BATAVIA KECIL DENGAN SEJUTA PESONA YANG TERISOLIR


Baskom online- 16 Maret 2024, 12:53 WIB
Penulis: Refina Maharani 

Dari keterangan warga setempat, nama Lebong Tandai diambil dari kata ‘Lobang yang Ditandai’ atau bekas penambangan emas.

Lalu, nama itu diubah oleh pendahulu warga Lebong Tandai, dengan menyambungkan kata Lobang yang Ditandai menjadi Lebong Tandai. Menurut warga setempat, Lebong Tandai disebut Batavia Mini atau Batavia Kecil sekira tahun 1951.Desa Lebong Tandai atau yang dikenal dengan sebutan Batavia Kecil pada masa kejayaannya adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Napal Putih Kabupaten Bengkulu Utara.

Untuk dapat sampai ke desa ini masyarakat menggunakan transportasi yang biasa disebut Molek atau motor lori ekspres peninggalan zaman Belanda.

Dimana desa kecil ditengah-tengah pegunungan batu ini, menjadi pusat pertambangan emas sejak zaman kolonial Belanda.

Setelah kemerdekaan Indonesia, semua gedung dan fasilitas yang ditinggalkan oleh Belanda diambil alih oleh masyarakat pribumi.

Hingga tahun 1988, sebuah PT pertambangan emas masuk ke Lebong Tandai yang bernama PT Lusang Mining.

“Dengan alasan kesehatan masyarakat pribumi kembali harus meninggalkan tanah kelahirannya dengan di transmigrasikan keluar wilayah desa Lebong Tandai,” kata Dodi salah seorang warga desa Lebong Tandai pada Rabu (18/10/2023) siang.

Meskipun berada di tengah hutan, dikelilingi gunung dan sulit untuk dijangkau, tetapi Lebong Tandai bukanlah daerah yang tertinggal.

Terlebih pada masa PT Lusang Mining menguasai Lebong Tandai, desa kecil tersebut berubah bak kota metropolitan, dengan semua gemerlap kemewahan dan fasilitas yang sangat modern pada masanya.

Akan tetapi pada tahun 1994, PT Lusang Mining mengalami kebangkrutan sehingga harus meninggalkan Lebong Tandai.

“Mendengar hal tersebut, masyarakat pribumi kembali ke tanah kelahirannya dan melanjutkan aktifitas pertambangan menggunakan alat-alat peninggalan PT Lusang Mining,” lanjut Dodi.

Hingga saat ini Lebong Tandai masih beroperasi sebagai pertambangan masyarakat setempat. Bangunan-Bangunan yang masih layak peninggalan PT juga masih menjadi tempat tinggal masyarakat.Tidak hanya warga Lebong Tandai. Sebutan Batavia Kecil sudah tenar sejak kolonial Belanda masuk ke Bengkulu untuk menguasai lokasi tambang emas di daerah tersebut.

Desa yang dihuni tidak kurang dari 230 kepala keluarga (KK) itu sempat menjadi incaran banyak negara. Portugis, Inggris, Belanda, Cina dan Jepang, contohnya. Bahkan setelah zaman penjajahan banyak investor melirik Batavia Kecil.Meskipun berada di daerah terpencil dan jauh dari dunia luar. Pada jaman penjajahan Belanda, semua fasilitas di desa tersebut sudah lengkap.Hal tersebut ditandai dengan masih ada bekas bangunan perusahaan Mijnbouw Maatschappij Simau, milik Kolonial Belanda. Di mana perusahaan itu masuk ke Batavia Kecil untuk menguasai tambang emas, sekira tahun 1904.

Pada zaman itu di Batavia Mini atau Batavia Kecil juga di bangun kamar bola atau tempat bermain biliar. Lalu, lapangan Basket, lapangan Tenis, bangunan rumah Kuning atau Rumah Bordil/Lokalisasi. Tidak hanya itu, bangunan rumah sakit, Helipad tempat Helikopter mendarat, mini market dan BioskopPeninggalan jaman Kolonial Belanda itu masih berdiri kokoh di desa yang didiami oleh sekira 680 jiwa. Namun, untuk bangunan bioskop dan rumah kuning sudah tidak ada.

Saat ini bangunan peninggalan jaman Kolonial Belanda itu sudah menjadi inventaris desa. Hal ini ditandai dengan warga yang menjadikan bangunan peninggalan sebagai tempat tinggal mereka.

Pada zamannya, perusahaan tambang emas di Batavia Kecil mendatangkan penari ronggeng yang berasal dari Batavia (sekarang, Jakarta). Pendatangan penari itu dilakukan perusahaan setiap tahun.

Pendatangan penari ronggeng tersebut melekat pada sebuah nama jembatan menuju Lebong Tandai. Jembatan Dam Ronggeng I dan Ronggeng II, namanya.

Pemberian nama Dam Ronggeng bermula dari Kolonial Belanda yang mengundang penari Ronggeng dari Batavia. Sehingga nama jembatan tersebut diberi nama jembatan Dam Ronggeng.

Pendatangan penari ronggeng terus berlanjut. Bahkan, penari Ronggeng menjadi sebuah hiburan bagi penduduk Batavia Kecil.

Hiburan penari Ronggeng itu pun berakhir kisaran tahun 1970-an.Peninggalan jaman Kolonial Belanda itu masih berdiri kokoh di desa yang didiami oleh sekira 680 jiwa. Namun, untuk bangunan bioskop dan rumah kuning sudah tidak ada.

Saat ini bangunan peninggalan jaman Kolonial Belanda itu sudah menjadi inventaris desa. Hal ini ditandai dengan warga yang menjadikan bangunan peninggalan sebagai tempat tinggal 

Pendatangan penari ronggeng terus berlanjut. Bahkan, penari Ronggeng menjadi sebuah hiburan bagi penduduk Batavia Kecil.

Meskipun terpencil desa yang menyumbang emas di tugu monumen nasional (Monas) Jakarta ini masyarakat telah menikmati aliran listrik. Aliran listrik itu menggunakan tenaga air dari aliran air sungai Lusang.Di mana tenaga air dengan menggunakan dinamo 5000 watt itu mampu menyalurkan aliran listrik ramah lingkungan ke setiap hari ke rumah masyarakat di Batavia Kecil.

Kincir air atau Sumirot (Si Uniyil Orang Tanda, sebutan warga Lebong Tandai), dengan tenaga 5000 Watt itu mampu mengaliri aliran listrik untuk 5 warga. Namun, setiap rumah hanya diperbolehkan 3 buah lampu dan satu televisi.

Di Batavia Kecil, setiap rumah memiliki televisi meskipun berukuran kecil dan parabola. Barang elektronik mulai dari televisi dan radio merupakan salah satu hiburan bagi warga yang tinggal di daerah terpencil dan terpelosok tersebut.

Batavia Kecil Jauh dari Peradaban

Lalu dimana letak desa lebong tandai dan bagaimana cara untuk bisa sampai kesana?

Desa lebong tandai terletak di kecamatan Napal Putih, Bengkulu utara. Untuk bisa sampai kesana kalian bisa menggunakan kendaraan beroda dua atau beroda empat dari kota bengkulu, perjalanan dari pusat kota bengkulu memakan waktu kurang lebih 4 jam untuk sampai ke desa air tenang. 
Setiba di pusat kecamatan Napal Putih, perjalanan kembali dilanjutkan dengan menaiki moda transportasi tradisional. Molek atau Motor Lori Ekspres, namanya. Molek itu ada di desa Air Tenang kecamatan Napal Putih kabupaten Bengkulu Utara. 
Sayangnya Molek ini tidak ada setiap waktu di desa air tenang, molek sendiri memiliki jadwal tertentu yaitu hingga 08.01 WIB.

para ‘Masinis’ Molek menunggu penumpang hingga penuh. Selain itu, perjalanan menuju Batavia Kecil Masinis memilih berjalan beriringan. Tujuannya, untuk mempermudah perjalanan jika ada hambatan.

Sebelum tiba di Desa Lebong Tandai, penumpang akan melewati areal yang dinamakan Ronggeng, Sumpit, Lobang Batu, Muaro Lusang.

Lalu melintasi kawasan yang bernama gunung tinggi, kuburan cina, sungai landai, terowongan lobang panjang, lobang tengah dan terowongan lobang pendek.

Di mana terowongan lobang panjang itu memiliki panjang sekira 100 Meter, sementara lobang tengah memiliki panjang sekira 50 meter dan terowongan lobang Pendek dengan panjang sekira 25 meter.

Setelah melewati berbagai terowongan itu penumpang akan tiba di desa Lebong Tandai. Di mana perjalanan dari stasiun Air Tenang hingga pusat desa Batavia Kecil memakan waktu tidak kurang dari 6 jam.

Wisata memanjakan mata yang dipersembahkan oleh alam lebong tandai

Tidak hanya pertambangan emas yang berada di lebong tandai, tetapi terdapat juga beberapa wisata yang memanjakan mata yang dipersembahkan oleh alam. Salah satunya ada keindahan alam berupa air terjun DAM Belanda setinggi 25 meter. Di air terjun ini dilengkapi dengan ikan endemik Suku Pekal yaitu ikan kelari, dengan dialiri air panas beserta Napal Petak (Napal Keramik). Tak hanya itu, di Lebong Tandai juga terdapat Gudang Ampas Emas peninggalan Belanda, yang sampai saat ini masih berdiri kokoh, letaknya berada di tengah-tengah perkampungan. Selain itu, ada juga Napal Basurat (dinding sungai bertulis Arab), situs peninggalan Hindu abad ke-16 Masehi, makam keluarga Chow Yung dan makam pahlawan, serta Goa Walet peninggalan Belanda yang masih terdapat di Desa Lebong Tandai.Selain air terjun, kuburan cina, dan Napal petak. Terdapat jembatan peninggalan belanda yang masih ada sampai sekarang di lebong tandai, jembatan itu juga masih diakses oleh warga setempat.
Email Facebook Google Twitter

HIMIKOM

Admin & Editor

Himikomunib.org adalah website Himikom ( himpunan mahasiswa ilmu komunikasi ) universitas Bengkulu

0 comments:

Post a Comment