Apa itu himikom?

Apa itu himikom?
Himikom adalah Himpunan Mahasiswa ilmu komunikasi , dimana didalamnya , terhimpun orang - orang dengan kemampuan dan kreativitas yang tinggi . dengan kredibilitasnya menjadikan himikom sebagai hima tervavorit di Universitas Bengkulu.

Latest Posts

Guncangan M8,7 di Rusia Timur Berpotensi Timbulkan Tsunami di Wilayah RI

HIMIKOM


Baskom Online| Annisa Ayuningrum| 1 Agustus 2025

Gempa bumi dahsyat dengan kekuatan magnitudo 8,7 mengguncang lepas pantai timur Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada Rabu, 30 Juli 2025. Gempa terjadi sekitar pukul 08.25 waktu setempat, dengan pusat gempa terletak sekitar 125 kilometer tenggara kota Petropavlovsk-Kamchatsky dan berada pada kedalaman 19 hingga 20 kilometer. Lokasi ini merupakan bagian dari zona subduksi Kuril-Kamchatka, yang dikenal sangat aktif secara tektonik. Karena kekuatan dan kedalaman gempa yang relatif dangkal, para ahli menyatakan bahwa potensi terjadinya tsunami cukup tinggi.

Pusat Peringatan Tsunami Pasifik (Pacific Tsunami Warning Center) di Amerika Serikat serta Badan Meteorologi Jepang (JMA) segera mengeluarkan peringatan tsunami menyusul gempa tersebut. Gelombang tsunami dengan ketinggian 3 hingga 4 meter tercatat di sejumlah wilayah pesisir Kamchatka, dan otoritas lokal di Rusia telah mengevakuasi penduduk di kota Severo-Kurilsk sebagai tindakan pencegahan. Beberapa bangunan seperti taman kanak-kanak mengalami kerusakan ringan akibat guncangan. Sementara itu, Jepang mengeluarkan peringatan serius untuk wilayah pesisir timurnya, memperkirakan potensi gelombang setinggi 3 meter, dan meminta warga untuk segera mengevakuasi daerah pantai.

Tidak hanya Rusia dan Jepang, peringatan juga disampaikan kepada wilayah Pasifik lainnya seperti Guam, Micronesia, Hawaii, Alaska, dan pantai barat Amerika Serikat. Hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa, namun kerusakan ringan serta kepanikan warga terjadi di beberapa titik terdampak.

Indonesia, meskipun secara geografis berjarak cukup jauh dari pusat gempa, tetap berada dalam pengawasan karena gempa terjadi di kawasan Cincin Api Pasifik yang berpotensi memicu gelombang tsunami lintas samudra. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia mengonfirmasi bahwa hingga saat ini belum terdeteksi adanya gelombang tsunami yang signifikan di wilayah perairan Indonesia. Namun demikian, BMKG terus melakukan pemantauan intensif terhadap perubahan muka laut dan menyarankan masyarakat pesisir timur Indonesia untuk tetap waspada.

Gempa besar seperti ini mengingatkan kembali akan pentingnya sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana alam, terutama di negara-negara yang berada di sepanjang sabuk gempa dunia. Meskipun dampaknya di Indonesia belum terasa langsung, potensi ancaman tetap harus diantisipasi dengan kesiapsiagaan dan informasi yang akurat.


Keras Bersuara, Keras Dampaknya: Menyoroti Kontroversi Sound Horeg

HIMIKOM


 Baskom Online| Annisa Ayuningrum| 1 Agustus 2025

Sound horeg, sebuah istilah yang populer di masyarakat pedesaan dan pinggiran kota, merujuk pada penggunaan sistem audio bervolume tinggi dengan dentuman bass yang keras dalam berbagai acara seperti hajatan, pesta pernikahan, hingga konser dangdut keliling. Istilah ini berasal dari gabungan kata “hore” dan “gerak” yang menggambarkan suasana penuh semangat dan hiburan meriah di malam hari. Namun, di balik euforia tersebut, muncul kontroversi yang semakin mencuat di tengah masyarakat. Penggunaan sound system berdaya besar tanpa batasan waktu maupun tempat kini dianggap telah mengganggu ketentraman warga dan menimbulkan keresahan sosial yang nyata.

Fenomena ini melibatkan berbagai pihak. Penyelenggara acara dan operator sound system tentu menjadi pelaku utama, tetapi yang paling terdampak adalah masyarakat sekitar yang harus menanggung kebisingan hingga dini hari. Pemerintah daerah, yang seharusnya berperan sebagai pengatur dan pengawas ketertiban umum, kerap kali dinilai lamban dalam merespons keluhan warga. Dalam perkembangan terbaru, Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut bersuara, menyatakan kekhawatiran atas dampak negatif sound horeg terhadap moral, ketenangan, dan harmoni sosial, serta mendesak pemerintah agar tidak menutup mata terhadap situasi ini.

Fenomena sound horeg semakin marak dalam beberapa tahun terakhir, terutama di wilayah-wilayah yang minim regulasi dan pengawasan. Acara yang berlangsung hingga larut malam bahkan dini hari ini acap kali diadakan di daerah pedesaan atau pinggiran kota, tempat di mana tradisi hiburan rakyat masih kuat namun tidak diimbangi dengan aturan yang jelas. Tak hanya soal bising, masalah yang ditimbulkan meluas: dari gangguan waktu istirahat warga, polusi suara, meningkatnya potensi konsumsi alkohol dan tindakan asusila, hingga keretakan hubungan sosial antarwarga akibat perbedaan pandangan terhadap hiburan seperti ini.

Menurut MUI, kegiatan semacam ini bukan hanya melanggar norma sosial dan agama, tetapi juga merusak moral generasi muda serta membuka celah konflik horizontal di masyarakat. Dalam pernyataan resminya, MUI menegaskan bahwa pemerintah dan aparat penegak hukum harus segera bertindak dengan membuat regulasi, melakukan pengawasan di lapangan, serta mengedukasi masyarakat tentang etika dalam menyelenggarakan hiburan. Pembiaran terhadap sound horeg dinilai berpotensi melanggengkan ketidaktertiban dan menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai yang seharusnya dijaga.

Untuk menanggulangi dampaknya, solusi yang ditawarkan mencakup pembentukan peraturan daerah (Perda) yang mengatur batas volume dan jam operasional hiburan malam, kewajiban memiliki izin resmi bagi penyelenggara, pemberian sanksi tegas bagi pelanggar, serta sosialisasi berkelanjutan tentang pentingnya menjaga ketertiban umum. Selain itu, perlu ada alternatif hiburan yang tetap meriah namun tidak merusak kenyamanan publik, misalnya dengan penggunaan teknologi audio yang ramah lingkungan suara atau dengan mengatur zona khusus hiburan jauh dari permukiman padat.

Fenomena sound horeg bukan lagi soal pilihan hiburan, tetapi telah menjadi persoalan publik yang menyangkut kenyamanan, kesehatan mental, moralitas, dan ketertiban. Suara keras boleh jadi hanya berlangsung beberapa jam, tetapi keresahan dan konflik yang ditinggalkan bisa bertahan lama di benak warga. MUI telah menyampaikan sikap tegasnya, dan kini saatnya pemerintah bersama masyarakat bahu membahu menyelesaikan persoalan ini. Karena dalam menjaga harmoni sosial, suara meriah tak seharusnya mengorbankan ketenangan bersama, dan diam terhadap keresahan bukanlah bentuk toleransi, melainkan pembiaran yang berbahaya.


Implikasi Transnasionalisasi Data Pribadi: Studi Awal Kasus Indonesia–Amerika

HIMIKOM


 Baskom Online| Sely Dwinta Yusuf| 1 Agustus 2025 

Pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan kesepakatan kerja sama dengan Indonesia yang memberi peluang bagi perusahaan teknologi asal AS untuk mengelola data milik warga negara Indonesia. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Gedung Putih dan menjadi bagian dari upaya besar untuk memperkuat kolaborasi dalam perdagangan digital antara kedua negara. Dalam pernyataannya, Gedung Putih mengindikasikan bahwa para pelaku usaha di sana telah lama menunggu kebijakan ini karena dipandang mampu memperlancar kegiatan bisnis dan investasi antarnegara.

Namun, berita ini menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak yang mempertanyakan apakah perusahaan asing akan memiliki akses penuh terhadap data pribadi seperti nama, alamat, nomor telepon, dan data biometrik warga. Menanggapi kekhawatiran ini, Juru Bicara Kepresidenan, Hasan Nasbi, menjelaskan bahwa jenis data yang dimaksud dalam perjanjian ini bukanlah data pribadi yang sensitif, tetapi data umum yang berkaitan dengan transaksi komersial. Ia menekankan bahwa identitas pribadi akan tetap berada di bawah kontrol pemerintah Indonesia.

Setuju dengan penjelasan Hasan Nasbi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, juga menekankan bahwa kerja sama ini tidak akan melanggar Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi. Ia menjelaskan bahwa pemerintah sedang menyusun protokol untuk pengelolaan dan transfer data antarnegara agar proses tersebut berlangsung secara legal, transparan, dan aman. Data yang dapat dipindahkan juga akan dibatasi hanya pada informasi terkait kegiatan ekonomi digital, seperti data transaksi atau penggunaan layanan cloud, tanpa mencakup informasi sensitif seperti data keuangan pribadi atau catatan medis.

Di sisi lain, DPR RI melalui Ketua DPR, Puan Maharani, meminta pemerintah untuk lebih transparan dan memberikan penjelasan menyeluruh kepada publik. Ia berpendapat bahwa kebijakan mengenai pengelolaan data pribadi warga negara harus dilaksanakan dengan cermat serta mengedepankan prinsip perlindungan hak privasi. Masyarakat juga diimbau untuk tetap waspada dan kritis terhadap berbagai bentuk kerja sama internasional yang melibatkan data pribadi.

Secara keseluruhan, kerjasama antara Indonesia dan Amerika Serikat ini dinilai dapat membuka peluang untuk investasi digital dan memperluas kolaborasi ekonomi berbasis teknologi. Namun demikian, pelaksanaannya harus terus dipantau agar tidak merugikan kepentingan nasional, terutama terkait dengan kedaulatan data dan perlindungan privasi warga. Diharapkan pemerintah dapat memastikan bahwa semua mekanisme pengelolaan data tetap berpegang pada prinsip keamanan, legalitas, dan perlindungan hak-hak digital masyarakat Indonesia.


Pendap: Cita Rasa Bengkulu dalam Balutan Daun

HIMIKOM


Baskom Online| Annisa Ayuningrum| 25 Juli 2025

Pendap adalah salah satu kuliner khas Bengkulu yang sangat terkenal dengan keunikan rasa dan cara penyajiannya. Makanan tradisional ini dibuat dari ikan segar yang dibumbui dengan berbagai rempah khas, seperti cabai, bawang merah, bawang putih, jahe, dan asam kandis. Setelah ikan tercampur dengan bumbu yang meresap, ia kemudian dibungkus menggunakan daun talas sebelum akhirnya dikukus hingga matang sempurna. Proses ini tidak hanya membuat cita rasa ikan semakin kaya dan lezat, tetapi juga memberikan aroma khas yang menggugah selera dari daun talas yang membungkusnya.

Pendap bukan hanya makanan sehari-hari bagi masyarakat Bengkulu, melainkan juga hidangan penting yang kerap disajikan dalam berbagai acara adat dan perayaan. Dari keluarga yang berkumpul di rumah hingga para wisatawan yang datang berkunjung, pendap selalu menjadi sajian favorit yang berhasil menyatukan semua orang melalui cita rasa otentiknya. Keistimewaan pendap terletak pada keseimbangan rasa pedas, asam, dan gurih yang dipadu dengan rempah alami serta metode memasak tradisional yang diwariskan turun-temurun.

Berbeda dengan masakan ikan lain yang biasanya digoreng atau dibakar, pendap memiliki karakter unik berkat pembungkus daun talasnya yang tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus, tetapi juga menambah aroma dan menjaga kelembutan ikan selama proses pengukusan. Inilah yang membuat pendap menjadi simbol budaya kuliner Bengkulu yang autentik dan terus dicintai oleh banyak orang. Jadi, saat Anda mengunjungi Bengkulu, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi pendap dan merasakan langsung kelezatan serta kekayaan tradisi yang tersembunyi di dalam balutan daun talas tersebut.

Selain kelezatan rasanya, pendap juga memiliki keunikan dari sisi visual dan tekstur. Warna cokelat kehijauan yang dihasilkan dari perpaduan bumbu dan daun talas memberikan tampilan yang khas dan menggoda. Teksturnya yang lembut namun tetap padat membuat setiap suapan terasa memuaskan di lidah. Pendap juga dikenal tahan lama, karena proses pengukusan dan penggunaan daun talas membantu mengawetkan rasa dan kualitas ikan tanpa bahan pengawet tambahan.

Dalam perkembangannya, pendap telah menginspirasi berbagai inovasi kuliner lokal. Beberapa pelaku UMKM dan pengrajin makanan mulai mengemas pendap dalam bentuk praktis yang dapat dijadikan oleh-oleh khas Bengkulu. Bahkan, kini tersedia varian pendap dengan pilihan bahan selain ikan, seperti ayam atau jamur, untuk menjangkau lebih banyak selera masyarakat, termasuk vegetarian.

Lebih dari sekadar sajian, pendap mencerminkan kearifan lokal dan hubungan erat masyarakat Bengkulu dengan alam. Pemanfaatan daun talas yang tumbuh liar di sekitar permukiman menunjukkan keberlanjutan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara bijak. Tradisi pembuatan pendap yang dilakukan bersama-sama juga memperkuat nilai kebersamaan antaranggota keluarga maupun komunitas.

Riau Siaga Merah: Karhutla Mengancam, Menteri Turun Tangan!

HIMIKOM

 

Baskom Online| Annisa Ayuningrum| 25 Juli 2025

Provinsi Riau saat ini menghadapi ancaman serius kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meningkat tajam sejak akhir Juli 2025 dan diperkirakan akan tetap tinggi hingga awal Agustus. Hal ini disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq, yang menyebut bahwa kondisi cuaca kering dan curah hujan yang sangat rendah memperbesar potensi kebakaran, khususnya di lahan gambut yang mudah terbakar. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau di wilayah Riau memang lebih awal dibanding daerah lain di Indonesia, yaitu pada bulan Juli, dengan curah hujan kurang dari 50 mm—bahkan di beberapa wilayah di bawah 20 mm.

Wilayah yang paling terdampak meliputi Kabupaten Pelalawan, Rokan Hulu, dan Rokan Hilir, yang saat ini menunjukkan jumlah titik panas (hotspot) terbanyak. Pemerintah pusat melalui Kementerian LHK bersama BMKG dan BNPB telah mengambil sejumlah langkah mitigasi. Salah satunya adalah pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sejak 21 Juli, dengan 12 sorti penyemaian awan menggunakan 12.000 kg bahan semai demi meningkatkan kelembapan tanah dan menekan potensi kebakaran. Meski begitu, Deputi Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menjelaskan bahwa minimnya pembentukan awan membuat penyemaian belum terlalu efektif.

Sebanyak 200 personel siaga karhutla juga dikerahkan ke lokasi-lokasi rawan, dengan prinsip “pantang pulang sebelum padam” untuk mengendalikan api secepat mungkin. Menteri Hanif menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, TNI/Polri, serta masyarakat dan pelaku usaha seperti perusahaan sawit dalam mencegah kebakaran semakin meluas. Semua pihak diminta siaga penuh, terutama karena lahan gambut yang kering sangat cepat terbakar dan sulit dipadamkan jika tidak ditangani segera. Melalui koordinasi lintas sektor, upaya pencegahan dan pemadaman diharapkan dapat berlangsung lebih efektif untuk melindungi lingkungan, kesehatan masyarakat, dan ekonomi lokal dari dampak karhutla yang merugikan.


Sekilas Cerita Sejarah Tabut

HIMIKOM

 

Baskom Online| Refina Maharani Salim|18 Juli 2025

Commers, setiap tahun-nya Bengkulu selalu mengadakan perayaan festival tahunan yang diadakan setiap tanggal 1 Muharram - 10 Muharram, festival tersebut biasa disebut dengan Festival Tabut 

Meskipun festival tahunan tersebut sudah lama meninggalkan kita, tapi yuk kita baca kilas balik awal mula Tabut di Kota Bengkulu. 

Sebelum menjadi Tabut yang kita rasakan pada saat ini tabut dahulu-nya merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang diadakan untuk mengenang kisah kepahlawan Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak.

Upacara Tabut sebenarnya tidak hanya berkembang di Bengkulu saja, namun juga sampai ke Sumatra Barat seperti daerah Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, bahkan sampai ke Banda Aceh, Meulaboh, dan Singkil. Dalam perkembangannya kegiatan Tabut kemudian menghilang di banyak tempat. Hingga saat ini hanya ada dua tempat yang melaksanakan upacara Tabut, yakni Bengkulu dan Pariaman, Sumatra Barat yang menyebutnya dengan Tabuik. 

Tabut sendiri berasal dari kata Arab, Tabut yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti (Q.S Al Baqarah 2:248). Saat ini, Tabut yang digunakan dalam Upacara Tabut di Bengkulu berupa suatu bangunan bertingkat-tingkat seperti menara masjid, dengan ukuran yang beragam dan berhiaskan lapisan kertas warna warni. 

Tabut bengkulu pertama kali di inisiasi oleh Syaikh Maulana Ichad ulama bengkulu yang mana melalui tabut beliau menyebarkan agama islam dibengkulu, namun masa Syaikh Maulana Ichad tidakla lama di Bengkulu karena beliau sempat pergi ke makkah lalu wafat disana dituturkan kepergian bliau ke makkah adalah untuk beribadah umrah/haji, setelah meninggalnya syaikh maulana ichad, tahun 1400 barulah syaikh Burhanuddin tak hanya sendiri beliau bersama 13 ulama lainnya meneruskan tradisi ini yang mana sampai saat ini masih tetap berjalan dengan khidmat, perjalanan ini begitu sangat panjang dan terdapat juga makam yang ada dibengkulu hanya dua orang sisanya meninggal ditempat yang berbeda. Jika kita mengingat tabut maka ini sama halnya dengan kita mengingat penyebaran islam di bengkulu. Mari teman teman semua mulai mengenal edukasi sejarah tabut karena jangan hanya datang duduk dan menikmatinya saja tanpa kita mengetahui sejarah dan parjalanannya.

Yang membedakan festival tabut dulu dan sekarang ialah dahulu tidak ada bazar atau pameran yang ada ialah hanya ritual seperti pengambilan tanah, menjara, duduk penja, meradai dan sebagainya, tidak ada telong-telong ataupun bazar seperti saat ini. 

Namun seiring berkembangnya zaman dan teknologi masyarakat mulai memperkenalkan tabut ke kancah nasional maupun internasional, inovasi lain seperti telong-telong, bazar, dan pameran seiring berjalan waktu juga mulai ada disetiap perayaan festival tabut



Sc: 

Ir. Achmad Syafril Sy (Ketua Kerukunan Tabut Bengkulu) - HPI Bengkulu 

Tommy Julian Ali (Ketua HPI Bengkulu)

Rudal Iran Gempur Israel Menyebabkan Rumah Sakit Hancur, Ratusan Korban Berjatuhan, Dunia Serukan De-eskalasi

HIMIKOM



Photo source: apnews.com

Baskom Online | Lesi Hutari | 22 Juni 2025

 Suasana mencekam menyelimuti wilayah Israel selatan setelah Iran meluncurkan rentetan serangan rudal dan drone ke beberapa kota utama, termasuk Beersheba, Tel Aviv, dan Bat Yam. Salah satu target yang terdampak paling parah adalah Soroka Medical Center, rumah sakit terbesar di selatan Israel, yang rusak berat akibat hantaman rudal balistik Iran pada Rabu, 19 Juni 2025.

 Serangan ini menjadi bagian dari konflik bersenjata terbaru yang kembali membara antara Iran dan Israel, setelah serangan udara Israel sebelumnya menghantam instalasi militer di Teheran dan Isfahan, Iran. Aksi saling serang ini menandai babak baru eskalasi militer yang dikhawatirkan dapat menyulut perang regional di kawasan Timur Tengah.

Dampak Langsung Rumah Sakit Hancur, Pasien Dievakuasi

 Menurut laporan media internasional The Times UK, rudal yang menghantam Soroka Medical Center menyebabkan kerusakan serius pada beberapa lantai atas gedung, termasuk runtuhnya plafon dan pecahnya kaca di banyak ruang perawatan. Sistem vital rumah sakit seperti oksigen, listrik, dan air sempat terganggu selama beberapa jam. “Ini adalah serangan terhadap fasilitas sipil yang dilindungi hukum internasional,” ujar juru bicara pemerintah Israel. “Tindakan ini merupakan pelanggaran berat terhadap konvensi perang.”

 Sebanyak 271 orang dilaporkan luka-luka, sebagian besar akibat reruntuhan bangunan dan puing-puing. Di antara korban terdapat seorang anak perempuan berusia 7 tahun asal Ukraina yang tewas ketika rudal mengenai permukiman sipil di Bat Yam. Beberapa korban luka dirawat dalam kondisi serius, sementara sebagian lainnya mengalami luka ringan dan trauma psikologis. Petugas medis dan relawan bekerja sepanjang malam untuk mengevakuasi pasien ke ruang bawah tanah dan tempat perlindungan darurat. Sejumlah warga dilaporkan mengungsi ke stasiun kereta bawah tanah dan tempat parkir umum yang dialihfungsikan sebagai bunker.

Photo Source: Detik.com

Respons Pemerintah dan Militer Israel

 Pemerintah Israel menyatakan bahwa mereka sedang “dalam mode pertahanan penuh” dan bersiap untuk melakukan pembalasan. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato darurat yang menegaskan bahwa Israel akan menanggapi “secara proporsional dan tegas.” 

 “Kami tidak akan tinggal diam melihat warga sipil dan fasilitas medis diserang secara brutal,” tegas Netanyahu. Ia bahkan menyebut Ayatollah Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, sebagai pihak yang harus bertanggung jawab secara langsung atas serangan ini. Sistem pertahanan udara Iron Dome dikerahkan secara luas, namun beberapa rudal berhasil lolos dan menghantam permukiman padat. Pemerintah setempat juga membuka ratusan tempat perlindungan sipil tambahan, terutama di kota-kota yang berdekatan dengan pusat militer dan infrastruktur strategis.

Reaksi Dunia Internasional dalam Seruan Damai dan Diplomasi

 Serangan Iran ini langsung memicu reaksi dari berbagai negara dan organisasi internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan terhadap fasilitas kesehatan. Dalam pernyataannya, WHO menegaskan bahwa rumah sakit harus tetap menjadi tempat yang netral dan aman, bahkan dalam situasi perang sekalipun.

Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri. Pertemuan darurat Dewan Keamanan dijadwalkan akan digelar di Jenewa untuk membahas langkah diplomatik yang dapat mencegah eskalasi lebih lanjut. Negara-negara seperti Tiongkok dan Rusia juga menyerukan penghentian kekerasan dan membuka jalur negosiasi damai. Sementara itu, Amerika Serikat, melalui pernyataan dari Gedung Putih, menyatakan akan “melindungi kepentingan sekutu” dan tidak menutup kemungkinan pengiriman bantuan pertahanan tambahan ke Israel. Namun, belum ada pernyataan tegas mengenai keterlibatan militer langsung.

Potensi Eskalasi dan Dampak Lebih Luas

 Kondisi saat ini dinilai sebagai titik paling rawan dalam konflik Iran-Israel dalam satu dekade terakhir. Iran sendiri telah mengancam akan menutup Selat Hormuz, jalur vital pengiriman minyak dunia, apabila pihak asing ikut campur lebih jauh. Di dalam negeri, warga Israel menghadapi ketakutan akan kemungkinan serangan lanjutan. Sekolah-sekolah ditutup, penerbangan sipil dibatalkan, dan aktivitas publik berkurang drastis. Suasana di jalan-jalan kota menjadi lengang, digantikan sirene peringatan rudal dan patroli militer.

Penutup

 Serangan rudal Iran ke wilayah Israel bukan hanya mencederai fisik dan infrastruktur, namun juga mengguncang rasa aman warga sipil yang tak bersalah. Dunia kini menyoroti bahwa konflik ini tidak hanya merupakan perseteruan dua negara, melainkan juga ancaman terhadap stabilitas kawasan dan kemanusiaan secara luas. Harapan terbesar saat ini terletak pada jalur diplomasi, sebelum korban terus bertambah dan perang berkepanjangan tak terhindarkan.






Curug 9 Tanah Hitam: Surga Tersembunyi yang Menantang dan Memikat Hati

HIMIKOM



Baskom Online | Afifah Nabila Rahmadhina | 22 Juni 2025

Di tengah alam liar dan senyapnya hutan Tanah Hitam, Bengkulu Utara, berdiri mengalir Curug 9, sebuah air terjun bertingkat sembilan yang bukan hanya menyuguhkan panorama luar biasa, tetapi juga pengalaman penuh makna tentang perjuangan, pelestarian, dan kedekatan manusia dengan alam.

Mengenal Curug 9, Permata yang Tak Banyak Tersentuh

 Indonesia menyimpan ribuan destinasi wisata alam yang menakjubkan, namun tak semuanya mudah dijangkau. Salah satunya adalah Air Terjun Curug 9 yang tersembunyi di kawasan Tanah Hitam, Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara. Lokasinya berada cukup jauh dari pusat kota dan tidak banyak diekspos secara luas, membuatnya masih terjaga keasriannya dan menjadi incaran utama para petualang yang mencari keindahan alam yang belum terjamah. 

 Disebut “Curug 9” karena air terjun ini memiliki sembilan tingkatan aliran yang bertumpuk secara alami di antara dinding batu dan pepohonan rimbun. Sembilan tingkat ini seolah menjadi simbol tahapan dalam sebuah perjalanan dari rasa penasaran hingga kekaguman yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Menapaki Jalan Berliku dan Ekstrem, Membuat Fisik dan Batin Terlatih

 Menuju Curug 9 bukanlah perjalanan biasa. Dari pusat Kota Bengkulu, pengunjung harus melakukan perjalanan darat sekitar 1,5 jam menuju basecamp di Tanah Hitam. Setelah itu, trekking dimulai sebuah petualangan sejati yang menantang fisik, keberanian, dan kesabaran. Waktu tempuh dari basecamp menuju air terjun sekitar 3 hingga 4 jam, tergantung pada kondisi cuaca dan stamina pendaki. Jalur yang ditempuh bukan jalan mulus, melainkan trek hutan yang alami dan menantang. Pengunjung harus menyusuri jalan tanah berbatu, menyebrangi sungai dengan arus cukup deras, menuruni lereng licin dengan bantuan tali, serta melewati tiga pos pemberhentian dengan medan yang semakin berat di tiap pos.

 Trek ini memang tidak cocok untuk pemula atau wisatawan yang tidak terbiasa mendaki. Namun justru di situlah letak nilai lebihnya. Perjalanan ke Curug 9 mengajarkan bahwa keindahan tak selalu bisa dicapai dengan mudah. Butuh tekad, kerja sama tim, serta rasa hormat terhadap alam agar bisa tiba dengan selamat dan pulang dengan penuh kesan.

Surga di Ujung Trek Merupakan Pesona yang Tak Terlupakan

 Begitu suara air terjun mulai terdengar dari kejauhan, semua rasa lelah seperti lenyap seketika. Saat mata memandang langsung pada aliran air setinggi puluhan meter yang menjatuhkan dirinya dari bebatuan hitam dan diapit oleh dinding hijau pepohonan, rasa takjub tak bisa disembunyikan.

 Curug 9 menawarkan panorama yang luar biasa, air yang jernih, udara segar, dan suasana damai yang jauh dari kebisingan. Banyak pengunjung menyebut tempat ini sebagai “terapi alami” karena mampu memberikan ketenangan setelah menghadapi tantangan yang begitu intens.

 Beberapa pengunjung memilih beristirahat, bersantai sambil menikmati suara gemericik air. Sebagian lagi tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berendam atau sekadar membasuh wajah dengan air segar dari curug. Bahkan, banyak fotografer alam yang menjadikan Curug 9 sebagai objek utama dalam karya visual mereka karena komposisinya yang sangat fotogenik dan dramatis.

Membangun Kesadaran pada Sistem Sampah yang Inspiratif

 Satu hal yang sangat menarik dari perjalanan ke Curug 9 adalah sistem pengelolaan sampah di basecamp. Ini bukan sekadar destinasi wisata, tapi juga ruang edukasi yang menyadarkan setiap pengunjung akan pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

 Sebelum mendaki, semua barang bawaan pengunjung yang berpotensi menghasilkan sampah akan dicatat oleh penjaga. Jumlah botol plastik, bungkus makanan, dan bahan konsumsi lainnya didaftarkan. Saat turun, semua sampah tersebut harus dibawa kembali. Jika jumlahnya tidak sesuai, pengunjung akan dikenai sanksi berupa denda. Sistem ini tidak hanya efektif, tetapi juga membentuk karakter bertanggung jawab pada setiap wisatawan. Tidak ada tempat sampah di sepanjang jalur, karena konsepnya adalah “sampahmu tanggung jawabmu” Inilah bentuk konkret dari wisata berkelanjutan yang bukan hanya memberi pengalaman, tapi juga pembelajaran.

Lebih dari Sekadar Wisata, Curug 9 adalah Pelajaran

 Curug 9 adalah perpaduan antara keindahan dan filosofi. Ia tidak bisa dinikmati secara instan, melainkan mengajak setiap pengunjung untuk melewati perjuangan, merasakan kedekatan dengan alam, dan membawa pulang bukan hanya foto, tapi juga nilai. Di era ketika wisata seringkali dikaitkan dengan kemudahan akses dan kenyamanan, Curug 9 justru menawarkan pendekatan sebaliknya. Ia menantang kita untuk melambat, menyatu dengan alam, dan menyadari bahwa bumi bukan hanya tempat berlibur, tetapi rumah yang harus kita jaga bersama.

Penutup

 Curug 9 di Tanah Hitam bukan hanya sebuah air terjun, ia adalah pengalaman, pelajaran, dan pengingat. Keindahannya yang alami dan keunikan sistem pengelolaannya memberikan contoh konkret bagaimana pariwisata dan pelestarian bisa berjalan beriringan. Bagi siapa pun yang haus akan petualangan bermakna, Curug 9 menanti untuk dijelajahi. Tapi jangan lupa, jadilah pengunjung yang bertanggung jawab. Karena mencintai alam bukan hanya datang dan mengagumi, tapi juga ikut menjaga agar keindahannya tetap lestari untuk generasi selanjutnya.