk sangat menakjubkan yang menjadi potensi untuk kemajuan sebuah negara. Tapi kenyataannya negara ini dipenuhi oleh kemiskinan. Kemiskinan ekonomi rakyat, kemiskinan moral, kemiskinan penegakan hukum, kemiskinan etika politik. 



Seorang imam besar telah memperingatkan umat muslim, peringatan ini sangat sesuai  dengan keadaan Indonesia saat ini "Kehancuran masyarakat adalah berpangkal dari kebejatan para penguasanya. Sedangkan kebejatan penguasa berpangkal pada kerusakan moral para ulama. Sedangkan kerusakan moral ulama adalah berpangkal pada kegandrungan mereka terhadap harta, posisi strategis (pangkat) dan kemewahan dunia.Padahal, hati siapa saja yang telah dikuasai oleh gandrung dunia, ia tidak akan mungkin bisa membela kepentingan agama Allah, kendati terhadap rakyat jelata, apalagi menghadapi para penguasa dan pemerintah yang zalim".- Al Ghazali –

Menjadikan sebuah negara menjadi satu kesatuan yang solid yang memiliki stabilitas nasional yang bagus dengan proses kesadaran rakyat dan pemerintah tidak semudah membalikkan telapak  tangan, akan tetapi tidak sesulit menguras air di lautan. Hal itu membutuhkan kerja sama antara individu yang saling bersinergi menghasilkan power untuk membangun sebuah negara dari seluruh aspek kehidupan

Pada dasarnya, perbedaan dan pruralisme bukanlah sebab yang menjadikan manusia berpecah-belah. Karena Allah-lah yang manciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal dan saling menghormati perbedaan itu sendiri. Hakekat utama manusia adalah Zoon Politicon yang tidak bisa hidup sendiri sekaligus membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari hal ini lahirlah interaksi-interaksi sosial antara manusia dengan yang lain di segala dimensi kehidupannya. Sehinga, mereka membutuhkan seorang pemimpin yang adil dan memiliki integritas untuk mengatur interaksi tersebut, dengan negara sebagai wadahnya, dan undang-undang sebagai pagarnya.

Hmm.. Jika  saya umpamakan negara sebagai kapal, pemimpin negara adalah nahkodanya dan  undang-undang adalah aturan dalam kapal tersebut. Sang nahkodalah yang menentukan kemana kapal akan berlayar. Begitu juga pemimpin yang paling berkuasa menetukan jalannya pemerintahan dalam suatu negara.

Artikel | Surat kabar ; Antara Informasi dan Ideologi

HIMIKOM
Surat kabar ; Antara Informasi dan Ideologi - Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.
Surat kabar lahir di abad tujuh belas di mana sudah terdapat pemisahan yang jelas antara surat kabar pemerintah dan surat kabar komersial. Namun, surat kabar pemerintah lebih sering dijadikan corong penguasa saat itu. Hal ini berbeda dengan surat kabar komersial. Pengaruh surat kabar komersial merupakan tonggak penting dalam sejarah komunikasi karena lebih menegaskan perannya dalam pelayanan masyarakat dan buka sebagai terompet penguasa.
Sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi lawan yang nyata atau musuh penguasa mapan. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Citra pers yang dominan dalam sejarah selalu dikaitkan dengan pemberian hukuman bagi para pengusaha percetakan, penyunting dan wartawan, perjuangan untuk memperoleh kebebasan pemberitaan, pelbagai kegiatan surat kabar untuk memperjuangkan kemerdekaan, demokrasi, dan hak kelas pekerja, serta peran yang dimainkan pers bawah tanah di bawah penindasan kekuatan asing atau pemerintahan diktator. Penguasa mapan biasanya membalas persepsi diri surat kabar yang cenderung tidak mengenakan dan menegangkan bagi kalangan pers.
Terlepas dari adanya kemunduran besar, sejarah juga mencatat adanya kemajuan yang pesat dan menyeluruh dalam rangka mewujudkan kebebasan mekanisme kerja pers. Kemajuan itu kadangkala menimbulkan sistem pengendalian yang lebih ketat terhadap pers. Pembatasan hukum menggantikan tindak kekerasan, termasuk penerapan beban fiskal. Dewasa ini, institusionalisasi pers dalam sistem pasar berfungsi sebagai alat pengendali sehingga surat kabar modern sebagai badan usaha besar justru menjadi lebih lemah dalam menghadapi semakin banyak tekanan dan campur tangan.
Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.
Misalnya, analisis tentang Ekonomi Pancasila. Ekonom yang memiliki ideologi sosialis akan menulis dengan analisis yang dibumbui ideologi si penulis. Demikian pula dengan penulis yang memiliki latar belakang kapitalis. Meskipun keduanya memiliki data-data yang sama, tapi hasil analisis keduanya pasti akan memiliki cita rasa ekonomi sosialis dan kapitalis.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis (atau institusi pers: Kompas, Republika, Jawa Pos, dan lain-lain) menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.
Jika anda berniat membuat sebuah penelitian tentang keberpihakan media dan mengetahui Ideologi Di Balik Berita maka Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa berita, yaitu analisis isi (content analysis), analisis bingkai (frame analysis), analaisis wacana (disccourse analysis), dan analisis semiotik (semiotic analysis). Semuanya memiliki tujuan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan target pelaku analisis.

12 Jenis Kualitas Gambar Film

HIMIKOM

12 Jenis Kualitas Gambar Film - Jika kita menonton film atau Video di komputer terdapat film atau video dengan kualitas gambar yang berbeda-beda, terutama ketika anda menonton hasil dari download.
Ada 12 jenis istilah dari Kualitas Gambar Film, berikut penjelasannya
1. Bluray/HD
Bluray/HD : Resolusi jauh lebih besar yaitu 1920×1080 atau 1280×720 (tergantung filenya).

EVENT | COMMA Anniversary

HIMIKOM
Menyambut ulang tahun Commucation Cinema Community ke 5, Comma mengadakan Lomba lip sing dan Photograpy dengan ketentuan lomba:


Lomba LIP SING
  • Peserta adalah Mahasiswa dan Pelajar
  • Durasi 1 lagu (lagu bebas)
  • Pemeran video lip sing tidak terbatas
  • Video diserahkan dalam bentuk CD dengan format bebas
  • Video boleh diserahkan sebanyak mungkin
  • Video dikemas se-kreatif mungkin
Lomba PHOTOGRAPY
  • Peserta adalah Mahasiswa dan Pelajar
  • Tema photo bebas
  • Durasi film 5 menit hingga 15 menit
  • Film dikumpul dalam bentuk DVD dengan format MPEG/AVI dan sinopsis
  • Film adalah hasil karya sendiri, dan belum pernah diikutkan dalam lomba sebelumnya
  • Melampirkan Biodata peserta
  • Biaya pendaftaran Rp 50.000,-
Pendaftaran setiap item Rp. 10.000,- di GKB II Universitas Bengkulu pada tanggal 20 November 2011 - 14 Desember 2011, dan pengumuman pemenang pada tanggal 17 Desember 2011