Wayang Putih

Cerita pendek atau biasa disingkat cerpen adalah salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan kejadian nyata dan hanya dibuat-buat. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novelet maupun novel.

Macam-macam Cerpen:

  1. Cerpen Realistik, Cerpen yang mencerminkan kehidupan nyata dan menggambarkan karakter, suasana, dan peristiwa yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Cerpen Fantasi, Cerpen yang mengeksplorasi dunia imaginasi dan keajaiban, dengan menampilkan elemen-elemen fantasi seperti makhluk mitos, sihir, atau petualangan di dunia yang tidak nyata.
  3. Cerpen Misteri, Cerpen yang membangun suasana misterius dan menampilkan plot yang penuh teka-teki atau kejutan. Biasanya, cerpen ini fokus pada pemecahan suatu misteri atau rahasia.
  4. Cerpen Romantis, Cerpen yang mengisahkan kisah cinta antara dua karakter. Cerpen ini mungkin menggambarkan perjuangan, ketegangan, atau kebahagiaan dalam hubungan asmara.

 Bentuk Cerpen:

Cerpen memiliki beberapa elemen penting, antara lain:

  1. Pengenalan, Bagian awal cerpen yang memperkenalkan latar belakang, karakter utama, dan situasi yang akan dikembangkan.
  2. Konflik, Ketegangan atau masalah yang dihadapi oleh karakter utama. Konflik merupakan inti cerita dan mendorong perkembangan plot.
  3. Klimaks, Puncak ketegangan atau momen kritis dalam cerita. Klimaks mengarah ke penyelesaian konflik.
  4. Penyelesaian, bagian akhir cerita yang menyajikan penyelesaian konflik dan menutup cerita dengan cara yang memuaskan.

Ciri-ciri Cerpen

  1. Ringkas, Cerpen memiliki jumlah kata yang terbatas dan merangkum cerita dalam format yang singkat.
  2. Fokus pada Inti Cerita, Cerpen berfokus pada konflik dan perkembangan karakter utama, tanpa memperluas plot secara berlebihan.
  3. Karakter Terbatas. Dalam cerpen, biasanya hanya ada beberapa karakter yang mendapat perhatian utama, sehingga pembaca dapat lebih mengenal karakter-karakter tersebut.
  4. Penuh dengan Imajinasi, Cerpen membangkitkan imajinasi pembaca melalui penggunaan bahasa yang deskriptif dan detail dalam menggambarkan latar belakang dan karakter.

Nah Commers, dibawah ini adalah salah satu contoh Cerpen tentang warisan indonesia di era teknologi. Dimana puisi ini dibuat oleh salah satu Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu yang berjudul "Wayang Putih"

Wayang putih

Refina Maharani Salim

 

“Buang-buang waktu saja.” Terus saja kalimat itu yang terdengar ditelinga setiap hari, tidak bisakah mereka menghargai?

Faal menghela nafasnya cukup panjang, ditemani suara deburan ombak yang bersaut-sautan. Hamparan pasir putih diiringi dengan hembusan angin yang sejuk, cukup berisik namun sangat menenangkan pikiran. Faal memikirkan perbuatannya yang membuat orang-orang mengucilkan Faal, apakah sebesar itu hingga mereka tega membuat dirinya merasa terpojok dan terkucilkan. Faal berdecak kagum Ketika ombak-ombak terhempas kelautan lepas, sungguh membuat siapa saja merasa tenang. Ia  beranjak dari sana dan mulai melangkahkan kaki untuk menyelusuri garis Pantai yang cukup Panjang, suara tawa riang anak kecil cukup bisa mengingatkan kepada masa kecil. Terlintas sebuah ide cemerlang di dalam hati setidaknya ini sangat bisa membantu perekonomian keluarga yang saat ini sangat sulit. Ditambah lagi uang ukt yang cukup tinggi membuat ayah kesulitan bernafas, Faal mulai melangkahkan kaki untuk pulang kerumah.

Bangunan yang menjadi tempat berlindung ini tidak besar, namun sangat cukup untuk membuat aman dari hal-hal diluar sana. Samar-samar Faal mendengar suara tangis membuat langkah kaki ini semakin cepat untuk menemukan sumber suara tersebut, Faal mengintip dari celah pintu ketika  tahu suara tangis itu berasala dari kamar kedua orangtuanya, suara perut berbunyi disaat yang tidak tepat, Faal memutuskan untuk mengetuk pintu kamar orangtuanya dengan pelan, dan disambut oleh penghuni di dalam sana. “Masuk saja, pintunya tidak dikunci.” “Ibu, dimana ayah? Aku sangat lapar bu. Apakah ibu sudah memasak.” “ah, ibu belum memasak tunggu ya ibu masakan sesuatu dulu.”

 Pilu, sudah tidak ada sebutir beras lagi yang tersisa, untuk membelinya pun uang yang dimiliki sudah tidak cukup jika ingin membeli secanting beras. Yang tersisa hanyalah sebungkus tepung sagu dan sebutir telur ayam, hanya itu yang bisa ibu masak, lagi dan lagi ibu memasak sambil menitikan air mata, merasakan betapa pahitnya hidup yang mereka jalani.

Malam ini mereka mengisi tenaga hanya ditemani oleh bubur sagu buatan ibu, meski hanya sepiring bubur, namun mereka sangat bersyukur bisa mengisi tenaga untuk malam ini, hanya dentingan sendok dan piring saja yang menghiasi makan malam mereka. Kembali teringat di pikiran Faal sebuah surat yang Faal dapatkan dari universitas tempat ia menimba ilmu. “Yah, apakah ayah sudah ada uang untuk membayar uang kuliah Faal.” Ucapan Faal disambut oleh senyuman hangat yang ayah miliki, “besok ya, besok ayah yang akan membayar uang kuliahmu al.” Setelah usaha yang ayah miliki bangkrut karena penipuan mereka menjadi lebih tertutup kepada warga sekitar.

Ayah termenung diteras rumah, bagaimana mereka bertahan hidup untuk hari selanjutnya, semuanya sudah habis terjual untuk membayar hutang-hutang yang mereka miliki. Menjual perhiasan yang ibu miliki pun hanya cukup untuk membayar uang kuliah Faal dan makan satu hari, mati langkah dan mati kutu, tidak ada yang  bisa diandalkan untuk saat ini, sudah berbagai perusahaan bahkan toko yang membuka lowongan pekerjaan tetapi tidak ada satupun dari mereka yang memanggil ayah untuk bekerja. Faal duduk disamping ayah, atmosfer malam itu sangatlah dingin. Dengan keberanian yang ada faal mulai berbicara dengan sangat pelan. “ Ayah, kenapa ayah tidak menjual wayang kulit saja yah? Bukannya ayah pandai membuat wayang kulit. Hitung-hitung kita juga melestarikan budaya yang kita miliki yah.” “Tidak mudah faal, ditambah lagi saat ini orang-orang sudah tidak menyukai wayang lagi.” Suasana yang terbangun menjadi sangat panas, raut muka ayah juga saat ini sudah tidak bersahabat lagi kala faal terus saja memaksa. “Sudahlah faal, lebih baik kau masuk kedalam rumah.

Seekor burung Gagak bertengger dipagar rumah, membuat mata ayah terfokus ke arah pagar. “Pertanda apa ini ya tuhan, jauhkanlah kelurga ini dari hal-hal yang tidak baik.” Ucap ayah pelan tetapi masih terdengar di telinga Faal. “Sudahlah ayah, itu hanya burung gagak biasa dia juga makhluk hidup, buang jauh-jauh budaya tabu itu ayah.” “Jangan asal bicara Faal.” Ayah masuk kedalam rumah dengan wajah yang cukup mengkhawatirkan.

Gemercik air hujan tidak menghentikan semangat Faal untuk tetap menimba ilmu, Faal pergi ke Universitas tempat ia belajar. Dengan menggunakan sepeda ontel miliknya, tetapi lagi dan lagi hanya cemoohan dari tetangga nya yang ia dapatkan. “Miskin saja sok-sok an untuk kuliah, Universitas sana tidak menerima pembayaran menggunakan daun Faal.” Cukup membuat siapa saja sakit hati tetapi ucapan itu tidak di idahkan oleh Faal. Detik berganti menit, menit berganti jam, tidak terasa jam kuliah Faal sudah berakhir. Siang hari dimana orang-orang mengisi Kembali tenaga mereka yang sudah terkuras tetapi tidak dengan Faal, Faal lebih memilih untuk Kembali kerumah demi menghemat pengeluaran. Faal menyelusuri jalan yang sempit demi bisa sampai kerumah, sebuah kantong hitam sangat menarik perhatian Faal diambilnya kntong tersebut dan dengan cepat Faal membawa kantong hitam itu pulang kerumah, rasa penasarannya saat ini lebih besar daripada rasa laparnya. Selembar kulit sapi yang basah membuat faal merasa senang, sepertinya keberuntungan berada dipihak Faal, dengan telaten faal membersihkan kulit tersebut dan mengeringkannya. Idenya saat ini hanyalah menjual wayang kulit untuk menambah penghasilan keluarganya, yang dimana hanya pas-pasan untuk makan.

Dua minggu sudah berlalu, kulit yang ditemukan Faal sudah kering, bahkan sudah beberapa yang menjadi sebuah wayang, lagi dan lagi hanya sebuah remehan yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya “Sudahlah Faal, untuk apa kau membuat wayang itu.” “Hei, itu sudah kuno sekali. Sudah lebih 100 tahun yang lalu, lebih baik kau bergabung bersama kami untuk bermain game online.” “Zaman sudah modern Faal, lebih baik kau menggunakan gadget, daripada memainkan wayang yang tak ada gunanya itu.” Suara-suara dan kalimat-kalimat yang diberikan oleh sekumpulan remaja  yang melewati rumah Faal sontak membuat rahang Faal mengeras menandakan bahwa anak muda itu sangat marah. Tangannya terkepal kuat bahkan nada bicaranya sudah tidak terkontrol lagi “Lebih baik kalian pergi dari hadapanku, kalian tidak tahu apa-apa. Yang kalian tahu hanya menghabiskan uang dan waktu.”

Faal sudah tidak kuat, mendengar hinaan yang terus saja dilontarkan oleh orang-orang. Tekadnya sudah bulat untuk membalas perbuatan mereka yang sudah berani mencaci bahkan menghina. Faal duduk di taman tempat orang-orang melepaskan penat, atau hanya sekedar bersenda gurau saja, sebuah poster mendarat tepat dibawah kaki faal yang tidak tahu berasal darimana. Disana pemberitahuan perlombaan pementasan yang hadiahnya cukup besar, bahkan benefit yang ditawarkan sangat fantastis. Tidak menyia-nyiakan waktu, Faal bergegas untuk mendaftarkan diri kedalam perlombaan tersebut. Faal tidak memberitahu kepada orang tuanya dikarenakan takut mendapatkan amarah semata. Dua minggu waktu yang cukup untuk mempersiapkan semuanya, Faal mulai mempersiapkan semua yang sekiranya perlu disiapkan. Selama itu ia sangat telaten dan berlatih, Faal sudah tidak memikirkan hinaan orang, kuliah yang dijalani oleh Faal juga lancar-lancar saja. Faal juga sudah menjual wayang kulitnya di platform media sosial, siapa sangka kegiatan yang dicap hanya membuang waktu oleh orang-orang membawa petuah bagi keluarga faal.

Tiba hari dimana perlombaan dimulai, hanya Faal seorang diri dengan berbekalkan dua buah wayang kulit yang ia buat sendiri. Hanya Faal juga yang membawakan kesenian wayang, cukup minder ketika melihat peseta lain menunjukan penampilan lain yang menurut Faal lebih baik dari dirinya. Saat Faal memperlihatkan bakatnya dalam memainkan wayang. Semua penonton bahkan juri dengan bangga dan meriah memberikan tepuk tangan atas keberhasilannya  dalam membawakan kesenian budaya Indonesia. Tidak semua anak muda pbahkan mahasiswa Indonesia bisa membawakan penampilan tersebut, tidak semua anak muda menyukai kebudayaan tradisional Indonesia. Anak muda sekarang lebih memilih memanfaatkan teknologi zaman sekarang yang sudah merajalela dengan salah, yaitu memainkan gadget tanpa manfaat dan menghabiskan banyak waktu.

Faal dengan bangga naik keatas panggung saat namanya disebut sebagai pemenang, ia juga tidak menyangka bisa membawa pulang uang puluhan juta. Rintihan air mata keluar dari pelupuk mata Faal, setidaknya saat ini ia bisa membantu ayahnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, tidak akan ada lagi kepahitan setelah ini.

Faal semakin gencar membuat wayang kulit, ia tetap ingin melestarikan kebudayaan Nusantara di gejolak marak dan canggihnya teknologi, hampir semua dinding rumah Faal dihiasi oleh wayang kulit, saat ini kediaman Faal sedang kedatangan saudara jauhnya, bukan mendapatkan pujian seperti yang orangtua Faal harapkan yang didapat hayalah remehan semata. Tetap saja pendirian Faal sudah bulat. Ia yakin dengan apapun keputusannya saat ini. Faal menyelusuri jalanan yang cukup ramai, ia hanya ingin menemukan ketenangan saat ini. Hanya alam yang bisa menerima Faal dengan seluruh keadaan sedihnya, hanya semilir angin yang mampu memberikan ketenangan, sangat pas untuk bersantai sambil menikmati hamparan pasir putih dan lautan yang berwarna biru. Dihiasi oleh ombak yang berlomba-lomba sampai ketepian tetapi hancur terhempas oleh ombak yang lain. Kenapa susah sekali untuk melestarikan peninggalan Sejarah yang berharga, kenapa susah sekali untuk menerima hasilnya. Faal kira mereka akan senang saat ini tetapi malah justru semakin menderita. Semua orang datang mengaku saudara saat mereka sudah berada di atas, kemana mereka dulu disaat faal dan keluarganya hanya mampu memakan bubur sagu, dimana mereka saat Faal tidak bisa membayar tunggakan uang kuliahnya dulu.

 

 

Email Facebook Google Twitter

HIMIKOM

Admin & Editor

Himikomunib.org adalah website Himikom ( himpunan mahasiswa ilmu komunikasi ) universitas Bengkulu

0 comments:

Post a Comment